Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_________________________________________
Malam hari, mereka sampai dirumah bersamaan dengan waktu makan malam. Sehingga Celo dan Naura langsung bergabung dengan yang lainnya di meja makan. Maura juga sudah berada disana, tapi semuanya tidak membahas apapun tentang apa yang dilakukan Maura hari ini. Seolah-olah tidak terjadi apapun hari ini. Naura dan Celo pun melakukan hal yang sama, mengikuti apa yang dikatakan Saphire dan Axcel di telpon tadi, karena sepertinya Farah dan Bagas belum mengetahui apa yang tengah terjadi.
"Mama! Papa!" Naura berseru ceria, menciumi pipi Farah dan Bagas bergantian, kemudian duduk didekat Celo yang sudah menarikan sebuah kursi untuknya.
"Kau darimana sayang?" Tanya Farah sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Aku habis dari kantor kak Celo." Naura mengembil piring berisi nasi merah dari tangan Saphire dan tersenyum lembut. "Terimakasih, ma."
"Makan yang banyak." Saphire mengusap puncak kepala Naura dengan tersenyum penuh makna. "Celo, setelah makan kau harus langsung membawa istrimu beristirahat."
Celo mengangguk. Kemudian kembali fokus pada makanannya setelah menatap istrinya yang memakan makanannya dengan begitu lahap. "Pelan-pelan makannya, sayang." katanya sambil mengusap puncak kepala Naura.
Hal itu tentu saja tak luput dari pandangan semua orang termasuk Maura yang kini menggenggam cangkir ditangannya dengan penuh amarah. Dia tidak tahan lagi melihat bagaimana cara Celo memperlakukan Naura, sehingga tanpa mengatakan apapun dia meninggalkan meja makan begitu saja. Farah menatap kearah putri sulungnya itu, kemudian menatap kearah semua orang yang menatap kepergian Maura dengan beragam ekspresi.
"Aku akan menyusulnya dahulu." katanya, dan segera meninggalkan ruang makan.
Naura menghela napasnya. Bagaimana pun rasa sakit itu selalu muncul setiap ibunya terlihat begitu memperhatikan Maura dan mengacuhkannya. Farah selalu memperlakukan Maura seperti seorang putri, sehingga setiap kali Maura merasa marah atau sebagainya, Farah akan segera menyusulnya. Berusaha membujuknya dengan berbagai macam cara sekalipun membuat Naura mengalah terus menerus.
Celo mengerti apa yang terjadi saat istrinya tiba-tiba menundukkan kepalanya, dan melahap makanannya dengan sangat terpaksa. Dia sangat tahu rasa sakit yang dirasakan Naura saat ini. Seceria apapun Naura menanggapi banyak hal, semanis apapun senyumnya, didalam itu semua terdapat luka besar yang ada sejak belasan tahun lalu.
"Mau aku suapi?" dia meraih tangan istrinya, tersenyum lembut saat wajah itu mendongak kearahnya.
Naura tersenyum lembut, "Aku sudah kenyang. Kakak terlambat menawarinya."
Celo berpura-pura murung, "Seharusnya aku lebih cepat melakukannya." tapi kemudian dia tersenyum. "Ingin istirahat sekarang?"
"Aku ingin bertemu dengan Kevin dan Kenzo dulu, kak." Entah kenapa tiba-tiba dia ingin sekali menemui dua sahabatnya itu. Sepertinya mendengar sebuah lagu dari mereka bisa membuat perasaannya menjadi lebih baik untuk saat ini.
Celo mengangguk, "Baiklah, tapi hanya sebentar karena kau harus segera istirahat."
"Siap." Naura tersenyum. "Ma, pa, aku mencari Kevin dan Kenzo dulu." katanya pada semuanya.
"Kenapa makanannya tidak dihabiskan?" Saphire menatap piring Naura yang masih berisi makanan.
"Aku sudah kenyang, ma."
Bagas yang sedaritadi diam membuka suaranya. "Lain kali kau harus menghabiskan makananmu, Naura."
Naura tersenyum kecil, "Iya, pa." balasnya, sebelum melangkah mencari Kevin dan Kenzo. Di jam seperti ini, biasanya kedua pria itu pasti tengah berada di dekat lapangan basket. Jadi dengan segera Naura menuju tempat tersebut dan tersenyum menatap dua pria yang tengah memainkan gitarnya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...