EMPAT PULUH SEMBILAN

6.9K 330 2
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_____________________________________

Celo terbangun saat merasakan tempat tidurnya kosong tanpa istrinya. Dia bangun perlahan dan bingung mendapati dirinya sendirian di dalam kamar. Sinar matahari menembus jendela, menerangi kamar sunyi itu dan pandangannya memutari ruangan. Mendapati ketiadaan istrinya membuatnya langsung berdiri dan berlari keluar kamar. Langkahnya terhenti di ambang pintu menuju lapangan basket.

Naura berada disana. Berdiri memegang bola basket sambil tertawa menerjang pertahanan Kevin dan Herwit. Di belakangnya, berdiri Kenzo melindungi agar bola mereka tidak direbut oleh tim lawan. Sorakan penuh semangat terdengar bising disamping lapangan. Memperlihatkan Ben, Beve, dan beberapa bodyguard serta pelayan kesenangan menyaksikan pertandingan itu.

"Ken, Over!" teriakan Naura penuh semangat.

"Kau menginjak kakiku, Naura!" protesan Kevin terdengar menyauti, diselingi tawa Herwit dan orang-orang lainnya.

"Anda jangan curang, nyonya." Herwit kini mulai merebut bola, menggiringnya menuju ring dengan Naura yang membuntuti.

"Aku tidak curang!"

Sebagian orang ada yang berseru senang, dan ada juga yang berseru kesal saat Herwit berhasil memasukan bola kedalam ring. Kevin dan Herwit bertos penuh kemenangan.

Saphire yang hendak bergabung bersama 'tim sorak' melihat Celo diambang pintu, melongo dengan tampang kusut sehabis bangun tidur.

"Selamat pagi anak mama, baru bangun?" Saphire tertawa.

Mendengar suara Saphire yang menyebut Celo, Naura membalikkan tubuhnya. Dia melempar bola basketnya kearah Kenzo dan berlari menghampiri suaminya.

"Kakak sudah bangun?" Naura berdiri di depan Celo, tersenyum. "Maaf karena tak membangunkan kakak. Kakak terlihat sangat lelah."

Celo menyentuh dahi Naura dengan punggung tangannya. "Merasa lebih baik?"

Tiba-tiba Naura memeluk Celo, melingkarkan tangannya di pinggang suaminya. "Aku baik-baik saja."

"Oke, ayo kita main lagi!" teriak Kevin tiba-tiba, mengalihkan perhatian semua orang yang asyik menyaksikan adegan romantis suami istri itu. "Markus kau ikut main!" katanya lagi, menunjuk salah satu rekannya. Dan permainan itu dimulai lagi.

Celo mengusap dahi Naura yang berkeringat dan tersenyum. Wanita di depannya tak pernah kekurangan stok cerianya, seakan tak ada sisa rasa lelahnya semalam. Mengingat kejadian semalam, mau tak mau membuat Celo harus kembali meredam hasrat dalam dirinya.

"Kau sudah sarapan?" Celo mengerutkan dahinya melihat naura hanya tersenyum. "Jangan bilang kau belum sarapan?"

Naura masih memeluk pinggang Celo dan tertawa. "Apa memakan beberapa keping biskuit asin termasuk sarapan?"

"Itu tidak cukup untuk bisa disebut sarapan." Celo menghela napasnya. "Kita makan bersama bagaimana? Kau ingin makan apa? Biar aku yang memasak."

"Aku ingin makaroni dan keju yang selalu kakak buatkan untukku." Naura berbinar. Sangat terbayang bagaimana lezatnya makanan itu, membuat air liurnya tak mampu tertahan.

Dengan semangat Naura menarik Celo kedalam dapur, membiarkan suaminya itu mulai beraksi dengan perkakas dapur. Celo tertawa pelan menatap istrinya yang begitu semangat menunggu masakannya.

"Nanti siang aku harus ke kantor, kau mau ikut?" tanyanya sambil menyalakan kompor listrik di hadapannya.

Naura mendongak sesaat dari kegiatan memotong-motong keju. "Bolehkah?"

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang