SEMBILAN PULUH EMPAT

9.9K 393 6
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

__________________________________

 "Mama!" Rizi berlari kearah ibunya penuh semangat setelah dokter mengijinkan keluarga menjenguk Naura di ruang perawatan.

Naura melebarkan sebelah tangannya sambil tersenyum lebar, menyambut putra sulungnya agar naik keatas ranjang. Sedang tangannya yang satu mendekap putra keduanya. "Mama kangen Rizi." katanya, lalu memeluk Rizi yang sudah naik keatas ranjang. Matanya sekilas menatap kearah suaminya yang berdiri dibelakang Rizi sejak tadi.

Rizi menatap penasaran kearah adik bayinya yang baru lahir. Tangannya terangkat ragu menyentuh permukaan kulit halus dan lembut itu. "Mama, adeknya kenapa sangat kecil?" tanyanya polos.

"Karena adek bayinya baru lahir sayang. Nanti kalo sudah besar, badannya juga akan besar seperti Rizi." balas Naura.

Rizi tersenyum lebar, tangannya kembali menyentuh wajah adiknya hingga sang adik menggeliat dalam tidurnya karena terusik oleh gerakan tangan sang kakak. Rizi bergumam takjub saat melihat adiknya membuka mata perlahan dan merengek beberapa saat kemudian. "Wow, mata adek bayinya sama seperti Rizi, ma."

Celo melangkah mendekat, berdiri disamping istrinya dab ikut memandang putra keduanya. "Aku baru tahu jika matanya mirip denganku"" Katanya takjub.

"Aku juga baru tahu." Naura tertawa pelan. "Satu lagi anak mama yang mirip papanya."

Celo ikut tertawa, kemudian meraih tubuh putra keduanya kedalam dekapannya. "Hei, anak papa, selamat datang di dunia." Dia mencium puncak kepala putranya lembut. "Rizi lihat, mukanya mirip Rizi juga."

"Iya, pa." Rizi tersenyum lebar. Kemudian beralih ke sisi lain ibunya agar bisa melihat lebih dekat adiknya. Celo mendekatkan wajah putranya kearah Rizi, membuat sang kakak semakin tersenyum lebar dan mencium pipi adiknya.

"Sayang." Ketiganya mengalihkan pandangan seketika kearah pintu.

Saphire berjalan mendekati menantunya dengan penuh haru, air matanya mengalir begitu saja saat memeluk tubuh Naura. "Selamat sayang. Mama lega kau baik-baik saja."

Naura balas memeluk Saphire. "Iya, ma. Selamat, cucu mama bertambah satu sekarang." kemudian dia melepaskan pelukan Saphire, tersenyum lembut.

Farah yang berada dibelakang Saphire melangkah mendekat dan memeluk putrinya, "Semalat sayang." katanya. "Mama yakin kau bisa menjadi ibu yang sangat luar biasa untuk anak-anakmu."

"Terimakasih, ma." Naura memejamkan matanya menahan tangis.

"Celo, papa ingin menggendongnya." Axcel mendekati putranya dan meraih cucu bayinya perlahan. "Helo, cucu grandpa. Yaampun wajahmu sangat mirip dengan ayahmu."

"Bertambah lagi copy-an Axcelord." Bagas tertawa pelan seraya memperhatikan wajah cucunya. "Kalian sudah menyiapkan namanya?" tanyanya pada Celo dan Naura.

Celo mengangguk, "Sudah."

"Oh ya?" Naura menatap kearah suaminya. Karena kelahiran putranya yang mendadak, membuatnya belum menyiapkan apapun soal nama. Bahkan perlengkapan bayi pun belum dia siapkan sama sekali.

"Aku sudah memikirkan namanya tadi." Celo tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala istrinya.

"Jadi siapa namanya?" tanya Farah, mewakili semuanya.

"Namanya, Sharique Axel Denova." ucap Celo. "Nama panggilannya Ariq."

Axcel tersenyum, lalu mengecup pipi Ariq. "Nama yang bagus. Semoga kau bisa menjadi seindah namamu."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang