EMPAT PULUH DUA

6.9K 321 8
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

______________________

Naura kembali ke studio setelah selesai menuntaskan niat awalnya tadi, dan menemukan Aleta baru saja terbangun. Tubuhnya secara ptomatis duduk disamping sahabatnya itu, melirik sekilas kearah Aleta yang sibuk mengucek matanya sambil menguap. Suasana studio lumayan sepi karena sebagian teman-temannya sudah pulang saat hujan mereda tadi. Menyisakan beberapa orang temannya lain, itupun terpisah jauh dengannya dan Aleta yang duduk di dekat pintu.

Aleta melirik Naura yang terdengar menghela napasnya keras. Rasa kantuk masih sangat menguasai kedua matanya, tapi dia masih bisa melihat kebingungan di wajah sahabat baiknya itu. Jangan salahkan dia yang terlalu peka terhadap sekitarnya, karena pada dasarnya sifat itu muncul pada dirinya secara alami sejak kecil. Sehingga dia sangat pandai menilai situasi yang tengah terjadi di sekitarnya, apalagi pada Naura yang sudah dikenalnya sejak pertama kali menginjakan kaki di sekolah ini.

"Kau bingung kenapa?" tanyanya langsung, membuat Naura yang diam menatapnya kearahnya seketika.

Naura mengernyit beberapa saat sebelum sadar jika seseorang disampingnya sekarang adalah seorang cenayang hebat yang pernah di temuinya. "Aku tidak sedang bingung." balasnya berbohong, yang sebenarnya sangat percuma dilakukannya sekarang.

Hanya ada dua orang di muka bumi yang sangat dihindarinya ketika dia memiliki masalah yang enggan dia ungkapkan. Pertama Celo, dan yang kedua Aleta. Kedua orang itu sama-sama memiliki sensitifitas yang luar biasa, hingga tanpa bertanya pun mereka akan tahu apa yang tengah terjadi. Dan jangan lupakan kemampuan otak mereka dalam menyimpulkan suatu masalah yang bahkan hampir menandingin kehebatan Sherlock Holmes.

"Tidak usah berbohong padaku, Nau. Sia-sia saja." Benar kan? Aleta memang cenanyang yang luar biasa.

Naura menghela napasnya perlahan, memperhatikan teman-teman yang lain dan memastikan bahwa mereka tidak akan bisa mendengar apa yang akan dibicarakan.

"Mereka tidak akan bisa mendengar obrolan kita berdua." Ujar Aleta, membuat Naura memutar matanya tak habis pikir. Naura harus selalu ingat untuk tidak berbuat hal sia-sia lagi saat bersama Aleta.

"Jadi apa yang kau bingungkan sekarang?" tanya Aleta mulai membuka obrolan lagi, tubuhnya bersandar pada kursi properti dibelakangnya.

"Apa menurutmu aku egois jika lebih mementingkan keinginanku sendiri?" Naura menatap Aleta. Dia tak mampu lagi menahan isi pikirannya, dan berharap Aleta mampu memberikan solusi yang tepat untuk kebingungannya sekarang.

Aleta tampak menghela napasnya, "Jika itu antara kau dan kak Celo, jelas itu egois apalagi jika kau memaksakan kehendakmu tanpa memperdulikan pendapat kak Celo. Memangnya apa yang tengah terjadi? Apa yang kau pentingkan sekarang?"

"Pendidikanku." balas Naura singkat. Dia yakin jika Aleta sudah menangkap arah pembicaraannya.

"Lalu apa keinginan kak Celo yang kau abaikan?"

"Soal anak."

"Kau berniat menunda memiliki anak saat kak Celo benar-benar menginginkannya?" Aleta menatap Naura tak percaya. "Naura sayang, orang biasa saja tahu jika kak Celo sangat mengharapkan anak darimu. Usianya sudah sangat matang untuk memiliki anak, dan bukankah kau juga pernah bilang ingin memiliki anak cepat jika kau ditakdirkan menikah muda?"

"Dulu memang seperti itu." Naura mengusap wajahnya gusar. Dulu memang seperti itu, tapi sekarang dia merasa takut apalagi melihat kondisinya sekarang.

"Lalu?"

"A-aku takut, Ta. Aku takut dengan diriku sendiri." balas Naura tercekat. "Mimpi buruk itu semakin mengangguku, dan bahkan tanpa sadar aku sering menyakiti diriku sendiri saat ketakutan itu muncul. Aku takut, aku akan menyakiti anakku jika keadaanku masih seperti ini."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang