TIGA PULUH

8.8K 383 2
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story.. :)

___________________________________

Naura memarkirkan motor di depan rumah, kemudian melangkah menuju halaman belakang dimana sebuah dapur sederhana berada. Dia menjatuhkan tubuhnya diatas kursi kecil, mengamati dapur yang begitu sederhana itu. Tanpa lemari pendingin dan pantry berisi peralatan dapur mewah. Hanya ada peralatan dapur yang telah berubah warna dan perapian untuk memasak.

"Kau akan memasak apa?" Kevin meletakkan belanjaan yang dibawanya diatas meja.

"Sayur lodeh dan ikan goreng, pak." balas Euis, mulai menyiapkan bahan-bahan yang hendak dimasaknya. Kevin segera membantu Euis setelah melirik Naura yang sibuk menatap langit. Jangan tanyakan dimana Kenzo karena pria itu langsung sibuk diam di teras rumah sambil merokok.

"Berapa usiamu?" tanyanya pada Euis.

"Dua puluh tahun, pak." Euis tersenyum sekilas lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Kevin menatap Euis, "Berarti kau seusia dengan Naura."

Euis kembali menatap Kevin, "Dengan bu Naura?"

"Tahun ini dia akan berusia 20 tahun."

"Pantas saja wajah bu Naura masih terlihat sangat muda." Euis menatap kearah Naura sekilas lalu tersenyum pada Kevin. "Biar saya saja, pak." katanya saat melihat Kevin hendak membersikan ikan.

"Biar aku saja." balas Kevin, mencegah Euis yang hendak menghampirinya. "Lebih baik kau masak sayurnya dulu."

Euis mengangguk ragu, "Pak Kevin yakin?"

Kevin mengangguk sambil terkekeh, "Sangat yakin. Dan berhenti memanggilku bapak, panggil saja Kevin." balasnya.

"Tidak sopan, pak." balas Euis tak enak.

"Kenapa tidak sopan, umur kita hanya beda 10 tahun."

"Hanya 10 tahun." Kevin mengalihkan pandangan saat mendengar cibiran Naura. Wanita itu kini ikut berjongkok di sisinya, mengamati ikan setengah hidup di tangannya.

"Jangan termakan tipu dayanya, Is. Pria ini sangat berbahaya." Naura menatap Euis yang tertawa kecil sambil memotong sayuran.

Kevin mendengus, "Kau tidak tenang jika tidak suudzon padaku ya?" sarkasnya.

Naura mengedikkan bahunya, "Aku juga tidak tahu kenapa aku selalu suudzon padamu." balasnya sambil tertawa. Membuat Euis pun ikut tertawa. Kevin mendengus, memilih membersihkan ikan ditangannya.

"Is, ada yang bisa aku bantu?" Naura menegakkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Euis.

Kevin mendongak kearah Naura dan Euis. "Kau yakin ingin membantu? Jangan sampai kau membakar dapur ini." godanya.

Naura mendengus, tak menghiraukan ucapan Kevin dan memilih membantu Euis memotong sayuran karena hanya hal itu yang bisa dilakukannya. Mereka akhirnya memasak bersama, Kevin dan Euis yang memasak, sedangkan Naura hanya membantu hal-hal ringan sambil mengobrol dengan keduanya. Sesekali mereka tertawa saat Kevin melontarkan lelucon atau menggoda Naura.

Hujan tiba-tiba saja turun dengan sangat deras, disertai angin yang sedikit kencang. Naura menatap langit mendung dari tempatnya, mencemaskan suaminya yang sepertinya masih dibalai warga. Sudah pukul 9 pagi dan Celo belum sarapan sama sekali karena mereka tadi berangkat bahkan sebelum pukul 6. Naura dan yang lainnya tadi sempat sarapan bubur ayam yang mereka temui dijalan, jadi tidak terlalu khawatir dengan kondisi perutnya.

"Is, pak Rahmat nanti akan pulang dulu atau tidak?" tanyanya.

Euis menengok kearah Naura. "Bapak biasanya pulang dulu untuk sarapan bu, baru setelah itu pergi ke pabrik."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang