ENAM PULUH DUA

7.3K 344 15
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

________________________________________

Naura tidak pernah berpikir sedikit pun jika kehamilannya tidak disambut baik oleh sahabatnya sendiri. Seluruh pertanyaan dan kebingungan kini bersarang di kepalanya. Apa yang membuat Kevin bereaksi seperti itu saat mengetahui jika dirinya tengah hamil saat ini? Adakah sesuatu yang tidak diketahuinya selama ini? Kevin adalah salah satu orang yang akan ikut bahagia untuknya. Hal apapun yang dirasakannya, baik pencapaian atau hanya sebuah momen, jika itu adalah kebahagiaannya maka Kevin pun akan ikut merasakannya. Namun sekarang, melihat pria itu pergi begitu saja saat dia merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa kali ini, membuat rasa sakit itu muncul. Rasa sakit tak diinginkan yang dulu sering dirasakannya saat tak mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya.

"Berapa usia kandunganmu sekarang, Naura?" dia mengalihkan pandangannya kearah Bagas, dan tersenyum. Memikirkan Kevin membuatnya lupa jika dia masih dikelilingi oleh para orang tuanya.

"Sebentar lagi 4 bulan, pa." balasnya.

Bagas tersenyum. Ada gurat kebahagiaan di mata tuanya. "Kalau begitu biar papa siapkan syukuran untuk kehamilanmu, biar sekalian dengan acara 4 bulanan."

Axcel dan Saphire mengangguk setuju, "Aku setuju dengan usulanmu, Gas. Aku akan membantunya." Axcel masih terlihat sangat bersemangat.

"Mama sampai lupa untuk mengadakan acara 4 bulanan." Saphire menatap Naura. "Kenapa kau tidak mengingatkan mama?"

"Aku dan kak Celo juga baru ingat semalam." Naura kemudian menatap suaminya. "Kami juga sebenarnya sudah merancanakan hal itu, dan rencananya minggu depan acaranya akan diadakan."

Celo mengusap kepala istrinya sesaat, "Jadi papa dan papa Bagas tidak perlu memikirkan itu. Semuanya sudah kuatur. Kalian tahu beres."

"Papa juga ingin ikut mempersiapkannya. Itu kan untuk cucu papa juga." tolak Axcel. Entah kenapa pria tua itu semakin hari semakin seperti anak kecil bagi Celo. "Kau tidak berhak seenaknya seperti itu."

"Kenapa tidak berhak? Aku ayahnya, papa lupa?" balas Celo tak mau kalah.

"Tapi aku kakeknya. Itu cucuku."

"Itu anakku."

Bagas tertawa keras melihat sifat kekanakan besannya, "Kau ini seperti anak kecil saja. Lagipula kan Celo memang ayahnya, jadi dia berhak melakukan apapun untuk anak dan istrinya. Ada-ada saja."

"Dia memang semakin seperti anak kecil." timpal Saphire.

"Itu berarti papa semakin tua." Celo pun ikut menimpali sambil tertawa, hingga membuat Naura yang tengah bersandar di pelukannya pun ikut tertawa.

"Kakak juga sama." Naura berdecak, menyindir suaminya. Tingkah Celo bahkan lebih kekanakan akhir-akhir ini, melebihi Axcel. Dan tingkah kekanakan Celo itu mampu membuatnya meringis kesal sekaligus gemas.

Saphire dan Bagas tertawa, sedangkan Axcel menatap penuh ejekan. Celo memberengut kesal, tapi dia malah membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya. Entahlah, akhir-akhir ini dia memang lebih bertingkah kekanakan. Rasanya dia ingin selalu mendapatkan perhatian dari istrinya dengan bertingkah seperti anak kecil yang membuat ibunya kesal. Dan dengan itu, dia sukses mendapatkan perhatian terus menerus dari istrinya. Mungkin dia hanya merasa tak ingin tersaingi oleh calon anaknya sendiri karena Naura lebih memperhatikan bayi mereka dibanding memperhatikannya akhir-akhir ini.

Obrolan itu berlanjut dengan saling memojokkan Celo dan Axcel. Bagas sesekali ikut menimpali obrolan, berbeda dengan istrinya yang hanya diam dan mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan sedikit memberi perhatian kepada calon cucunya pun tidak. Sebagai seorang ayah, Bagas tentu saja merasakan kebahagiaan yang luar biasa melihat betapa bahagianya Naura yang akan menjadi seorang ibu. Perasaannya begitu menghangat saat ada sebuah nyawa yang akan lahir dan menyapanya dengan sebutan 'kakek'. Mungkin inilah saatnya dia menghentikan semua ketidakadilan untuk Naura dan berhenti mengikuti apa yang dipinta Maura.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang