Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
___________________________________
Bau khas rumah sakit membuat Naura membuka matanya perlahan. Naura beberapa kali mengerjap, membiasakan cahaya yang masuk kedalam matanya. Dan seketika meringis saat merasakan seluruh tubuhnya yang terasa sakit dan ngilu, terutama bagian kepalanya yang berdenyut hebat. Kilasan memorinya terkumpul perlahan, menyatukan seluruh kejadian yang telah dialaminya beberapa waktu lalu dan bercampur dengan memori kejadian yang sudah lama terlupaknnya.
Naura kini mengingat semuanya, seluruh kejadian yang menimpanya enam tahun silam, termasuk kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan. Berarti selama ini dia telah salah paham kepada Celo. Celo memang menyakitinya begitu dalam, namun sejak lama pun dia sudah memaafkan Celo atas apa yang telah dilakukannya karena dia pun begitu mencintai Celo. dan tindakannya selama seminggu ini sudah membuatnya menyakiti Celo.
Celo--- Dimana pria itu sekarang? Apa suaminya baik-baik saja? Apa Celo selamat? Celo telah menyelamatkan nyawanya karena pria itu begitu melindunginya dan membiarkan dirinya sendiri terluka parah. Yaa Rabb, bagaimana keadaan suaminya saat ini? Dimana Celo sekarang?
"Kak Celo--" dia mencoba bangkit, namun seluruh tubuhnya seakan menolak dan membuatnya kembali terbaring. Rasa sakit yang sejak tadi dirasakannya kini semakin terasa dan menguat. "Astagfirullah-- ahh--"
Tubuhnya kembali terjatuh saat mencoba bangkit lagi. Perutnya terasa keram dan mengencang, membuatnya khawatir dengan anak didalam perutnya. Tiba-tiba pintu terbuka, saat Naura mengerang kesakitan sembari memegangi perutnya.
Farah berlari cepat menghampiri putrinya, sedangkan Bagas dengan segera memanggilkan dokter. "Sayang, apa yang sakit?" Naura tak menjawab pertanyaan ibunya. Rasa sakit di perut dan kepalanya sudah tak bisa lagi ditahannya, hingga tak lama semuanya terasa gelap untuk Naura.
Naura terbangun ketika matahari sudah siap tenggelam. Dengan susah payah dia berusaha menegakkan tubuhnya yang tidak sesakit sebelumnya. Tangannya terangkat mengusap perutnya perlahan, merasakan pergerakan kecil didalamnya, dan hatinya menghangat. Setidaknya saat ini dia tahu, jika anaknya masih berada disana dan baik-baik saja.
"Sayang, kau sudah bangun?" Naura mendongak, menatap ibunya yang baru saja memasuki kamar tersebut.
"Ma, kak Celo dimana?" Naura menatap ibunya khawatir. "Aku ingin bertemu kak Celo, ma."
Farah meletakkan makanan yang dibawanya diatas nakas, kemudian duduk disamping putrinya. Tangannya menggenggam erat tangan Naura. "Celo masih berada di ruang operasi."
Air mata Naura mengalir perlahan, dadanya terasa sakit dan sesak disaat itu juga mendengar kabar jika suaminya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Rasa takutnya kini semakin menguat. Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan suaminya, dia tidak ingin kehilangan Celo.
"Aku ingin kesana, ma." pintanya.
"Tapi kau masih harus istirahat."
"Kumohon, ma. Aku ingin kesana." Naura menggenggam tangan Farah begitu erat, menangis terisak. Dia ingin melihat Celo, dia ingin berada disana disaat suaminya berjuang didalam ruang operasi.
Farah merasa tak tega menolak permintaan putrinya. Bagaimana pun, sebagai seorang istri, Naura pasti sangat mengkhawatirkan kondisi suaminya, apalagi suaminya kini tengah berjuang antara hidup dan mati. Tapi dia juga tidak bisa mengijinkan Naura pergi begitu saja dengan kondisinya yang baru saja sadar. Dia harus menunggu keputusan dokter apakah Naura boleh berpergian atau tidak. Meskipun Celo dan Naura berada di rumah sakit yang sama, tetap saja itu akan membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk bisa berada di ruang operasi yang pastinya di penuhi dengan berbagai macam emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...