Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
_______________________________
Kediaman Celo yang awalnya sepi, kini berubah riuh dengan perdebatan ibu dan anak. Siang itu, Maura mengunjungi rumah Celo, berniat menemui Celo yang ternyata tidak ada disana. Bersama dengan Giordano yang juga berniat menemui Naura, Maura begitu percaya diri akan diterima dengan tangan terbuka oleh Saphire dan juga Axcel. Keadaan seperti ini membuatnya berpikir jika dia masih memiliki kesempatan untuk kembali menjadi menantu keluarga Denova. Tapi nyatanya, dia bahkan ditolak langsung oleh ibunya sendiri. Ibu yang selama ini membela dan mengabulkan semua keinginannya.
"Kau tidak pantas menginjakan kakimu disini, Maura." Farah menatap putri tertuanya itu penuh amarah. "Mama sudah tahu semuanya. Kau yang melakukan semua ini kan? Kau yang membuat hubungan Naura dan Celo hancur kan?"
Farah tak pernah habis pikir dengan pemikiran putri tertuanya itu. Dia tidak menyangka jika Maura bisa melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, sekalipun menghancurkan rumah tangga adiknya sendiri dengan cara yang begitu licik. Seharusnya dia mengenal putrinya dengan sangat baik, dan kenyataan bila dia tidak mengenal putrinya dengan sangat baik membuatnya sangat kecewa.
Maura tertawa licik, "Wow, baru kali ini aku melihat mama menolakku. Itu terasa sangat menyakitkan." katanya. "Tapi tujuanku kemari bukan untuk menemui mama, aku kesini untuk menemui calon suami dan mertuaku."
"Sampai kapanpun, kau tidak akan pernah mendapatkan Celo. Satu-satunya wanita yang dicintai Celo hanyalah Naura." Farah membalas tegas, membuat Maura mengeram kesal.
Celo tidak mungkin mencintai Naura, jika Celo mencintai Naura mana mungkin Celo memperkosa Naura dulu. "Celo mencintaiku. Jika dia mencintai Naura, mana mungkin dia memilih bertunangan denganku dibandingkan harus bertanggung jawab pada Naura. Saat ini Celo hanya masih merasa kecewa padaku, karena aku meninggalkannya sebelum pernikahan kami."
"Aku akan menemuinya, dan meminta maaf kepadanya jika alasanku pergi saat itu karena aku harus mengikuti pemotretan di Prancis. Aku akan mengakui kesalahanku karena lebih memilih karirku saat itu, dan membuat Celo kecewa. Dan aku yakin, Celo pasti akan memaafkanku dan memutuskan kembali. Celo pastinya hanya menjadikan Naura sebagai selingan saja."
"Kau terlalu percaya diri." Saphire tiba-tiba muncul, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum mengejek pada Maura. Saat ini dia tidak lagi menahan-nahan emosinya kepada Maura. Wanita ular di hadapannya itu sudah lama diincarnya karena berani mengusik rumah tangga putranya. "Bahkan nilaimu dengan Naura tidak bisa dibandingkan dalam hal apapun." katanya lagi, tajam.
Maura tersenyum meskipun amarahnya begitu memuncak. Jika saja dia tidak menginginkan Celo, pastinya dia sudah menghina wanita tua penyakitan di hadapannya kini. "Tante, kau terlalu dibutakan oleh sandiwara Naura. Tante belum sadar, jika Naura bukan wanita yang baik. Aku tidak menyangka jika Naura begitu licik hingga membuat tante memperlakukanku seperti ini."
Saphire mendengus kesal, "Kau tidak berhak menilai menantuku. Bagiku Naura jauh lebih baik dan pantas menjadi menantuku. Dia satu-satunya wanita yang pantas mendampingi putraku." dia menatap kearah Farah meminta maaf. Bagaimana pun Farah tetaplah ibu Maura, dan ibu mana yang akan suka jika ada orang lain yang melecehkan anaknya.
Tapi Farah mengerti itu, sehingga Farah hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Menyerahkan Maura agar menjadi urusan Saphire saja saat ini.
"Tente, kenapa kau menyakitiku seperti ini?" Maura mulai menjalankan aksinya dan berakting seakan-akan dia yang disalahkan disini. "Aku hanya membantu adikku agar tahu apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun Celo memang bersalah, aku masih akan tetap menerimanya karena aku tahu Celo melakukan semua karena terlalu mencintaiku."
Maura menangis dan terisak dengan begitu pedih, membuat Saphire bahkan Farah menatapnya jijik. "Aku mencintai Celo dengan sangat tulus tante. Bahkan aku juga menyayangi adikku makanya aku membantu Naura mengetahui semuanya. Tapi aku tak menyangka Naura malah membalas perbuatan baikku dengan mempengaruhi tante seperti ini. Dia bahkan membuat mama memperlakukan aku seperti ini."
"Berhentilah berpura-pura dihadapan kami." Axcel berkata tegas dan lugas. Sejak tadi dia mendengar bagaimana Maura memojokan Naura. Dia tidak tahan lagi jika harus diam mendengar menantunya terus didzolimi oleh Maura. Selama ini dia tahu apa yang dilakukan Maura kepada Naura, hanya saja mereka terlalu menyayangi Naura yang meminta mereka untuk tidak ikut campur.
"Maura, selama ini om membiarkanmu karena Naura yang melarang kami untuk ikut campur. Tapi sekarang, kau sungguh keterlaluan. Aku memang mengakui kesalahan yang telah diperbuat Celo, tapi kami tidak berharap jika Celo akan lari begitu saja. Celo mencintai Naura bahkan sebelum dia bertunangan denganmu. Dan asal kau tahu, pertunanganmu dengannya-lah yang Celo jadikan selingan karena ketiadaan Naura saat itu."
"Aku benar-benar menyesal telah meminta putraku bertunangan dengan wanita sepertimu. Dan aku merasa sangat lega karena kau pergi sebelum hari pernikahanmu, karena itu Naura saat ini yang menjadi menantu kami."
Ucapan Axcel bagaikan palu besar yang menghantam Maura dengan sangat keras. Dia benar-benar dipermalukan oleh Naura. Seharusnya dia mendapatkan sambutan hangat dari semua orang, tapi nyatanya dia malah di hinakan seperti ini. Kebenciannya terhadap Naura kini semakin besar, namun dia tak bisa melakukan apapun lagi karena sekarang yang melindungi Naura semakin banyak.
Maura melirik Giordano yang diam di tempatnya, sebelum membelalak karena tiba-tiba ayahnya datang dan melayangkan sebuah tinju keras kepada Giordano. Giordano yang diserang begitu saja, tersungkur dengan rasa sakit di wajahnya. Dan tanpa pertahanan apapun, Bagas mengangkat tubuhnya dan mencengkram erat keras kemejanya hingga membuat dirinya terasa tercekik.
"Ini balasan karena selama ini kau yang mengusik putriku." Bagas kembali melayangkan pukulan pada Girodano, dan berniat melakukannya lagi jika saja Axcel tidak menahannya. "Kau sudah membuat putriku ketakutan selama ini karena terormu."
Giordano masih terduduk di tempatnya, merasakan perih di seluruh wajahnya. Rahangnya mengeras penuh amarah. Seharusnya Celo yang diperlakukan seperti ini, bukan dirinya.
"Pergi kalian dari sini!" Bagas berteriak marah, mengusir dua orang di depannya. "Mulai saat ini, urus hidupmu sendiri Maura. Papa sangat kecewa padamu."
Dengan rasa penuh penghinaan, Maura dan Giordano pergi dari sana. Meninggalkan kebencian dan kekalahan yang begitu mendalam. Belum lagi penghinaan yang mempermalukan mereka dihadapan seluruh pegawai disana, membuat mereka tak memiliki lagi wajah. Rasanya Maura dan Giordano ingin membalas semua itu, tapi mereka tak memiliki daya dan juga dukungan kuat untuk melakukannya.
Berbeda dengan kondisi rumah yang riuh. Di pinggir danau yang tenang, Celo setidaknya merasa sedikit terobati karena Kenzo mulai bersikap hangat lagi kepadanya. Begitu dengan Kevin yang perlahan menganggapnya ada, tidak seperti sebelumnya yang selalu melewatinya seakan dirinya tidak ada disana. Celo sudah menganggap Kevin dan Kenzo seperti adiknya sendiri, sehingga hubungan buruk mereka beberapa waktu lalu cukup mempengaruhi perasaannya.
"Tuan, kami menemukannya." Herwit berseru keras, melangkah mendekat dengan cepat dan menyerahkan ipadnya pada Celo. "Dia ada bersama Aleta."
Celo meraih ipad tersebut segera dan membaca semua informasi yang tertera di layar. Dugaannya memang benar. Naura pasti tengah bersama Alate saat ini, karena hanya Aleta-lah yang belum ditemuinya. Mereka sempat mengunjungi rumah Aleta beberapa waktu lalu, namun ternyata Aleta sudah berpindah rumah dan tak ada seorang pun yang tahu termasuk Ragata. Sehingga mereka harus mencari keberadaan Aleta yang tak mereka sangat tersembunyi dan sulit terlacak.
"Kita kesana sekarang." Celo segera menegakkan tubuhnya untuk menuju tempat tersebut. Namun pandangannya seketika menggelap dan hal terakhir yang diingatnya adalah aroma tanah gembur di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...