Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
________________________
Sebulan telah berlalu, namun kondisi Celo tak menunjukan adanya perkembangan apapun. Pria itu masih betah tertidur dibantu dengan peralatan medis penunjang hidup, tanpa tahu kapan dia akan terbangun. Hampir setiap hari Naura mengunjungi rumah sakit, hanya untuk sekedar menemani suaminya, atau membantu suster merawat suaminya. Dalam sehari, Naura selalu menyempatkan datang dua kali ke rumah sakit, dipagi hari setelah mengantar Rizi ke sekolah, dan di sore hari setelah dia menjemput Rizi.
Rizi saat ini sudah benar-benar tinggal bersamanya setelah hasil tes DNA menunjukan jika Rizi memang putranya. Seminggu lalu hasil tes DNA itu keluar, dan segera setelahnya dia langsung mengurus seluruh dokumen sah atas Rizi. Bagaimana pun Rizi harus memiliki identitas yang sah sebagai putranya, juga sah menyandang nama Denova.
Semakin hari, Rizi semakin terlihat ceria apalagi setelah dia memasukkannya ke taman kanak-kanak. Katanya, disana dia banyak dikenal orang karena wajahnya yang tampan, sehingga banyak murid yang menjadi temannya. Meskipun baru beberapa minggu bersekolah, Rizi memanglah memiliki bakat seperti dirinya yang mudah bergaul juga baik pada siapapun. Apalagi keadaan di rumah yang diisi banyak orang, membuat Rizi semakin banyak memiliki teman bermain, termasuk Herwit.
Herwit sudah keluar dari rumah sakit 3 minggu lalu, dan baru selesai menjalani terapi pemulihan pada kakinya seminggu yang lalu. Herwit mengalami cedara pada kaki yang cukup parah, namun beruntung pria itu dapat disembuhkan meskipun melalui proses yang cukup panjang. Dia masih mengingat bagaimana reaksi Herwit saat melihat Rizi di rumah, pria itu menangis sejadinya karena melihat wajah yang begitu mirip dengan tuannya yang selama lebih dari 10 tahun ini didampinginya.
"Nyonya, siapa anak itu?" tanyanya kala itu. "Apa tuan jadi mengecil setelah kecelakaan kemarin?"
Dia hanya tertawa mendengar pertanyaan Herwit, tak menyangka jika pertanyaan konyol seperti itu bisa keluar dari mulut orang sejenius Herwit. "Kau terlalu banyak bergaul dengan Kevin dan Kenzo, jadi otak jeniusmu itu menghilang. Dia putraku, namanya Rizi. Apa kau tidak melihat kemiripannya denganku?"
Herwit tentu saja menggeleng, tak ada kemiripan apapun pada dirinya dan Rizi selain senyum ceria anaknya itu. "Dia putraku dan kak Celo yang hilang 5 tahun lalu."
Herwit tipe orang yang tidak akan banyak bertanya, pria itu bisa langsung menangkap poin penting dari apa yang diucapkannya. Sehingga tanpa mengatakan apapun lagi, Herwit langsung menghampiri Rizi dan memeluknya. Perlakukan yang diberikan Herwit pada Rizi tak jauh bedanya dengan apa yang diberikannya pada Celo, sehingga keduanya dengan cepat bisa menjadi dekat.
"Pagi, bu Naura." sapa seorang suster padanya. Karena terlalu sering datang ke rumah sakit, para dokter dan suster banyak yang mengenalinya, sehingga mereka tak akan sungkan menyapa atau sekedar mengajak mengobrol bersama.
"Pagi, sus." balasnya, sambil terus melangkahkan kakinya ke ruang perawatan Celo. Dia sedikit mengernyit saat tak menemukan suster yang biasanya berjaga di depan ruangan tersebut.
Langkah kakinya membeku seketika saat dia membuka pintu ruangan dan tak menemukan Celo di tempatnya. Diselimuti kepanikan yang luar biasa, dia masuk kedalam ruangan tersebut, mencari keberadaan suaminya disana termasuk kamar mandi. Namun nihil, Celo tak berada disana dan dia tak tahu kemana suaminya kini. Seorang suster tiba-tiba masuk menghampirinya dengan wajah bersalah.
"Bu Naura, mohon maaf sebelumnya. Bapak sudah dipindahkan ke rumah sakit lain." kata suster tersebut, terdengar ragu.
Naura terduduk diatas sofa, "Dipindahkan? Oleh siapa? Kenapa tidak memberitahu saya sebelumnya?" tanyanya marah.
"Semuanya atas perintah presiden rumah sakit ini, dan kami tidak bisa menolaknya karena telah disetujui oleh ayah kandung bapak."
"Ayah kandung? Papa Axcel?" Jadi Axcel mengetahui semua ini? Tapi kenapa tak memberitahunya terlebih dahulu? "Kemana suamiku dipindahkan?"
"Kami tidak tahu soal itu, hanya presiden yang tahu kemana pak Celo dipindahkan."
Naura dengan segera melangkah keluar dari ruangan tersebut. Dia harus menemui Axcel sekarang juga. Apa yang sebenarnya tengah terjadi disini? Kenapa Celo tiba-tiba dipindahkan dari rumah sakit ini? Apa terjadi sesuatu dengan suaminya yang tak diketahuinya?
"Nyonya?" Erik segera membukakan pintu mobil untuk Naura. Tanpa mengatakan apapun Naura masuk kedalam mobil dan menangis saat itu juga. Tangisannya bercampur dengan kemarahan juga kekhawatiran.
"Kita pulang sekarang, pak." katanya terisak. Mobil segera melaju meninggalkan rumah sakit.
Naura harus segera sampai di rumah untuk bertemu dengan Axcel dan bertanya tentang semua ini. Butuh waktu lebih dari setengah jam untuk mereka sampai di rumah, dan sesampainya di rumah Naura segera mencari keberadaan Axcel. Axcel tengah duduk di ruang keluarga bersama Rizi sambil menonton tayangan televisi. Sedangkan Saphire duduk tak jauh dari keduanya, sibuk dengan rajutannya.
"Papa." panggilnya, membuat Axcel dan Saphire menatapnya seketika.
Saphire menatap Naura yang berurai air mata dengan terkejut. "Sayang, ada apa? Kenapa kau menangis?"
"Nau, ada apa?" Axcel pun ikut bertanya.
Naura mengusap air matanya, lalu menatap Rizi yang juga menatapnya khawatir. "Rizi main dulu sama uncle Kevin ya sayang. Mama ingin bicara dengan grandma dan grandpa sebentar." pintanya, yang langsung disetujui Rizi. Dia kemudian menatap pada Axcel setelah Rizi pergi, "Kemana papa pindahkan kak Celo?" tanyanya langsung.
"Celo dipindahkan?" Saphire mengernyit bingung. "Maksudmu apa sayang?"
"Kak Celo tidak ada di kamarnya saat aku kesana tadi, dan suster bilang kalau kak Celo dipindahkan dari rumah sakit tersebut." jelas Naura. "Jadi kemana papa memindahkan kak Celo? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa papa tidak memberitahuku sebelumnya soal ini?" tanyanya terisak.
Axcel terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Ini semua permintaan Celo, Naura. Papa awalnya tidak mau menuruti apa kata Celo, tapi Celo mengancam akan menghilang jika papa tidak membantunya. Maafkan papa, Naura, karena papa tidak bisa memberitahumu ataupun yang lainnya kemana Celo dipindahkan saat ini."
"Kenapa papa tidak bisa memberitahuku?" Naura menjatuhkan tubuhnya diatas sofa, tertunduk dan menangis semakin keras saat Saphire memeluknya.
"Pa, kenapa papa tidak bisa memberitahu kami?" tanya Saphire.
"Karena Celo yang memintanya." ujar Axcel. "Papa sendiri tak tahu dengan pasti alasan Celo ingin merahasiakan dimana dia berada saat ini, yang pasti Celo saat ini tengah memulihkan dirinya dengan berada di tempat yang tepat."
Naura mendongak, "Itu artinya kak Celo sudah sadar?" tanyanya, dan Axcel terdiam. "Kak Celo sudah sadar dan papa tidak memberitahuku?"
Axcel menatap Naura penuh rasa bersalah, "Semalam Celo sadar, dan papa sudah berniat memberitahumu. Tapi Celo melarang papa melakukan itu, karena dia tidak ingin kepergiaannya semakin berat karena melihatmu. Papa sungguh tidak menolak permintaan Celo, Naura. Jika papa menolaknya dan memberitahukan semuanya padamu, Celo akan menghilang dari kehidupan kita. Setidaknya dengan papa melakukan ini, papa masih tahu jika dia masih ada bersama kita. Celo pasti akan kembali, papa yakin itu."
"Kenapa kak Celo harus pergi seperti ini?" sebenci itukah Celo padanya hingga pergi meninggalkannya begitu saja seperti ini? Dia tahu dia telah melakukan kesalahan pada Celo, tapi apakah belum cukup hukumannya selama ini? Selama sebulan ini dia dirundung kesedihan karena suaminya tak kunjung membuka mata, namun saat pria itu telah membuka mata dan tersadar, pria itu malah pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas juga entah pergi kemana.
"Sayang, sabar." Saphire mengeratkan pelukannya di tubuh Naura. "Celo pasti memiliki alasan yang jelas melakukan semua ini. Dan mama yakin, tak akan lama lagi Celo pasti akan kembali padamu. Celo begitu mencintaimu, dia tidak mungkin pergi meninggalkanmu. Sekarang kita berdoa saja supaya Celo dalam keadaan baik-baik saja dimana pun dia berada saat ini."
Ya, semoga saja. Apapun alasan Celo melakukan semua ini, dia akan terus menunggu suaminya itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...