DELAPAN PULUH EMPAT

8.2K 387 8
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

_____________________________

"Rizi dimana, Nau?" Beve menatap Naura yang baru saja masuk ke area dapur. Tangannya sibuk memotong sayuran yang akan dimasaknya.

Naura meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air. "Rizi tidur di kamar, bi." balasnya, lalu menenggak air minum tersebut hingga tandas. "Yang lain kemana bi?"

Beve melirik Naura, "Nyonya Saphire sedang istirahat di kamarnya. Tadi badan nyonya panas."

"Kalau begitu aku ke kamar mama dulu, bi." Naura segera melangkah menuju kamar Saphire dengan khawatir. Setelah mengetuk pintu, Naura masuk kedalam kamar dan duduk disisi ranjang. Tangannya terangkat menyentuh kening Saphire yang tengah tertidur pulas. Panasnya sudah turun sepertinya, jadi lebih baik dia tidak menganggu Saphire beristirahat.

Naura kembali ke dapur setelah memastikan Saphire baik-baik saja. Ben masuk ke dapur bersamaan dengannya. Pria tua itu masih terlihat bahagia dengan kehadiran Rizi, terlihat dari senyumnya yang tak pernah hilang selama beberapa jam terakhir.

"Paman Ben terlihat sangat bahagia hari ini." Naura tersenyum geli menatap Ben.

"Tentu saja aku sangat bahagia, karena kau bisa kembali dengan selamat ke rumah, juga karena Rizi telah kembali padamu." Ujar Ben, membuat Naura dan Beve tertawa pelan.

"Aku juga sangat bahagia paman Ben. Bibi Bev juga kan?" Naura menatap Beve yang langsung mengangguk.

"Ceritakan bagaimana kau bertemu dengan Rizi, Nau." Pinta Beve, dan Naura mengangguk setuju.

"Pertama kali aku bertemu Rizi disekolah. Kebetulan kak Riana salah satu donatur disana. Lalu aku bertemu lagi dengan Rizi saat aku menginap di rumah Aleta, karena ternyata rumah kak Riana bertetangga dengan Aleta. Saat itu aku tidak merasakan hal yang mencurigakan, mungkin karena ingatanku juga masih belum kembali. Dan kecelakaan yang aku alami kemarin, membuat seluruh ingatanku kembali. Aku menceritakan apa yang terjadi saat kecelakaan lima tahun lalu pada semua, dan kebetulan kak Riana ada disana bersama pak Malik yang menangani kasus kecelakaanku saat itu. Kak Riana bilang, saat kecelakaan itu dia menangkap seorang wanita bernama Marata yang tengah membawa seorang bayi lelaki. Dan dari itulah aku tahu jika Rizi putraku, meskipun kami memang memutuskan untuk melakukan tes DNA."

Ben menatap Naura, "Kenapa kau harus melakukan tes DNA? Bukankah sudah jelas jika Rizi putramu dan tuan Celo?"

"Untuk memperjelas status Rizi yang sebenarnya, supaya suatu saat tidak ada yang salah paham tentang siapa Rizi sebenarnya." Naura kemudian meraih segelas susu hangat yang baru saja dibuatkan oleh Beve, menengguknya perlahan. "Bagaimana pun, suatu saat nanti Rizi harus tampil di depan banyak orang sebagai anggota keluarga Denova dan Martanegara. Dan pastinya akan ada banyak orang yang mempertanyakan hal itu."

Naura sangat mengerti, bagaimana posisi dan status Rizi di keluarga ini. Rizi memang lahir di luar pernikahan, namun secara biologis Rizi merupakan anak kandung dari pewaris satu-satunya keluarga Denova. Pasti akan banyak pro dan kontra yang akan menimpa putranya suatu saat nanti akan statusnya yang lahir diluar pernikahan. Namun dia akan berusaha sebaik mungkin melindungi putranya dari semua itu, karena Rizi juga berhak atas dirinya dan ayahnya. Dan dia juga yakin, jika Celo akan melakukan hal yang lebih luar biasa untuk melindungi Rizi nantinya.

"Menurut agama, Rizi tidaklah berhak atas apa yang dimiliki oleh kak Celo karena statusnya yang lahir di luar pernikahan. Tapi Rizi adalah hak ibunya, milikku, jadi Rizi akan mendapatkan apapun yang aku punya."

"Kalian pasti bisa melalui semua itu dengan baik." Beve berjalan mendekat lalu memeluk Naura lembut. "Aku yakin kau bisa menjadi ibu yang luar biasa bagi anak-anakmu, dan melindungi mereka dengan sebaik mungkin."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang