Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
___________________________________________-
Celo tidak bisa memaksakan kehendaknya lagi sekalipun dia ingin memiliki Naura seumur hidupnya. Tapi Naura pasti sudah memikirkan semuannya sehingga meminta sebuah perpisahan yang sangat menyakitkan seperti ini. Naura pasti tak mampu lagi menahan kebencian kepadanya. Dia tahu Naura juga lebih menderita darinya akibat kesalahan besar yang telah di perbuatnya. Sehingga tak ada hal lain yang bisa dilakukannya selain menuruti apa kemauan istrinya. Mungkin Naura akan jauh lebih baik dan bahagia bila tak bersama orang jahat sepertinya.
"Aku akan mengurus perceraian kita setelah kau melahirkan nanti." katanya sedikit tercekat menahan rasa sakit di dadanya. "Aku tidak akan menahanmu, sesuai janjiku padamu jika aku hanya akan menceraikanmu jika kau yang memintanya. Dan sekarang kau memintanya padaku."
Celo tertawa pelan, menertawakan hidupnya yang menyedihkan. "Aku benar-benar minta maaf padamu dan aku menerima semua keputusan yang kau ambil. Tapi aku masih berharap ada maaf untukku darimu, dan aku juga masih berharap jika kau masih mau bersama denganku. Aku benar-benar minta maaf Naura atas semua yang telah kuperbuat padamu, aku memang sangat bersalah karena telah menyakitimu sedalam ini." katanya tulus.
"Tapi--" Dia menghela napasnya sesaat. "Sebelum kita bercerai, kau harus kembali ke rumah. Bagaimana pun aku masih tetap suamimu yang sah, dan kau masihlah tanggung jawabku."
Naura mengangguk singkat, "Oke, aku akan pulang."
Celo mengangguk, "Bersiaplah sekarang. Kita akan pulang hari ini." katanya dengan senyum lemah.
Naura tak bisa lagi berkata apa-apa meskipun dari sudut terdalam hatinya ada luka baru yang timbul dari apa yang telah di putuskannya. Akhirnya Naura hanya bisa pergi meninggalkan Celo untuk mengemasi barang-barangnya dan juga berpamitan pada Aleta dan ibunya.
Celo melemaskan bahunya seketika saat Naura masuk kedalam rumah. Kedua tangannya menutupi seluruh wajah dan menangis saat itu juga. Hatinya terasa sangat sakit dengan semua ini. Dia tidak mau kehilangan Naura, dia tidak ingin rumah tangganya hancur, tapi dia tidak bisa memaksakan Naura untuk terus bersamanya jika wanita itu merasakan sakit. Semua ini begitu sakit dan bertubi-tubi menimpanya, dia tidak sanggup tanpa istrinya.
Tiba-tiba Celo merasakan sebuah tangan mungil menyentuh pundaknya yang bergetar, mengusapnya perlahan seakan ingin tahu apa yang tengah terjadi. Celo menurunkan kedua tangannya, menatap sosok anak lelaki dibelakangnya dan tersenyum lembut.
"Om kenapa nangis?" tanya Rizi penasaran. Sebagai anak kecil dia tentunya merasa aneh saat melihat orang dewasa menangis karena Riana dan kakek neneknya tak pernah menangis sekalipun di hadapan Rizi.
"Om hanya lelah." Celo membalas ringan. Sebelah tangannya mengusap puncak kepala Rizi lembut. "Siapa namamu?"
"Rizi." Rizi memiringkan kepalanya. "Om lelah kenapa? Om pasti terlalu banyak menangkap orang jahat ya? Soalnya bunda suka lelah juga kalau habis menangkap orang jahat."
Celo tertawa mendengar ocehan polos Rizi, "Justru om orang jahatnya." Rizi menatap Celo tak mengerti dan membuatnya kembali tertawa. "Rizi sedang buat apa?"
Mata Rizi seketika berubah berbinar saat mendengar pertanyaan Celo. "Rizi lagi buat mainan mobil-mobilan buat adek bayi yang ada di perut kak Naura."
"Oh ya?" Rizi mengangguk, lalu memberikan mainan buatannya kepada Celo.
"Kata kak Naura, Rizi boleh lihat adek bayinya saat lahir nanti jadi Rizi buat mainan untuk adek bayinya."
Celo tersenyum, matanya berkaca-kaca karena kesedihannya kembali mencuat. Apa saat itu tiba dia bisa mendampingi Naura melahirkan dan melihat anaknya lahir? Pertanyaan itu membuatnya merasa sesak. Dia ingin menjadi orang pertama yang melihat putranya, seperti menjadi orang pertama yang melihat Naura lahir. Dia ingin selalu ada disamping wanita yang dicintainya saat melahirkan buah hati mereka dan berjuang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...