Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story.. :)
________________________________
17++
"Mama?!" Celo setengah memekik saat melihat keberadaan ibunya di dapur. Niat awalnya yaitu mencari istri kecilnya karena biasanya Naura akan berada di dapur bersama Kevin atau pelayan yang lainnya.
"Ish, anak ini. Bukannya kasih salam, malah meneriaki ibunya sendiri." Saphire mencibir sambil menuangkan minuman kedalam teko.
"Mama kenapa ada disini?" Celo meletakkan jas yang tadi dipakainya diatas meja, kemudian menggulung lengan kemejanya sambil menatap Saphire bingung.
"Memangnya kenapa? Tidak boleh?"
"Bukan seperti itu ma, tapi kenapa mama tidak memberitahuku kalau mama akan kesini?" jelasnya. "Papa juga ikut?"
"Mama ingin memberimu dan Naura kejutan." Saphire tersenyum. "Ini ide papamu."
Celo menggeleng tak habis pikir. "Ada-ada saja, ma. Sekarang papa dimana?" tanyanya.
"Papamu sedang bermain basket dengan Naura dan yang lainnya." Saphire menunjuk kearah luar menggunakan dagunya, tangannya sibuk menyiapkan beberapa cemilan bersama seorang pelayan.
"Naura main basket?" Celo menatap ibunya terkejut. "Kenapa mama tidak melarangnya? Dia masih harus istirahat, ma." kemudian dia melangkah cepat menuju lapangan basket.
Dari jauh Celo dapat melihat keramaian di sekitar lapangan basket. Suara teriakan dan tabuhan drum menyatu menjadi satu. Pantas saja tadi di depan hanya ada beberapa penjaga saja, dia yakin sisanya ada disana semua menyaksikan kelincahan ayah dan istrinya yang asyik memainkan bola oren itu. Tadinya dia ingin menyudahi kegiatan Naura karena takut istrinya itu kembali sakit. Tapi saat dia melihat senyum dan tawa gembira itu, semua niatannya tadi seakan menguap begitu saja, memilih membiarkannya agar senyum itu terus berada disana.
"Biarkan saja dulu, sayang. Naura akan baik-baik saja, jangan terlalu khawatir." Saphire menepuk pundak putranya dan tersenyum menenangkan.
Celo hanya mengangguk singkat sebelum kembali menatap kearah Naura yang begitu lincah bermain melawan Kenzo dan beberapa bodyguard yang lain. Suara peluit terdengar menjeda permainan sebagai tanda pergantian tempat. Axcel berjalan ke pinggir lapangan, meminta digantikan oleh Kevin sebelum melangkah mendekat pada istri dan putranya.
"Aduh, pinggang papa sakit, ma." katanya sambil menatap Saphire.
"Papa harusnya ingat umur." Celo mencibir. "Papa itu sudah tua dan rawan sakit jika terlalu lincah seperti tadi."
"Wah, wah, dia menyepelekan papa, ma." Axcel menggelengkan kepalanya tak terima sambil menatap istrinya. Kemudian dia menatap kearah putranya yang menatapnya aneh. "Papa ini masih kuat, masih lincah, masih perkasa seperti saat masih muda dulu."
"Terserah papa saja." balas Celo mengalah.
"Dia tidak percaya, ma." Axcel merajuk pada istrinya, menghiraukan tatapan aneh dari putranya.
Saphire tertawa. "Sudah, pa. Malu ada mantu kita." katanya saat melihat Naura berjalan mendekat.
"Sudah selesai?" tanya Celo saat melihat Naura berhenti di depannya dengan wajah penuh senyum. Keringatnya mengucur menembus jilbabnya.
Naura mengangguk. "Sudah, kak. Aku yang menang." balasnya riang.
"Kau tidak mendengar ucapanku tadi pagi?" Celo menatap Naura lekat. Memperhatikan senyum riang wanita itu yang berubah perlahan menjadi senyuman bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...