Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
______________________________________________
DUA MINGGU berlalu begitu cepat, tapi berjalan teramat lama bagi Naura. Selama dua minggu ini Naura memang menghabiskan banyak waktunya di sekolah, menyiapkan sidangnya besok, juga berlatih bersama Aleta dan Zildan untuk pensi terakhir mereka sebelum hari kelulusan. Tapi setelah itu, Naura akan langsung pulang ke rumah dan merasa sangat kesepian karena tidak ada Celo dirumah.
Suaminya itu memang sangat sibuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda beberapa waktu lalu. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu pabrik ke pabrik lainnya, dan dari satu desa ke desa lainnya. Terkadang Naura merasa sangat khawatir dengan kondisi tubuh suaminya karena harus bekerja sekeras itu. Tapi Celo selalu mengatakan bahwa pria itu baik-baik saja saat ditelpon, atau saat mengirimkan pesan singkat padanya.
Betapa Naura merindukan suaminya itu, hingga rasanya dia selalu ingin menangis saat tak menemukan Celo di kamar setiap malam. Tapi mati-matian dia menahan semua itu karena dia juga tahu jika suaminya pasti merasakan rindu yang sama sepertinya. Dia tidak mungkin mengorbankan banyak orang hanya karena dia tak mampu menahan rindunya kan?
Dan seharusnya semua perasaan itu akan berakhir besok, jika saja sebuah panggilan telpon dari Celo tidak menghancurkan semua penantiannya.
"Sayang, aku minta maaf, aku belum bisa pulang besok. Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan disini. Kau tak masalah kan jika aku baru bisa pulang minggu depan?"
Naura menghela napas kecewa, namun berusaha dia tahan dengan tak merubah nada suaranya. "Iya, kak. Aku tak masalah. Kakak selesaikan dulu semua pekerjaan kakak hingga beres oke?"
"Kau tidak marah kan sayang? Aku minta maaf." suara Celo terdengar sangat khawatir.
"Aku tidak marah, kak. Kakak tenang saja." balas Naura. "Semoga pekerjaan disana cepat selesai jadi kakak bisa pulang dengan cepat juga."
"Semoga saja, sayang." Terdengar helaan napas kecewa Celo. "Aku sangat merindukanmu. Rasanya setiap malam aku ingin pulang ke rumah dan memelukmu."
Mau tak mau Naura tersenyum mendengar ucapan suaminya, "Aku tidak yakin kakak hanya ingin memelukku." godanya.
"Kau tahu pasti apa yang akan aku lakukan setelah itu. Tidak perlu diperjelas nyonya Axcelord." kekeh Celo. "Tapi aku benar-benar merindukanmu, istriku."
"Aku juga merindukan kakak." balas Naura jujur.
"Haruskah aku pulang sekarang? Aku akan meninggalkan semua ini jika kau menginginkanku pulang sekarang."
Naura menggeleng meskipun Celo tak akan bisa melihatnya. "Tidak kak. Tanggung jawab kakak bukan hanya soal aku, tapi ini menyangkut seluruh karyawan perusahaan. Aku masih bisa bersabar menunggu kakak, dan aku yakin kakak juga bisa melakukannya."
"Tunggu aku pulang, sayang. Dan setelah itu aku tidak akan melepaskanmu satu detik pun."
Naura kembali tertawa, "Dan aku tidak akan melepaskan diri jika begitu."
"Ah, aku semakin merindukanmu. Sebaiknya kau tidur sekarang, besok hari besarmu."
"Iya, kak. Kakak juga istirahat disana."
"Selamat tidur, istriku. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Naura menghela napasnya perlahan, menyimpan ponselnya diatas nakas dan berjalan kearah jendela. Jika seperti dia tidak yakin bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Besok adalah hari yang sangat penting baginya, dan mendengar Celo tidak bisa pulang membuatnya merasa sangat kecewa. Dia ingin Celo menjadi orang pertama yang akan dipeluknya setelah berhasil melewati sidang esok hari. Tapi apa mau dikata, suaminya itu juga harus mengurusi banyak hal yang lebih penting dan menyangkut kepentingan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...