Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story.. :)
__________________________
Celo membaringkan Naura diatas ranjang didalam kamar. Melepaskan sepatu dan membetulkan posisi Naura agar tidak membuat istrinya kesakitan nantinya. Jantungnya berdebar kencang karena khawatir saat Naura tiba-tiba pingsan tadi. Dipikirannya hanya ketakutan jika Naura akan kembali seperti beberapa minggu yang lalu.
"Biar aku oleskan ini di dahinya." Anan masuk kedalam kamar sambil membawa sebotol minyak angin dan secangkir air hangat. "Apa dia punya penyakit lambung, kak?"
Celo mengernyit, "Seingatku dia tidak memiliki sakit lambung."
"Naura memiliki penyakit lambung." tiba-tiba Aleta masuk kedalam kamar. "Dia akan seperti ini jika sakit magh nya kambuh. Apa Naura sudah makan?" tanyanya.
Celo terdiam dan tiba-tiba menepuk keningnya. "Dia belum makan apapun selain beberapa potong apel sebelum kami berangkat kesini. Aku tidak tahu jika dia memiliki masalah di lambungnya."
"Apa perlu memanggil dokter?" tanyanya khawatir.
Anan tersenyum menatap kekhawatiran yang di tunjukan Celo. "Sepertinya tidak perlu, dia hanya butuh istirahat sebentar dan makan sesuatu yang lembut tentunya." katanya, kemudian dia menatap Aleta. "Aleta, tolong olesi ini ke keningnya dan pijat perlahan. Aku akan membuatkan makanan untuk Naura."
Aleta mengangguk dan berjalan kearah ranjang. Mengambil minyak angin yang diberikan Anan lalu mulai mengoleskannya ke kening sahabatnya itu.
"Terimakasih, Anan." ucap Celo saat Anan melewatinya. Anan hanya tersenyum dan segera keluar dari kamar tersebut.
Celo menghela napasnya, menyesali kecerobohannya kali ini. Bagaimana bisa dia tidak mengenal istrinya sendiri hingga membuat istrinya itu harus seperti ini? Beberapa tahun tidak bertemu dan saling berkomunikasi tentu saja banyak sekali perubahan dalam diri Naura yang tidak diketahuinya. Dan sekarang dia mulai menyesal dengan keputusannya untuk memutus komunikasinya dengan Naura beberapa tahun ini.
"Kak Celo jangan khawatir, sebentar lagi Naura pasti bangun." ucap Aleta, mencoba menghibur. Meskipun dia sedikit bingung dengan hubungan Naura dan Celo, tapi dia yakin jika apa yang terjalin antara sahabat dan pria di hadapannya itu adalah sesuatu yang begitu dalam, apalagi melihat kekhawatiran yang terpancar jelas dari wajah Celo. Naura hanya pingsan karena penyakit maghnya kambuh, dan tidak sewajarnya Celo sekhawatir itu. Tapi mungkin juga Celo seseorang yang memiliki kekhwatiran berlebihan terhadap kejadian yang menimpanya.
Celo hanya menghela napasnya, lalu berjalan ke arah ranjang dan duduk di dekat Naura. Tangannya menggenggam tangan istrinya lembut seraya mengusap punggung tangan yang mulai menghangat itu. "Cepatlah bangun, sayang."
Aleta sedikit mengernyit mendengar ucapan Celo barusan. Tatapannya beralih saat Naura menggerakan kepalanya dan mulai membuka matanya. Aleta menghela napasnya lega, begitu pun dengan Celo.
"Kau sudah bangun?" Celo tersenyum dan mengusap wajah Naura sekilas.
"Kau membuatku khawatir, kau tahu? Aku kira kau tidak akan bangun selamanya." ujar Aleta dengan memberengut, tentu saja hanya untuk bercanda.
Naura tersenyum kecil, "Maaf aku membuat kalian khawatir." balasnya. Kemudian mencoba bangun. Celo segera membantu Naura untuk duduk sambil bersandar di kepala ranjang.
"Kenapa kau tidak bilang kau memiliki masalah di lambungmu?" tanya Celo, sirat kekhawatiran masih tercetak jelas di wajahnya.
"Aku saja lupa kalau aku memiliki masalah di lambungku." Naura menggembungkan pipinya. Merasa konyol dengan kecerobohannya kali ini. "Maaf sudah membuat kak Celo khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...