DUA PULUH TUJUH

8.6K 390 6
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story.. :)

_____________________________________________

Naura terbangun saat kerikil-kerikil kecil mengenai jendela kamarnya. Dia menegakkan tubuhnya, mengerang kesal karena tidurnya terganggu. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukan pukul 10 pagi, masih jauh dari waktu biasanya dia bangun. Pola tidurnya yang cukup aneh membuatnya sering bangun siang, tentu saja setelah dia bangun untuk mandi dan sholat subuh lalu melanjutkan lagi tidurnya. Ternyata pola tidur anehnya itu berlanjut hingga sekarang namun dengan alasan yang berbeda.

Sambil menggerutu, Naura melempar selimutnya sembarang dan melangkah menuju jendela kamar sambil memakai jilbabnya. Kedua tangannya segera membuka jendela itu dengan lebar, yang langsung memperlihat seorang pria yang tengah mengumpulkan kerikil untuk dilemparkan ke jendela.

"What are you doing, Kevin?!!" teriaknya. Kevin yang tengah sibuk mengumpulkan kerikil terperanjat seketika dan langsung menjatuhkan semua kerikil di tangannya.

Kevin berbalik dan tersenyum lebar, menghiraukan tatapan membunuh nonanya. Membangunkan Naura sama saja seperti membangunkan beruang yang tengah hibernasi. Sulit dan mematikan.

"Selamat pagi menjelang siang, nona." sapanya ceria, tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Naura mengeram, menatap tajam sahabat menyebalkannya itu. "Pergi sana! Jangan menggangguku."

Kevin menggeleng, masih tetap tersenyum. "Kau tidak boleh tidur lagi, nona. Kau tidak malu suamimu sudah bangun lebih dulu darimu? Kau tidak malu suamimu dilayani oleh orang lain dan bukan dirimu?"

"Aku sudah melayaninya semalaman!" geram Naura, namun seketika membelalak setelah sadar apa yang baru saja diucapkannya. Mulut menyebalkan. Teriaknya dalam hati lalu menatap Kevin yang sudah tertawa terpingkal-pingkal.

"Kebiasaanmu itu masih ada tenyata." Tawa Kevin semakin keras, bahkan pria itu harus memegangi perutnya yang mulai sakit akibat tertawa. "Yaampun, selera humorku masih tetap sama." katanya lagi.

Naura mendengus kesal, "Berhenti tertawa Kevin Alvaro Putra!" bukannya berhenti, Kevin malah semakin tertawa dan berguling diatas rumput. "Berhenti!"

Tiba-tiba saja air matanya mengalir perlahan membasahi pipinya. Pandangannya sedikit mengabur karena genangan air mata, membuatnya hanya bisa memandang Kevin yang berdiri tepat di depan jendelanya samar. Dia merasa sangat kesal hingga rasanya dia hanya mampu menangis untuk meluapkan kekesalannya itu. Dia kesal pada Kevin yang mengganggu tidur dan menertawakannya, terlebih dia juga kesal pada mulutnya yang sering kali tak terkontrol. Dia tidak tahu kenapa perasaannya menjadi sesensitif ini, yang pasti dia hanya ingin menangis untuk meluapkan emosinya.

"Kenapa kau menangis?" Kevin seketika menghentikan tawanya dan berubah panik saat melihat Naura menangis. Kakinya segera berjalan mendekat. "Kau tidak serius kan, Naura? Kau menangis? Demi apa?"

Kevin terkekeh panik. Selama ini Naura tidak pernah sekalipun seperti ini saat dia menjahilinya. Tak terhitung berapa ratus kali dia mengganggu tidur nonanya itu dan membuatnya kesal setengah mati. Wanita itu paling hanya akan berteriak padanya atau melemparkan sesuatu kearahnya. Dan sekarang melihat wanita itu menangis karena kejahilannya membuatnya kalang kabut, bingung harus melakukan apa untuk menenangkan nonanya.

"Shh, aku minta maaf. Aku keterlaluan, jangan menangis, kumohon." dia menempelkan kedua tangannya di depan dada, memohon agar Naura berhenti menangis sebelum Kenzo melihatnya. Bisa-bisa dia dibunuh oleh rekannya itu karena membuat Naura menangis seperti ini karena kejahilannya.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang