LIMA PULUH TIGA

7.6K 359 6
                                    

Don't forget for vote and comment.. 

Enjoy the story :)

___________________________________

Juna menyeringai, "Setahuku, sekarang Martanegara dan Denova sudah menjadi sebuah keluarga."

Semua orang seketika terdiam mendengar ucapan Juna, terutama wanita yang sudah mengusir Naura tadi. Wajah wanita itu berubah pucat dan berkeringat, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Siapa tidak merasa khawatir setelah mengusik putri pemegang saham terbesar kedua di DnD Express?

"Sa-sa.. Ya.."

Tiba-tiba kerumunan orang-orang tersebut terdengar saling berbisik saat langkah orang nomor satu di perusahaan terdengar dibelakang mereka. Aura intimidasi penuh kemarahan begitu terasa saat Celo melangkahkan kakinya mendekat, mata indahnya berubah dingin namun kemudian melembut saat menatap istrinya yang hanya diam seperti tak terjadi apapun.

Orang-orang mulai mundur perlahan dan menunduk, tak berani sedikit pun menatap pimpinan mereka. Dalam keadaan biasa pun mereka merasa sangat segan untuk melihat Celo secara langsung, apalagi dalam kondisi seperti ini. Celo tentu saja sedang diselimuti amarah besar saat ini, meskipun mereka tidak tahu kenapa Celo harus semarah itu.

"DnD Express tidak pernah bersikap merendahkan siapapun, semua karyawan dan seluruh jajaran petinggi haruslah memiliki attitude yang baik, serta mampu menghormati orang lain. Siapapun itu, dan dari kalangan manapun." Celo berkata rendah, menatap tajam wanita yang sudah merendahkan istrinya. "Bukankah setiap karyawan disini sudah tahu tentang peraturan itu?" katanya lagi, dalam.

Wanita itu hanya mampu menunduk. Ketakutannya semakin meningkat disertai penyesalan karena apa yang telah dilakukannya.

"Perkataanku ini bukan karena kau menyinggung anggota keluargaku, tapi karena itu salah satu ketentuan perusahaan yang harus kau taati. Ini tidak hanya berlaku untuknya saja, tapi juga untuk semua orang yang berada dibawah naungan perusahaan."

Semua orang mengangguk serentak, tanpa berani mengangkat kepala mereka. "Jika hal ini terulang lagi, aku tidak akan segan melepas jabatan kalian dan memberikannya kepada orang lain."

"Dan untukmu, kali ini aku memberimu kesempatan sekali lagi. Gunakan itu untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakumu." Celo menatap wanita yang ketakutan itu. Kemudian menatap kearah Naura dan Juna. "Kita keruanganku."

"Kau baik-baik saja?" Celo berbisik pelan pada Naura yang berjalan di sisinya. Juna berjalan di depan bersama Herwit menuju ruangannya. "Maaf membuatmu menunggu."

Naura mengangguk dan tersenyum. "Aku baik-baik saja, kak."

Celo tersenyum lembut, "Kau bisa istirahat di ruang kerjaku."

"Oke, kak." Kemudian mereka memasuki ruang kerja Celo stelah keluar dari dalam lift.

Naura mengamati ruangan luas itu yang seperti biasa sangat mencirikan kesukaan suaminya. Hitam dan putih. Dibelakang meja kerja besar milik Celo, jendela besar terlihat mendominasi ruangan, membuatnya mampu melihat pemandangan kota dari atas ketinggian. Ruangan besar itu terlihat minimalis dan sederhana dengan beberapa perabotan yang disimpan sesuai kebutuhan. Dia kemudian duduk diatas sofa panjang, berhadapan dengan Juna yang sudah menyandarkan tubuhnya sambil memainkan ponselnya.

"Kak Juna tidak datang bersama uncle Keenan?" tanyanya, karena tidak melihat Keenan sejak kedatangan Juna tadi. Biasanya mereka akan selalu bersama dimana pun dan kapanpun.

Juna menurunkan ponselnya, "Kak Keenan akan menyusul kesini sebentar lagi." balasnya.

Naura mengangguk mengerti, dan tangannya meraih botol minum yang diberikan Celo kepadanya. "Terimakasih, kak."

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang