DUA PULUH ENAM

8.8K 387 0
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story.. :)

_______________________________________

Semua bagian paviliun sepi, setiap ruangan tampak gelap dan hanya terdapat cahaya remang di beberapa bagian ruangan. Gesekan antar dahan pohon yang tertiup angin terdengar keras, hawa dingin masuk melalui celah-celah kecil dan menusuk kulit. Celo sudah mengelilingi seluruh bagian pavilun yang sepi, hingga akhirnya dia memilih duduk di ruang tengah yang hanya diterangi lampu malam di ujung ruangan. Rasa kantuk tak menyerangnya sedikitpun, sehingga setelah istrinya tertidur dia memilih membersihkan diri dan berkeliling, berharap rasa kantuknya datang.

Percakapannya dengan Ben beberapa minggu lalu membuat pikirannya kembali terasa penuh. Apakah orang itu ada hubungannya dengan cerita yang pernah Ben katakan padanya? Jika iya, siapa orang itu sebenarnya dan apa tujuannya melakukan semua ini? Bahkan dari perkiraannya, orang itu seperti sudah merencanakan semuanya dengan matang dan hati-hati, sehingga tak ada seorang pun yang mampu melacaknya termasuk Herwit.

Herwit satu-satunya tangan kanannya yang sangat handal dan mampu diandalkan. Tak pernah sekalipun pria itu mengecewakan semua perintahnya, dan pria itu juga yang selama ini selalu tepat dalam menyelidiki sesuatu. Setiap penyelidikan yang diperintahkannya akan beres dalam waktu singkat. kini , mendnegar Herwit belum mampu menyelidiki orang itu, membuatnya sedikit khawatir mengenai keadaan istrinya karena ada kemungkinan orang itu akan meneror istrinya lagi. Dan dia tidak mau jika keadaan Naura kembali memburuk.

"Tuan." Celo mendongak, menatap sosok pria yang hampir sepuluh tahun ini mendampinginya. Pria itu mengangguk singkat sebelum duduk di hadapan Celo yang hanya diam.

"Anda belum tidur?" Herwit bertanya pelan, dan Celo hanya menggelengkan kepalanya. "Anda masih memikirkan orang itu, tuan?"

Celo mengangguk, "Aku tidak akan pernah berhenti memikirkannya sebelum aku tahu siapa orang itu dan menghabisinya."

"Saya rasa sekalipun Anda berhasil mengungkap siapa orang itu, pasti ada sebuah rencana yang orang itu siapkan. Saya curiga ada sesuatu di masa lalu yang pernah terjadi dan itu berkaitan langsung dengan nona Naura." ungkap Herwit.

Celo terdiam beberapa saat, "Aku tidak akan membiarkannya menyentuh Naura sedikitpun."

"Tuan, ada satu hal yang ingin saya tanyakan." Herwit menegakkan tubuhnya dan menatap Celo yang kini menatapnya bertanya. "Apa ada suatu hal yang terjadi pada istri Anda beberapa tahun lalu?"

"Tak ada apapun yang terjadi pada Naura." balas Celo berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan apa yang Ben ungkapkan padanya sekalipun pada Herwit. Dia harus memastikan banyak hal sendiri tentang itu dan tak melibatkan siapapun didalamnya. "Aku yakin ini hanya murni pekerjaan orang yang menginginkan sesuatu dariku."

Herwit hanya mengangguk meskipun dia merasa yakin jika terjadi sesuatu dengan istri tuannya itu. Dia yakin ada sebuah kejadian besar yang menimpa Naura yang coba ditutupi oleh Celo dan ketiga bodyguard yang menjaga Naura selama ini.

"Dan ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan."

Celo kembali menatap Herwit, "Ada apa?"

Herwit mengelurkan sebuah amplop yang sudah disiapkannya saat melihat Celo melintasi kamarnya tadi. "Ini mengenai adik Anda." katanya, memberikan amplop tersebut pada Celo.

Celo meraih amplop tersebut dan membukanya, membaca setiap kalimat yang tertera disana. Tangannya seketika bergetar hingga tanpa sadar meremas kertas tersebut dengan sangat kuat. "Darimana kau mendapatkan ini?" tanyanya tercekat.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang