DELAPAN PULUH SEMBILAN

9.1K 410 9
                                    

Don't forget for vote and comment..

Enjoy the story :)

____________________________

DUA bulan berlalu, dan kini usia kandungan Naura sudah memasuki bulan ketujuh. Selama beberapa bulan ini, Naura banyak menghabiskan waktunya dengan belajar memasak bersama Beve, dan mulai mengikuti kelas kehamilan di rumah. Farah dan Bagas kini sudah kembali ke kediaman Martanegara, menemani Maura yang sempat tersandung kasus pelecehan seksual di agensinya beberapa waktu lalu. Sedangkan Saphire dan Axcel tetap menetap disana untuk menemani Naura dan Rizi.

Axcel tentu saja tak ingin berjauhan dengan cucu lelakinya. Mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama, dan sering berpergian ke tempat bernuansa alam bersama Kevin dan Kenzo. Bahkan Rizi jarang menghabiskan waktu bersama Naura karena selalu berpergian bersama kakek dan kedua pamannya. Anaknya itu akan ada di rumah setiap akhir pekan, dan disaat itulah dia bisa menghabiskan waktunya bersama Rizi.

Seperti hari ini, sejak pagi Rizi berbaring disampingnya sambil menonton tayangan kartun di televisi. Sebelah tangannya mengusap lembut puncak kepala Rizi, sedangkan tangannya yang lain mengusap perutnya yang membuncit. Rizi sesekali tertawa saat tayangan di televisi menampilkan adegan lucu.

"Rizi, nenek akan pergi ke pasar, kau mau ikut?" Beve masuk kedalam ruang keluarga sambil membawa keranjang belanjaan. Rizi selalu ikut Beve ke pasar setiap beberapa hari sekali, hanya untuk sekedar menemani Beve atau untuk membeli anak ayam yang dipeliharanya di pekarangan belakang rumah.

Rizi dengan cepat menegakkan tubuhnya, menatap Beve antusias. "Rizi mau ikut. Mama, Rizi boleh ikut kan?" tanyanya pada Naura.

Naura mengangguk, "Iya, sayang. Asal jangan merepotkan nenek saja nanti disana." katanya, membuat Rizi tersenyum girang dan langsung menuju ke kamarnya untuk mengambil jaket.

"Dia selalu bersemangat dalam hal apapun." Naura tertawa pelan menatap tingkah putranya, begitupun dengan Beve.

"Sama sepertimu." balas Beve. "Kau tidak masalah dirumah sendiri? Nyonya dan tuan akan pulang nanti sore."

"Tidak masalah, bi. Aku akan baik-baik saja."

"Hubungi aku jika ada sesuatu, oke?"

"Iya bibi Bev-ku tersayang." Naura tersenyum geli melihat kekhawatiran di wajah Beve. "Lagipula sebentar lagi Kevin dan Kenzo akan kembali."

Kiara sudah sadar beberapa minggu lalu. Wanita itu akhirnya terbangun setelah bertahun-tahun lamanya tertidur. Selama seminggu juga, Naura terus datang ke rumah sakit untuk menemani Kiara, tentunya bersama Kevin dan Kenzo. Kiara begitu bahagia saat melihatnya, apalagi setelah mengetahui jika Rizi masih hidup. Saat ini Kiara masih harus mendapatkan perawatan untuk memulihkan fungsi tubuhnya yang sudah lama tak bekerja.

"Nenek, ayo kita pergi." Rizi kembali dengan berpakain rapi, begitu semangat saat mengajak Beve pergi.

"Pergi ke depan dan temui kakekmu lebih dulu, nenek akan menyusul." Ucap Beve, dan Rizi segera berlari menuju depan rumah. "Anak itu sangat hobi berlarian, sama sepertimu."

Naura tertawa, "Sikapnya sangat mirip denganku saat kecil dulu."

Beve mencubit pipi tembam Naura dengan gemas, "Tentu saja karena dia putramu. Untungnya dia mewarisi wajah ayahnya." ucapnya, menggoda Naura yang langsung mendengus.

"Memangnya kenapa jika Rizi mewarisi wajah ayahnya? Itu artinya wajahku tidak menawan?"

"Dia terlihat sangat tampan dan maskulin, wajahmu juga sangat menawan makanya tuan Celo bisa jatuh cinta padamu. Tapi kalau Rizi mewarisi wajahmu, dia akan terlihat sangat feminim." jelas Beve, membuat Naura tersenyum. "Aku pergi dulu. Kau hati-hati dirumah." katanya lagi.

Come To You - #2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang