Don't forget for vote and comment..
Enjoy the story :)
________________________________________________
NAURA membuka matanya perlahan dan menyadari jika waktu sudah menunjukan tengah malam. Semakin besar usia kandungannya, membuat waktu tidurnya semakin cepat. Dan biasanya dia akan terbangun di tengah malam untuk ke kamar mandi atau mengecek Rizi sebelum kembali tidur didalam kamarnya. Bahkan terkadang juga dia bisa membangunkan Kevin atau Kenzo untuk meminta mereka membelikan sesuatu yang diinginkannya secara tiba-tiba.
"Kenapa kau terbangun sayang? Ingin sesuatu?" Celo menatap istrinya yang tiba-tiba terbangun. Tangannya yang sedari tadi memeluk tubuh Rizi, diangkat perlahan untuk memindahkan kepala Rizi keatas bantal. Kemudian dia menegakkan tubuhnya dan menatap istrinya. "Kau butuh sesuatu sayang?"
Naura tersenyum seraya berusaha menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Rasanya sekarang sangat sulit untuknya hanya untuk sekedar menegakkan tubuhnya. Seingatnya dulu saat dia hamil Rizi, tidak sesulit sekarang, bahkan dulu dia masih kuat bertani dengan perutnya yang membesar. Apa mungkin karena sekarang usianya bisa disebut terbilang matang untuk mengandung? Entahlah.
"Kakak belum tidur?" tanyanya, kemudian melirik jam diatas nakas. "Ini sudah hampir jam 1 pagi. Kenapa kakak belum tidur?"
Rasanya dia masih tak percaya jika Celo telah kembali ke sisinya saat ini. Selama tiga bulan lebih dia habiskan sendirian di kamar ini, apalagi setelah Rizi memiliki kamarnya sendiri. Naura memang benar-benar tidur sendirian di kamar ini, hingga membuat kerinduannya semakian menjadi setiap saar dia mengingat sosok Celo yang entah pergi kemana.
Celo mengusap puncak kepala istrinya lembut, "Aku hanya belum bisa tidur, sayang." katanya sambil menatap kearah Rizi yang tidur diantara mereka. "Aku masih belum percaya dengan semua ini."
Naura menarik tangan suaminya yang berada diatas kepalanya, menggenggamnya lembut. "Aku juga masih tidak percaya, kak. Rasanya semua ini seperti mimpi indah, dan aku takut saar aku terbangun dipagi hari semuanya akan hilang lagi." katanya.
"Tapi semua ini benar-benar nyata. Aku disini sekarang, bersamamu, bersama anak kita." Celo menatap istrinya penuh cinta. Mengeratkan genggamannya ditangan istrinya, sedangkan sebelah tangannya yang lain mengusap puncak kepala Rizi dengan lembut. "Wajahnya sangat mirip denganku, tapi tingkahnya begitu mirip denganmu. Aku tak menyangka jika selama ini dia tumbuh tanpa aku di hidupnya. Bahkan aku sempat tak tahu jika dia hadir didalam perutmu dan lahir ke dunia ini."
Celo merasa sangat bersalah terhadap Rizi. Sebagai seorang ayah, dia bahkan sempat tak mengetahui keberadaan putranya sendiri. Selama satu tahun dia membuang waktu dan menyiksa diri, di tempat lain Naura tengah berjuang keras menjaga Rizi dengan seluruh hidupnya. Dan setelah dia kembali ke Indonesia pun, dia tidak tahu jika Rizi hidup dan tumbuh bersama orang lain.
Tentu saja dia telah kehilangan banyak waktunya sebagai ayah untuk Rizi. Bahkan dia pun tak ada disaat Rizi belajar berjalan atau saat memulai hobi pertamanya. Semua itu telah berlalu, tapi dia akan berusaha menjadi ayah yang luar biasa untuk Rizi kedepannya. Dia ingin putranya tahu, jika ayahnya begitu mencintainya dan akan melakukan yang terbaik untuknya.
Naura mengerti bagaimana perasaan Celo saat ini. Celo pastinya sangat bahagia mengetahui putranya masih hidup dan kini telah bersamanya, namun disisi lain sebuah rasa bersalah muncul karen takdir yang terjadi membuat mereka terpisah begitu lama. Naura pun merasakan semua itu dulu, tapi Naura bertekad untuk menebus semua itu sekarang. Bukankah tidak ada kata terlambat untuk semua ini?
"Dia juga tumbuh tanpa aku di hidupnya, kak." Naura menatap suaminya. "Selama 5 tahun hidupnya, Rizi tak mengenal kita berdua, jadi sekarang saatnya membuat Rizi mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan. Kasih sayang kedua orang tuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To You - #2 [COMPLETED]
Romance--Seri kedua dari 'The Way of Love: Destiny'-- Naura tidak pernah tahu takdir seperti apa yang telah Sang Maha Kuasa siapkan untuknya. Satu hal yang pasti, dia harus menggantikan kakaknya yang pergi tanpa alasan apapun untuk menikah dengan calon kak...