"Apakah kita perlu membeli ini?" tanya Varun mengambil sebuah kemasan ikan dalam kaleng. Saat ini ia dan Shraddha berada di sebuah supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan, dan beberapa makanan ringan untuk mereka konsumsi di penthouse. Sebenarnya Varun sudah menyuruh Shraddha untuk mendelivery saja, karena mereka tidak akan selamanya disini. Varun akan kembali ke Indonesia setelah malam tahun baru selesai. Ia memang berniat untuk merayakan tahun baru disini, bersama dengan Shraddha, Chintu dan juga yang lainnya.
Sebenarnya Varun tidak ingin repot seperti ini. Tapi Shraddha mengatakan, bila ia setiap hari makan makanan fast food itu tidak akan baik bagi kesehatan. Itulah sebabnya, saat ini ia memilih mengajak pria itu untuk membeli beberapa bahan makanan dan beberapa snack juga minuman untuk mereka konsumsi.
"Lebih baik kita membeli yang fresh saja." ujar Shraddha.
"Tapi bukankah itu lebih cepat untuk di proses. Kita tinggal memanasinya saja nanti."
"Beli yang fresh saja Varun, aku yang akan memasaknya untukmu."
"Benarkah?"
"Tidak." jawab Shraddha lalu melengos pergi begitu saja sambil mendorong troli yang sudah terisi setengahnya. Wanita itu meninggalkan Varun du belakangnya yang sedang penampilan wajah masamnya.
"Untung aku pria yang sabar." gerutu Varun sambil mengikuti kemana arah Shraddha yang sedang mendorong troli belanjaan.
Sekitar dua puluh menitan mereka sudah berkeliling sambil mencari barang belanjaan. Shraddha mengecek kembali barang belanjaannya, mungkin ada barang yang ia lupa.
"Sudah semua?" tanya Varun ketika mereka sedang mengantri untuk membayar. Shraddha mengangguk sebagai jawaban. Tak lama setelah itu, ponsel Varun berbunyi dan tertera nama Rakesh.
"Halo, ada apa? Apa kamu ingin menitip sesuatu?" tanya Varun ketika panggilannya sudah tersambung dengan Rakesh di seberang sana.
"Halo Varun, aku akan mengalihkan menjadi mode video call." ucap Rakesh. Varun merasa bingung, mengapa pria itu meminta untuk melakukan video call? Apakah ada sesuatu yang sudah terjadi di penthouse? Tanpa menunggu lama, wajah Rakesh dan juga wajah Chintu terpampang di layar ponsel miliknya.
"Ada apa?" tanya Shraddha tanpa bersuara. Wanita itu berucap hanya dengan gerakan bibirnya. Varun mengedikkan kedua bahunya, pertanda ia tidak tahu apa-apa.
"Halo Varun, kamu masih belanja bersama Shraddha?" tanya Chintu.
"Iya, kami sedang mengantri di kasir." jawab Varun
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Varun langsung mengernyitkan alisnya. Ada seseorang yang ingin menemuinya? Tapi siapa? "Tunggu sebentar, aku akan menyerahkan ponselku kepadanya."
Varun begitu terkejut, ia tidak menyangka wajah Soumya terpampang di layar ponselnya. Yang mana artinya, saat ini Mamanya sedang bersama dengan Chintu dan juga yang lainnya.
"H-halo Ma." sapa Varun. Shraddha langsung menoleh kebelakang ketika mendengar Varun menyebut kata 'Ma' . Ia tidak kalah terkejutnya dengan Varun. Bagaimana bisa Soumya tiba-tiba ada penthouse bersama dengan Chintu dan yang lainnya. Apakah Chintu menceritakan kejadian tadi pagi, dan menelpon Mamanya Varun dan menyuruhnya untuk datang ke penthouse. Jantung Shraddha berdegub dengan kencang memikirkan itu semua.
"Next." ujar sang kasir, meminta Shraddha untuk maju karena sekarang giliran belanjaan mereka yang akan di tangani.
"Cepat pulang ke Penthouse. Mama ingin segera bicara denganmu." setelah mengucapkan kalimat tadi, Soumya langsung mematikan panggilan telepon secara sepihak. Sama seperti yang ada di pikiran Shraddha. Varun juga berfikir bahwa Chintu dan yang lainnya yang mengundang Mamanya untuk datang ke Penthouse. Karena setahunya, Mama maupun Papanya tidak mengetahui tentang kedatangannya ke amerika. Bahkan mereka juga tidak tahu, bahwa ia tinggal di penthouse miliknya.