Part 75

228 11 7
                                    

⚠️Warning!⚠️

This part contains scene 21+




























































Sekitar lima belas menit, Shraddha akhirnya kembali ke kamarnya. Seorang pria yang datang mencari dan menunggunya di bawah tadi adalah saudaranya, Alvin. Ternyata ponsel Kakaknya itu tertinggal di dalam tas miliknya, dan pria itu datang untuk mengambil kembali ponselnya.

Shraddha menyunggingkan senyumannya, melihat kearah Varun yang duduk di atas ranjang menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang sambil bersedekap dada. Menatap kearahnya dengan tatapan kesal.

"Kamu menungguku? Kupikir kamu sudah tidur. Bukankah sebelumnya kamu bilang kamu mengantuk?" Ucapnya seraya merangkak naik keatas ranjang. Dan mulai mendudukkan tubuhnya di samping tubuh Varun. 

"Shraddha kamu menyiksaku!" Ujar Varun dengan raut wajah di tekuk.

"Aku? Apa salahku?" Balas Shraddha sambil tertawa kecil. Kemudian ia lanjut merebahkan tubuhnya dan menaruh kepalanya di atas paha suaminya itu. Mendongak menatap kearah wajah prianya itu, yang mana terlihat begitu menggemaskan ketika sedang merajuk saat ini.

"Baby i was turn on, and you just left me!"

Shraddha tertawa mendengar itu. Kemudian ia beralih menatap kearah perut Varun, memainkan jari-jemarinya menggambar pola abstrak di atas perut kotak-kotak milik suaminya yang saat ini terpampang jelas di hadapannya "Bukan salahku. Ponsel Kakak tertinggal sebelumnya bersamaku, jadi dia datang untuk mengambilnya." Ucapnya mencoba menjelaskan apa yang sudah terjadi.

"Kakak? Berarti Alvin?"

"Memangnya siapa lagi saudaraku?"

"Bukankah dia berada di Amerika?"

"Tidak dia ada disini. Dan dia datang menemui ku tadi. Lalu kami pergi menghabiskan waktu sebentar. Ice cream yang aku makan tadi, bahkan pemberian darinya."

"Jadi ketika kamu pergi tadi sore itu, kamu pergi bersama Alvin?"

"Iya. Memangnya kamu pikir aku pergi dengan siapa?"

Varun menertawakan kebodohannya sendiri. Dirinya uring-uringan tidak jelas memikirkan Shraddha yang pergi hangout bersama dengan seorang pria, yang mana ternyata pria itu adalah Kakaknya. Astaga dirinya ternyata sudah berfikir terlalu jauh.

Ohh dan dirinya sekarang juga baru mengerti, maksud Alvin mengiriminya pesan menanyakan alamat rumahnya tadi siang itu ternyata karena ini.

"Lupakan saja." 

"Ohh aku baru mengerti." Celetuk Shraddha tiba-tiba. Tersenyum penuh arti kearah Varun yang saat ini sedang menatapnya dengan wajah datar. 

"Apa yang kamu mengerti?" Todong Varun menatap Shraddha dengan was-was.

"Saat aku pulang tadi, wajahmu terlihat masam. Kamu badmood, dan tidak biasanya kamu mengabaikan aku seperti itu. Kamu cemburu dengan Kak Alvin? Karena aku pergi keluar dengannya. Ngaku!" Balas Shraddha sambil tersenyum mengejek.

"Tidak." Elak Varun. Dirinya tidak ingin Shraddha mengetahui kebodohannya jika wanitanya itu tau alasan sebenarnya mengapa dirinya badmood dan berwajah masam sebelumnya. Jika ia jujur, istrinya itu pasti akan habis-habisan mengolok dirinya nanti.

"Benar juga, kamu tidak mungkin sampai cemburu dengan saudaraku hanya karena kita pergi hangout berdua."

Varun mengangguk menyetujui. "Sudahlah, ayo bangun aku ingin tidur." Ucapnya kemudian memindahkan kepala Shraddha dan menaruhnya pada bantal yang berada di sebelahnya. Ia pun langsung lanjut merebahkan tubuhnya.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang