Part 87

156 12 32
                                    

"Apa kegiatan ku setelah ini?" Tanya Varun pada sekretarisnya.

"Hanya tanda tangani beberapa berkas Sir. Mengenai meeting dengan Harmony company, itu di undur besok." Jawab sang sekretaris seraya menyodorkan beberapa berkas untuk Varun tanda tangani.

Varun mengangguk, ia pun langsung menandatangani semua berkas yang sekretarisnya sodorkan. Akhirnya ia dapat pulang lebih awal, dengan begitu ia dapat bertemu dengan Shraddha lebih cepat. Pikirannya sedari tadi tertuju pada wanitanya itu. Sebelum Shraddha memaafkan dirinya, dirinya tidak dapat tenang.

"Thank you sir." Ucap sang sekretaris setelah Varun selesai menandatangani berkas yang di bawanya. Ia pun pamit undur diri dari hadapan boss-nya itu.

***

Shraddha baru saja selesai menyegarkan tubuhnya. Saat dirinya hendak berjalan ke arah walk in closet, ponsel miliknya yang berada di atas meja rias berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Lantas ia pun berbalik badan, memilih untuk melihat siapa yang sedang menelponnya saat ini.

Varun ❤️

Shraddha terdiam beberapa saat. Kejadian tadi pagi masih terputar di kepalanya. Bayangan Varun yang memeluk Illeana masih terekam jelas di otaknya.

"Apakah Varun mengatakan yang sebenarnya." Monolognya kemudian. Ia menimang-nimang apakah ia harus menjawab panggilan dari Varun, atau mengabaikannya begitu saja.

"Tapi sepertinya Varun tidak berbohong. Dia juga sudah berjanji untuk menjaga jarak dengan Illeana. Seharusnya setelah ini semua akan baik-baik saja bukan?" Akhirnya Shraddha memilih untuk mengambil ponselnya, dan menerima panggilan dari suaminya itu.

"Halo." Ucap Varun di seberang sana.

"Ada apa?" Balas Shraddha seadanya.

"Ku pikir kamu tidak akan mengangkat panggilan dariku."

"Baiklah aku akan memutuskan panggilannya."

"Shraddha tunggu! Aku ingin mengatakan aku akan pulang cepat hari ini. Apa kamu menginginkan sesuatu? Aku bisa membelikannya untukmu."

"Apa kamu sedang menyogok agar aku berhenti marah padamu?"

"T-tidak. Maksud ku bukan seperti itu."

"Aku ingin red velvet cake." Setelah mengatakan hal itu, Shraddha langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.

-
-
-

Setelah berbicara singkat melalui via telepon tadi, Shraddha memilih untuk turun dan keluar dari kamarnya. Menghabiskan waktu seharian di dalam kamar, cukup terasa membosankan bagi dirinya.

Saat Shraddha hendak berjalan melewati area dapur, tanpa sengaja pandangannya saling beradu dengan Illeana yang saat ini sedang mengaduk sesuatu di dalam cangkir kecil. Teh mungkin pikirannya, karena seingatnya wanita itu tidak pernah absen untuk meminum secangkir teh di sore hari.

"Shraddha!" Panggil Illeana kemudian.

Shraddha yang hendak berjalan ke area taman belakang berhenti sejenak. Ia berbalik badan, dan menatap Illeana yang kini sedang menatapnya.

"Aku mempunyai urusan." Balas Shraddha cuek. Ia pun memilih untuk meneruskan langkah kakinya berjalan menuju ke arah halaman belakang mansion.

"Shraddha aku ingin bicara." Illeana mencekal pergelangan tangan Shraddha, mencoba menghentikan pergerakan kaki wanita itu.

Mau tidak mau Shraddha harus mengurungkan niatnya untuk pergi ke halaman belakang. Ia menatap malas Illeana, yang kini sedang tersenyum kearahnya.

"Duduklah." Illeana mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku kitchen bar, di susul Shraddha yang duduk di sebelahnya.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang