Malam harinya seperti yang Varun katakan. Ia mengajak teman-temannya untuk makan malam bersama di sebuah restaurant. Baru saja sampai didalam restaurant, para pengunjung wanita langsung menatap kearah Varun. Padahal pria itu hanya memakai pakai casual, namun masih tetap menarik perhatian semua orang. Mungkin wajar saja, apalagi sekarang pria itu sudah terkenal dan masuk berita karena menjadi pebisnis muda yang sedang naik daun.
Shraddha pikir, Varun tidak susah melakukan itu semua. Darah pebisnis mengalir di dalam dirinya. Hampir semua anggota keluarganya adalah seorang pebisnis handal. Jadi bagi Varun mungkin sangat cepat mempelajari semua hal.
Varun menolehkan kepalanya kesamping ketika ia merasa Shraddha tiba-tiba merangkul lengannya. Dan benar saja, wanita itu saat ini merangkul tangannya. Namun ada yang aneh, Shraddha menampilkan wajah sangarnya kepada semua orang yang sedang melihat kearah Varun dan mencoba menarik perhatiannya.
Baru saja Shraddha hendak duduk di samping kiri Varun. Chintu malah hadir di tengah-tengah mereka. Saat hendak duduk di sebelah kanan Varun, Rakesh malah hadir di tengah-tengah mereka. Shraddha hendak duduk di samping Chintu, malah Raghav yang duduk disebelah pria tersebut. Lagi-lagi Shraddha hendak duduk di samping Rakesh, malah Vijay yang duduk di samping pria itu.
"Ada apa ini? Mengapa mereka semua menyebalkan malam ini." batin Shraddha merasa kesal ketika ia mencoba berdekatan dengan Varun agar pria itu tidak diganggu oleh beberapa pengunjung wanita restaurant tersebut.
"Maaf Shraddha, kami sengaja melakukan semua ini. Kami hanya ingin menahan kalian untuk berbuat hal-hal yang romantis seperti tadi sore." ujar Chintu sambil tersenyum. "Lagi pula aku ingin melayani Varun nanti sebagai ucapan terima kasihku kepadanya."lanjut Chintu.
"Itu benar. Itulah sebabnya kami berdua duduk di samping Varun seperti ini." Rakesh membenarkan ucapan Chintu.
Sementara Shraddha menampilkan wajah kesalnya. Apa-apaan ini, mengapa semua temannya begitu kompak untuk membuatnya menjauh dari Varun seperti ini. Sementara Varun hanya tersenyum melihat Shraddha yang terlihat kesal.
"Apa?! Jangan tersenyum! Apa kamu ingin aku menonjok wajahmu disini?!" ancam Shraddha yang ternyata melihat Varun tersenyum kearahnya. Lihatlah mulut pedasnya itu sedang dalam mode aktif saat ini.
"Padahal aku tidak melakukan apapun, aku hanya tersenyum. Apa itu salah?"
"Tentu saja salah! Lebih baik kamu menampilkan wajah datarmu saja!" Varun memilih diam, tidak menimpali perkataan wanita itu lagi. Jika ia memilih untuk membalas perkataan Shraddha, maka tidak akan habisnya wanita itu akan ikut lagi membalas ucapannya.
Tak lama seorang wanita yang berumur sekitar 30 tahunan datang ke meja mereka sambil membawa dua orang pelayan bersamanya. Shraddha bisa menebak wanita itu adalah pemilik restaurant ini.
"Selamat malam Pak Varun. Senang bisa melihat Anda datang ke restaurant kami. Oh ya, saya ingin mengucapkan selamat karena Anda sekarang masuk kedalam pebisnis muda yang sedang naik daun di seluruh dunia. Perkenalkan nama saya Evelin, pemilik restaurant ini." wanita yang bernama Evelin tadi tersenyum ramah namun terkesan mencoba menggoda Varun.
"Halo, terima kasih sebelumnya atas pujiannya. Bisakah Anda memperkenalkan menu yang paling banyak dipesan disini?" tanya Varun.
"T-tentu saja. Saya akan segera membawakannya."
"Cih caper." batin Shraddha sambil melihat intraksi yang terjadi diantara Varun dan juga Evelin.
"Terima kasih." Varun tersenyum sopan.
"Eem Pak Varun, saya belum menikah kok." ujarnya tiba-tiba. Varun menautkan kedua alisnya bingung. Apa maksud perkataannya. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan perkataan mereka sebelumnya.