Part 24

460 24 15
                                        

Varun terbangun dari tidurnya. Pria itu merasa silau dengan cahaya matahari yang masuk tanpa permisi dari jendela kamarnya. Kebiasaan buruknya, selalu lupa menutup tirai jendela.  Pria itu mengucek pelan matanya untuk memfokuskan pandangannya. Di sampingnya ia melihat Shraddha masih terlelap. Tangannya terulur untuk memegang dahi wanita itu, hanya untuk mengecek suhu tubuhnya.

Seulas senyum terbit di bibir Varun, kala mengetahui bahwa demam Shraddha sudah turun tidak sepanas tadi malam.

Varun bangkit dari tidurnya, lalu berjalan kearah kamar mandi hanya untuk sekedar mencuci muka dan mengggosok giginya.

Setelah ritual singkat itu, ia mengambil sebuah kaos yang akan ia kenakan. Lalu setelah itu, ia berjalan melangkahkan kakinya untuk pergi membuat sarapan.

***
Tak lama setelah kepergian Varun. Shraddha akhirnya terbangun dari tidurnya. Wanita itu mengerjapkan pelan matanya, untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk. Ia bangkit dari tidurnya, lalu merasakan kepalanya masih sedikit pening. Ini terasa lebih mendingan daripada pening yang ia rasakan semalam.

Melihat keadaan sekitar. Akhirnya ia baru menyadari bahwa ini bukan kamarnya. Namun ia pun tidak asing dengan kamar yang ia tempati ini. Ini kamar Varun, Shraddha masih mengingat betul.

Shraddha mencoba mengingat apa yang sudah terjadi semalam.

Iya, dia sudah mengingat segalanya sekarang.

Dia kabur dari rumah Bibi Asmitha untuk menenangkan sedikit pikirannya yang sedang syok. Ia terduduk di sungai dekat kuil tanpa alas sama sekali. Lalu merasakan pening yang luar biasa, ketika ia mencoba dengan sangat keras untuk mengingat momen yang ada di foto yang ia temukan di album milik Bibi Asmitha. Tak lama Varun datang menjemputnya, lalu ia tidak sadarkan diri karena tidak kuat menahan pening di kepalanya.

"Aku harus menanyakan ini, mungkin Varun bisa membantuku." batin Shraddha.

***

"Apa yang kau buat?"

Varun yang sedang sibuk membalik omellet buatannya, menolehkan pandangannya. Ia melihat Shraddha berdiri tidak terlalu jauh dari tempatnya. Wanita itu nampak sedikit bugar, dari keadaannya semalam.

"Aku membuat omellet." jawab Varun lalu tersenyum kecil. Shraddha menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu wanita itu mendudukkan tubuhnya, menunggu Varun di meja makan.

"Apa dia tidak mengingat apa yang ia alami semalam? Dia terlihat biasa saja. Ku harap dia tidak mengingatnya Tuhan." Batin Varun dengan mata yang fokus menatap kearah Shraddha yang sedang menegak segelas air putih.

-
-
-
-
-

"Ini milikmu." Varun menyodorkan sepiring omellet yang sudah ia buat tadi.

"Terima kasih." balas Shraddha seraya tersenyum kecil. Tangan Varun terulur untuk menyentuh dahi wanita itu. Hanya sekedar untuk mengecek suhu badannya.

"Kepalamu masih pening?"

"Aku baik- baik saja."

"Apa kau yakin?" Shraddha menganggukkan kepalanya dengan mulut yang sibuk menguyah omelin buatan Varun.

"Apakah Shraddha benar-benar tidak mengingat apapun yang sudah ia alami tadi malam? Ku harap dia benar-benar tidak mengingatkan." batin Varun.

Tidak ada lagi yang membuka percakapan, hanya ada suara gesekan sendok dengan piring yang terdengar.

"Biarkan aku yang mencuci piringmu." ujar Varun ketika ia melihat Shraddha bangkit dari duduknya, hendak mencuci piring bekas tempat omellet yang ia makan tadi.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang