"Varun!!! Shraddha Varun!!!" ujar Bibi Asmitha. Wanita paruh baya itu langsung berlari kearah Varun kala pria itu baru saja sampai di kediamannya. Menabrak dada Varun dan menangis di dalam pelukan pria itu.
"Bibi tenanglah, Shraddha pasti baik-baik saja." Varun mengelus punggung Bibi Asmitha, mencoba menenangkan wanita yang sedang terisak itu.
"Varun kumohon carilah Shraddha, ini sudah malam. Bibi sangat khawatir tentang keadaannya sekarang."
"Pasti Bibi, Varun akan mencari Shraddha. Varun berjanji, akan membawa Shraddha pulang. Bibi tenanglah, berhenti menangis okey?" Bibi Asmitha melerai pelukannya, lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah, Varun akan mencari Shraddha dulu."
"Raghav, kau temani Varun Nak."
"Tentu Amma."
***
"Kamu pergi mencarinya di bagian tempat biasa kita latihan dance. Dan beritahu Rakesh, Vijay, dan Chintu. Agar mereka bisa membantumu." ujar Varun. Karena menurutnya jika mereka mencar, itu akan mempercepat untuk menemukan dimana tempat Shraddha berada sekarang.
"Terus kamu akan mencari kemana?" tanya Raghav.
"Kesuatu tempat."
"Baiklah, jaga dirimu."
"Kau juga, jaga dirimu."
-
-
-
-
-
-Varun sudah sampai di sebuah kuil. Kuil tersebut bersebelahan dengan sebuah sungai. Varun mengingat dulu, jika Shraddha sedang merasa sedih atau merasa bimbang wanita itu akan kemari. Entahlah, sekarang Shraddha ada disini atau tidak Varun tidak tahu. Yang penting dia sudah mencoba mencarinya terlebih dahulu.
Varun terus berjalan di pinggiran sungai, matanya terus menjelajah ke setiap sudut mencari keberadaan wanita itu. Dari kejauhan dia melihat ada seorang wanita yang duduk di dekat sebuah pohon. Dengan cepat Varun berlari menuju kearah wanita itu.
"Shraddha?" panggil Varun ketika ia sudah berdiri di belakang wanita itu. Wanita itu menolehkan sedikit kepalanya. Dan ya benar, itu Shraddha. Wanita itu tampak sangat kacau. Dengan mata sembab, bibir pucat, rambut yang sedikit acak-acakan. Langsung saja Varun duduk di samping wanita itu, mendekapnya dengan erat.
"Kamu kemana saja? Bibi Asmitha lelah mencarimu dari tadi. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Varun masih mendekap Shraddha. Pria itu benar-benar sangat khawatir ketika mendengar kabar bahwa Shraddha menghilang. Ketika Shraddha menghilang, ia benar-benar merasa sangat kehilangan.
"Di...ngin. Aku mera...sa sa...ngat pu...sing." ucap Shraddha terbata-bata sambil setengah berbisik. Wanita itu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Varun. Membalas mendekap Varun dengan erat, mencoba mencari kehangatan dari pria itu. "Kepa...la ku sangat pening." Shraddha meneteskan air matanya, merasa tidak kuat dengan pusing yang menyerangnya. Dia menggigil di dalam dekapan pria itu.
Varun sedikit melerai pelukannnya, lalu mendekatkan telapak tangannya di dahi wanita itu. Panas, itu yang Varun rasakan kala tangannya bersentuhan langsung dengan dahi wanita itu. "Shraddha kamu sedang tidak sehat, ayo pulang."
"Jangan keru...mah Bibi."
"Baiklah, aku tidak akan mengantarmu kesana, kita ke apartemenku saja." Shraddha mengangguk kecil sebagai jawaban. Lalu pada saat Varun hendak mengangkat tubuh Shraddha. Ia melihat wanita itu menggenggam sebuah kertas, yang Varun tidak tahu itu apa. Shraddha diam, tidak menolak ketika Varun membopong tubuhnya, karena saat ini dirinya benar-benar tidak mempunyai energi sama sekali untuk berjalan ditambah kepalanya yang sangat pening mungkin bila berjalan dia akan berjalan sempoyongan nantinya. Akhirnya ia hanya bisa melingkarkan tangannya di leher Varun, menempelkan pipinya di dada bidang pria itu sambil memejamkan matanya. Mencoba tertidur, berharap ketika bangun kepalanya sudah terasa sedikit lebih ringan.
![](https://img.wattpad.com/cover/209088241-288-k869213.jpg)