Varun terbangun dari tidurnya, ia berjalan sempoyongan menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya. Setelah ia melakukan ritual paginya, ia langsung menuju kebawah untuk sekedar sarapan.
-
-
-
-
-
"Selamat pagi Tuan." sapa seorang maid yang bekerja padanya.Varun hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Lalu ia mendudukkan tubuhnya, dan meminum susu yang sudah dipersiapkan untuknya. Varun menatap seorang maid yang daritadi mencuri pandang dengan dirinya. Maid tersebut langsung menundukkan wajahnya ketika ia ketahuan menatap majikannya tersebut.
"Mau?" tawar Varun sambil mengangkat roti yang sudah ia beri selai.
"Tidak Tuan terima kasih tawarannya."
"Terus mengapa sedari tadi mencuri pandang kearahku?"
"Tukan ditau lagi liatin." batin seorang maid muda bernama Sarah.
"Saya tidak bermaksud Tuan. Maaf saya permisi." Sarah meninggalkan meja makan, lalu berjalan menuju dapur.
"Ya Tuhan, gue gak kuat liat Tuan Varun telanjang dada gitu aja. Dia terlihat sangat sexy." batin Sarah.
Memang benar, Varun sarapan hanya menggunakan celana jeans hitam yang ia kenakan kemarin, tanpa menggunakan atasan apapun alias bertelanjang dada. Wanita mana yang tidak tergoda melihat perut sixpack milik Varun yang terbentuk sempurna di perut pria itu.
"Aneh, ditawarin makan gak mau." batin Varun menatap kepergian Sarah. Langsung saja Varun melahap roti tersebut.
"Permisi Tuan, maaf mengganggu. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa tadi pagi Nona Ileana datang. Dia datang tadi pagi sekali sebelum Anda bangun." seorang satpam yang bertugas di Mansionnya mendatanginya.
"Apa ia masuk kekamarku?"
"Tidak Tuan, Nona hanya datang sampai gerbang dan menitipkan ini padaku." pria tersebut menyerahkan sebuah undangan pernikahan dan sebuah amplop.
Varun langsung menerimanya dan ia meninggalkan sarapannya lalu berjalan menuju kamarnya.
-
-
-
-
-
Varun menududukkan tubuhnya di ranjang miliknya. Tangannya perlahan membuka amplop yang tadi.Halo Varun.
Varun aku bener-bener minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menghianatimu. Aku disini ingin menjelaskan semuanya. Aku tahu, jika aku akan mengajakmu untuk bertemu sudah pasti kamu akan menolaknya, mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Pria yang tadi malam menciumku itu adalah calon suamiku.
Jauh sebelum aku mengenalmu, aku sudah mengenalnya terlebih dahulu. Dulu ia berjanji, apabila ia sudah sukses ia akan melamarku. Dan ia menepati janjinya. Dan ya, aku tidak bisa mengelak bahwa rasa itu masih ada padanya. Memang benar kita sudah menjalani hubungan bisa dibilang lama. Tapi aku juga tidak mengerti, dari dulu saat aku bersamamu, aku sama sekali tidak merasakan apapun.
Aku mencoba bertahan, karena kamu sangat baik padaku. Dan lagipula posisiku disana sedang lelah menunggu kepastian dari calon suamiku. Jadi itu sebabnya dulu aku menerimamu.
Maafkan aku, aku jahat sudah menjadikanmu pelarian. Setelah ini kamu pasti akan membenciku. Tidak apa, kamu berhak.
Sekali lagi maafkan aku.Ileana...
Entahlah, Varun tidak menyadari bahwa sebulir cara bening keluar dari matanya. Ia baru tahu sebenarnya. Jadi selama dua tahun setengah, ia hanya mencintai seorang diri. Kenapa Ileana begitu kejam kepada dirinya, kenapa ia tidak jujur saja dulu.
Ia tidak menyangka, wanita yang sangat ia cintai membuat luka begitu dalam. Wanita yang dulu merawat ketika ia sakit, dan disaat Mamanya sedang jauh di luar negeri. Hanya Ileana yang merawatnya. Ileana gadis manis yang menemani hari-harinya, Ileana yang selalu menyemangatinya, Ileana yang selalu memberikan kebahagian kepada dirinya. Sungguh, ia tidak menyangka akan menjadi seperti ini. Lihatlah dirinya sekarang, seorang pria yang menyedihkan.