Sudah dua hari berlalu sejak Varun pergi meninggalkan Shraddha seorang diri. Merasa kesepian? Tentu saja Shraddha rasakan. Tinggal di mansion yang besar, dan hanya di temani oleh beberapa maid yang bekerja. Tanpa suami, yang biasa mendampingi dan menemaninya.
Sore ini Shraddha memilih untuk menghabiskan waktunya dengan meminum secangkir cappuccino di halaman belakang mansion, dengan di temani sebuah buku novel miliknya. Halaman demi halaman ia fokus baca, tanpa tersadar ada seseorang yang berdiri tidak jauh di belakangnya.
Melihat Shraddha yang fokus membaca, orang tersebut tersenyum sembari berjalan mendekat kearah dimana wanita itu berada.
"Tebak siapa yang menutup matamu ini!" Seru orang tersebut dengan tangan yang menutup kedua mata milik Shraddha menggunakan kedua tangannya.
Suara itu! Suara yang terdengar sangat familiar di telinganya. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Shraddha langsung berbalik badan untuk melihat siapa pelaku yang tadi menutup matanya itu.
"Mamaa!!" Pekiknya kemudian dengan riang gembira, dan lanjut di peluknya tubuh wanita yang sudah melahirkannya itu dengan begitu erat.
"Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Anindhita tersenyum, sembari melerai pelukannya dengan Shraddha. Ia kemudian merendahkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan perut Shraddha sebelum lanjut berkata. "Bagaimana keadaan cucu Grandma? Apa mereka sehat di dalam sana?"
"Aku baik, dan cucu Mama juga baik. Aku pergi melakukan check up dua hari yang lalu, dan kata dokter mereka tumbuh dengan sehat."
"Grandma senang mendengarnya. Semoga kalian selalu dalam keadaan baik-baik saja." Anindhita tersenyum mendengar itu, ia pun memajukan wajahnya dan mengecup perut Shraddha sekilas.
"Oh ya ada apa ini? Mama datang tanpa memberitahu ku."
"Varun menemui Mama sesampainya di Amerika kemarin. Dia meminta Mama untuk datang menemani dan mengurus mu selagi dia pergi. Dia takut kamu akan merasa kesepian, dan tidak ada yang mengurusmu disaat dia jauh darimu. Dan Mama mertuamu sebenarnya ingin datang dan mengurus mu juga tapi dia masih memiliki beberapa urusan. Jadi dia tidak bisa datang. Alhasil, Mama yang datang menemani mu kemari."
"Pria itu, selalu saja memikirkan tentang kenyamanan ku." Batin Shraddha tersenyum, senang mendengar penjelasan dari Mamanya.
"Ma Shraddha sudah besar, tidak perlu repot seperti ini. Shraddha bisa mengurus diri Shraddha sendiri."
"Suami mu sangat mengkhawatirkan dirimu sayang. Pergi jauh darimu dan meninggalkan mu seorang diri dalam keadaan seperti ini, dia pasti merasa kepikiran setiap saat. Perasaannya mungkin akan terasa lebih lega jika Mama yang menemani mu disini."
"Baiklah, kalau begitu. Shraddha sebenarnya juga senang melihat kedatangan Mama disini." Shraddha menyengir, kemudian kembali memeluk tubuh Anindhita sebelum melanjutkan perkataannya. "Shraddha ingin bermanja dengan Mama."
"Akan menjadi seorang ibu, masih tetap saja manja seperti ini." Anindhita terkekeh, tangannya pun naik mengelus Surai panjang putrinya.
"Suamiku sedang pergi, jadi aku ingin bermanja dengan Mama saja."
Anindhita menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Ayo kita masuk, sebentar lagi akan gelap." Ajaknya kemudian.
Shraddha pun mengangguk sebagai balasan.
***
"Jadi Varun, bagaimana? Kamu lebih menyukai ide gaya vintage atau gaya modern?" Tanya Alisha yang saat ini sedang berada di sebuah tempat makan membahas pekerjaan, dengan Varun yang duduk di seberang tempatnya berada.