Varun mengerjapkan kedua matanya yang sebelumnya terpejam. Sebuah senyuman kemudian terbit di wajahnya, ketika menyadari bahwa posisinya masih sama dengan yang semalam. Dirinya dan juga Shraddha ternyata tanpa sadar terlelap, bahkan wanitanya itu saat ini masih dalam posisi memeluknya dan bahkan kini menaruh kepalanya di pundaknya.
"Posisi ini benar-benar terasa sangat nyaman bagiku." Monolog Varun tersenyum, kemudian sebelah tangannya semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Shraddha, dan sebelahnya naik turun mengelus punggung istrinya itu dengan lembut.
"Uhm.." lenguh Shraddha pelan, ketika merasakan ada elusan pelan di punggung polosnya.
"Tidurlah kembali.."
"Tutup tirainya, cahaya matahari itu membuat mataku silau. Dan tarik selimutnya, aku merasa sedikit kedinginan." Gumam Shraddha seraya menyembunyikan wajahnya pada caruk leher Varun. Kembali mencari posisi ternyaman-nya. Pelukannya pada tubuh Varun juga semakin ia eratkan. Sepertinya dia masih belum sepenuhnya sadar.
Sudut ujung bibir Varun naik membentuk senyuman. Ia sangat merindukan sikap manja Shraddha yang seperti ini.
Varun lantas menarik selimut dengan sebelah tangannya. Menutupi tubuh atas telanjang Shraddha dengan selimut tersebut, seperti yang istrinya itu inginkan.
"Begini lebih baik?"
Dengan mata yang masih terpejam, Shraddha mengangguk kecil sebagai balasan.
"Pelukan dari Varun ternyata selalu sangat ampuh, akhirnya setelah beberapa hari aku bisa tidur nyenyak seperti ini." Lagi-lagi Shraddha meracau tanpa sadar.
"Kamu merindukannya?"
"Sangat. Belakangan ini dia tidak memeluk ku ketika aku tertidur. Sudahlah, jangan bertanya lagi. Aku ingin kembali tidur."
Tunggu dulu, ia tidak salah mendengar bukan. Shraddha merindukannya? Oh God! Shraddha-nya sudah kembali! Ucapan Shraddha tempo kemarin yang mengatakan bahwa hubungan mereka itu sudah selesai, ternyata dia tidak bersungguh-sungguh. Tidak di pungkiri betapa senangnya ia saat ini, ketika mendengar Shraddha yang ternyata juga sangat merindukannya seperti itu.
"Aku mencintaimu." Bisik Varun kemudian lanjut mencium sekilas pelipis Shraddha.
Mendengar itu, mata Shraddha yang awalnya terpejam terbuka. Ia langsung menjauhkan tubuhnya, dan matanya langsung membola ketika melihat sosok Varun di hadapannya. Sial! Bagaimana dirinya bisa lupa, bahwa ia berada di kamar pria itu. Bahkan ia sampai melupakan bahwa semalam ia ketiduran sambil memeluk tubuh pria itu.
Shraddha langsung buru-buru bangkit dari atas pangkuan Varun. Tangannya langsung mengambil selimut yang tadi membungkus tubuhnya, dan mengeratkan selimut itu guna menutupi tubuh polosnya.
"Shraddha ada apa?" Varun mengernyitkan alisnya, mendadak bingung ketika Shraddha mengambil langkah menjauh darinya.
"Tetap pada posisimu!" Shraddha membentangkan kelima jarinya, menyuruh Varun untuk berhenti ketika melihat pria itu ikut bangkit dari duduknya dan hendak mendekat kearahnya.
"Okey, tapi ada apa? Apa kamu masih marah padaku? Ku pikir kamu sudah memaafkan aku."
Tidak ada balasan dari Shraddha. Wanita itu memilih untuk memungut pakaiannya yang ada di atas lantai, kemudian ia lanjut berlari kecil menuju kearah walk in closet.
"Sepertinya dia masih marah padaku. Ku pikir semuanya sudah membaik." Batin Varun seraya menatap punggung Shraddha yang mulai menjauh dari pandangannya.
Lalu sekitar lima menitan, Shraddha kembali. Wanita itu sekarang sudah kembali rapi dengan pakaiannya yang lengkap.
"Demam mu sudah turun. Jangan lupa sarapan pagi ini. Aku pergi." Pamit Shraddha kemudian pergi melangkahkan kakinya keluar meninggalkan kamar Varun.