Part 99

149 16 63
                                        

"Eunghh.." lenguh seorang pria sembari merentangkan kedua tangannya. Tubuhnya berbalik posisi, merubah gaya tidurnya menjadi menyamping. Dengan mata yang masih terpejam, sebelah tangannya meraba ranjang yang di sebelahnya.

Kosong.

Merasakan tidak ada tubuh seseorang di sampingnya, Varun lantas membuka matanya. Sebelah tangannya langsung meraba belakang nakas, mencari tombol lampu.

Lampu di kamarnya pun menyala, ia pun mengedarkan pandangannya. Dan benar saja ranjang di sebelahnya saat ini kosong. Tidak ada Shraddha di sampingnya.

Kemana perginya istrinya pada tengah malam begini?

Varun pun memilih bangkit dari tidurnya, hendak mencari Shraddha di luar kamarnya.

Namun saat melewati area kamar mandi, langkah kakinya yang hendak menuju kearah pintu kamarnya tertunda.

Suara tangisan.

Varun menajamkan indra pendengarnya, mencari tau apakah dirinya telah salah mendengar atau tidak.

Ternyata tidak salah lagi, ia benar-benar mendengar suara tangisan dari dalam bilik kamar mandinya.

Tanpa berlama lagi, Varun pun langsung membuka pintu kamar mandi yang tadi tertutup rapat.

Dan benar saja, dilihatnya Shraddha sedang terduduk di atas closet yang tertutup, sambil menyembunyikan wajahnya menggunakan kedua tangannya. Punggung istrinya itu nampak bergetar, karena terisak.

"Shraddha."

Mendengar ada suara yang memanggil namanya, Shraddha lantas menyingkirkan tangan yang tadi menutupi wajah. Ia mengangkat pandangannya, dan beralih ke arah sumber suara.

Dan dilihatnya Varun berdiri tepat di depan pintu kamar mandi.

"Kamu terbangun?" Shraddha buru-buru mengusap jejak air mata yang mengalir di pipinya. Berusaha agar Varun tidak mengetahui bahwa dirinya baru saja selesai menangis.

"Ada apa?" Varun berjongkok di hadapan Shraddha. Di ambilnya kedua tangan istrinya itu untuk di genggamannya. Netranya menatap lurus kearah iris mata amber yang masih berkaca, akibat menangis itu.

"Aku baik-baik saja." Shraddha menampilkan senyumannya, mencoba untuk bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Matamu masih berkaca-kaca." Tangan Varun naik membelai pipi Shraddha, ia pun lanjut berkata. "Terasa lembab disini."

"Aku baik-baik saja, sungguh."

"Terlihat jelas, masih mencoba untuk berbohong? Aku suamimu Shraddha. Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiran mu, kamu dapat membaginya dengan ku hm..?" Di elusnya pipi Shraddha yang terasa lembab di tangannya itu. Mencoba untuk sedikit menenangkan istrinya.

"Aku hanya masih tidak mempercayai ini semua."

"Ini semua? Maksudnya?"

"Kehamilan ini. Aku masih tidak dapat mempercayai nya."

"Kamu tidak menyukainya?"

"Tidak, bukan seperti itu. Aku juga sangat menantikannya. Hanya saja aku tiba-tiba teringat akan sesuatu. Itu sebabnya aku menangis tadi."

"Ada apa? Kamu tidak ingin memberitahukannya padaku?"

"Beberapa bulan yang lalu, aku pernah bermimpi. Di dalam mimpiku itu aku sedang melakukan pemeriksaan. Dan dokter mengatakan bahwa aku tidak akan dapat menghasilkan keturunan untukmu. Tapi aku sangat bersyukur itu semua hanya mimpi. Dan kenyataannya saat ini, aku sedang mengandung. Semua cinta, rasa sayang, perhatian, serta kebahagiaan yang aku dapatkan dari semua orang hari ini membuatku menangis. Aku tidak tahu, saat ini a-aku hanya ingin menangis saj.." Shraddha tidak bisa menyelesaikan perkataannya. Air matanya tiba-tiba turun kembali. Entahlah ia merasa begitu emosional saat ini.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang