Varun dan Shraddha sudah berada di dalam mobil yang Shraddha kenakan sebelumnya. Sementara mobil awal yang Varun kenakan menuju kerumah Leo dibawa pergi oleh salah seorang suruhannya.
Fokus Varun sedari tadi terbagi. Di satu sisi ia sibuk menyetir, dan di sisi lain ia sesekali menengok kearah Shraddha yang memilih menghadap kearah jendela dengan tubuh yang tidak bisa diam. Wanita itu terus-menerus bergerak gelisah, entahlah Varun tidak tahu mengapa Shraddha bersikap seperti itu.
Varun menepikan mobilnya. Lalu membuka jaket yang ia kenakan, dan menyerahkan jaket tersebut kepada Shraddha karena wanita itu masih menggunakan bra saja sebagai atasan.
"Pakai ini." ucap Varun seraya menyerahkan jaket miliknya. Namun Shraddha malah menggeleng kecil, menolak sodoran jaket tersebut.
"Tubuhku terasa sangat gerah, dan kamu memberiku jaket. Maaf tapi aku tidak akan menggunakannya." balas
Shraddha.Wait a minute! Shraddha merasa kegerahan? Seriously? Ac di mobil ini saja terasa sangat sejuk. Bagaimana bisa wanita itu merasa sangat kegerahan. Apalagi wanita itu sedari tadi bergerak seperti cacing kepanasan.
"Ada apa denganmu?" tanya Varun yang merasa ada yang tidak beres dengan kelakuan Shraddha sedari tadi. Shraddha masih diam sambil menggerakkan tubuhnya dengan tidak nyaman. Varun memegang pundak wanita itu, lalu menatap lurus kearah iris mata coklat terang milik wanita itu seraya berkata,
"What's wrong with you? Are you okey?" Tanya Varun sekali lagi.
"Entahlah. Sedari tadi aku merasa kegerahan, dan sangat ingin disentuh. Sentuh aku aku mohon, ini sangat menyakitkan." Shraddha membawa tangan Varun menuju leher jenjangnya dan menggerakkan tangan pria itu untuk mengelus leherya itu. Namun baru sekali sentuhan, Varun langsung menarik paksa kembali tangannya.
"Apa yang sudah kamu makan sebelumnya?"
"Aku hanya di beri minum oleh Leo tadi dirumahnya. Lalu beberapa menit aku langsung seperti ini. Tapi Leo bilang karena obatnya sudah bereaksi. Entahlah aku tidak tahu obat apa yang ia maksud. Ahh... Ini sangat menyakitkan, aku sangat ingin disentuh saat ini." Varun mendengar dengan seksama semua yang Shraddha katakan. Otaknya mulai mencerna semuanya.
"Bajingan dia sudah memberi Shraddha obat perangsang." batin Varun ketika ia mulai menyadari apa yang terjadi. Emosi Varun kembali memuncak mengingat apa yang baru saja Leo lakukan kepada Shraddha. Tanpa menyahuti perkataan Shraddha, Varun menancap gas mobilnya dengan kecepatan penuh, membawa mobilnya dengan emosi menggebu.
***
Varun membawa Shraddha menuju ke penthousenya. Penthouse saat ini sepi tidak berpenghuni. Karena Rakesh, Chintu dan yang lainnya berada di Mansion bersama dengan Mama dan juga Papanya. Varun menggandeng tangan Shraddha, membawa wanita itu menuju kedalam kamarnya.
Setelah sampai didalam kamarnya, Varun langsung menyeret Shraddha masuk kedalam kamar mandi.
"Apa-apaan ini! Mengapa kamu membawaku kemari!" tanya Shraddha, bingung dengan sikap Varun.
"Duduklah." ucap Varun menyuruh Shraddha untuk duduk diatas closet yang tertutup.
"Tidak! Aku ingin mencari udara segar di luar! Varun aku merasa gerah, kumohon mengertilah! " baru saja Shraddha berjalan, Varun langsung mencekal pergelangan tangannya. Dan mendudukkan secara paksa tubuh Shraddha di atas toilet.
"Duduk dengan diam Shraddha!"
"Varun aku ingin keluar!" Shraddha hendak bangkit dari duduknya, namun Varun langsung memegang bahu Shraddha menahan wanita itu agar kembali duduk.