Alvin dan Shraddha memilih untuk mencari makan dengan berjalan kaki, seperti yang Shraddha minta. Alvin tidak punya pilihan lain selain menyetujui keinginan adiknya itu. Dan setelah berjalan selama lima menit, akhirnya ia dan Shraddha menemukan sebuah tempat makan tidak jauh dari apartemen miliknya.
"Mohon di tunggu sebentar." Ucap sang pelayan dengan ramah setelah Alvin memesan beberapa makanan.
Alvin mengangguk kecil sebagai balasan. Ia pun beralih menatap Shraddha dan bertanya. "Apa kamu yakin hanya ingin makan dessert saja? Tidak ingin memesan makanan berat?"
"Sepotong cake sudah cukup, aku juga sudah makan tadi kak." Balas Shraddha.
Alvin mengangguk mengerti.
Sekitar sepuluh menit setelah percakapan singkatnya dengan Shraddha, semua pesanan Alvin pun datang.
"Aku tidak memesan sampanye." Seru Alvin ketika sang pelayan menuangkan sampanye ke dalam gelasnya.
"Hari ini adalah hari anniversary ke satu tahun restaurant kami. Semua pengunjung mendapatkan bonus sampanye." Balas sang pelayan kemudian menuangkan sampanye juga ke dalam gelas kosong milik Shraddha. "Silakan di nikmati." Lanjutnya pamit pergi dari hadapan Shraddha dan Alvin.
"Shraddha jangan meminum-" ucapan Alvin terpotong, niatnya ingin menyuruh Shraddha agar tidak meminum sampanye tadi namun adiknya itu malah terlebih dahulu menghabiskan satu gelas dalam sekali teguk.
"Sudah habis." Shraddha mengangkat gelasnya yang kosong, dan menunjukkannya pada Alvin.
"Shraddha kamu tidak terbiasa minum, kamu bisa mabuk nantinya."
"Sesekali tidak apa bukan?" Shraddha kembali menuangkan sampanye ke dalam gelasnya yang kosong.
"Shraddha cukup." Alvin menahan tangan Shraddha yang hendak meneguk kembali sampanye yang berada di gelasnya, namun wanita itu malah menepis tangannya untuk menjauh.
"Apa yang akan ku katakan pada Mama jika Shraddha sampai mabuk nanti." Batin Alvin ketika Shraddha sudah menghabiskan dua gelas sampanye seorang diri.
Shraddha mengabaikan perkataan Alvin yang menyuruhnya untuk berhenti, dia memilih untuk terus menerus minum mencoba untuk menghilangkan semua pikiran yang saat ini mengganggunya.
"Sudah cukup Shraddha." Geram melihat pemandangan di depannya Alvin bangkit dari duduknya, merebut gelas yang Shraddha pegang dan menjauhkannya dari jangkauan adiknya itu. Ia menghentikan aksi Shraddha yang terus-terusan minum.
Rencana makan malamnya pun gagal. Alvin menjadi tidak berselera menyantap steak yang berada di hadapannya. Kini fokusnya hanya pada Shraddha. Adiknya itu terlihat tidak baik-baik saja.
"Kakak kembalikan gelasku, aku ingin minum, aku merasa haus." Shraddha mulai meracau, seperti sampanye itu sudah mulai meracuni tubuhnya. Dirinya mulai tipsy, dan mulai melantur ketika berbicara.
"Ayo kita pulang." Alvin pun mengambil coat miliknya dan milik Shraddha, memilih untuk segera pulang. Lebih lama berada disini tidak baik untuk Shraddha.
"Aduh!" Ringis Shraddha ketika lututnya tanpa sengaja bertabrakan dengan meja.
"Perlahan Shraddha." Alvin pun berjalan mendekat kearah Shraddha, memegang lengan wanita itu guna menuntunnya berjalan. Shraddha sepertinya sudah benar-benar dalam pengaruh sampanye yang sudah di minumnya tadi.
"Kak kaki ku sakit." Adu Shraddha ketika lututnya terasa sakit akibat bertabrakan dengan meja tadi.
"Kita akan mengobatinya nanti, sekarang jalan hati-hati okey?" Dengan telaten Alvin menuntun Shraddha untuk keluar dari restaurant.