"Dimana Varun?" tanya Satya yang baru saja mendudukkan tubuhnya di sebuah kursi meja makan. Pria paruh baya itu terlihat sangat tampan dengan stelan kerja yang ia kenakan.
"Apakah dia lupa jika hari ini adalah hari pertamanya bekerja? Biarkan aku memanggilnya terlebih dahulu." Soumya hendak berjalan naik keatas tangga menuju kamar Varun. Namun perkataan Anna membuatnya mengurungkan niatnya.
"Bibi tidak perlu memanggil Varun. Varun sudah bangun dari tadi."
"Tapi mengapa dia belum turun? Dimana anak itu?"
"Aku disini Ma." ucap Varun yang baru saja datang. Namun pria itu bukan datang melalui arah tangga kamarnya, melainkan melalui arah pintu utama. Pria itu sudah rapi dengan kemeja putih yang dilapisi dengan jas berwarna coklat. Tidak ada senyuman, wajahnya menampilkan ekspresi datar.
"Kamu sudah pergi kemana Nak? Dan dimana Shraddha? Apa dia bersamamu? Atau apakah dia masih belum bangun? Kupikir dia bersamamu. Mama belum melihat Shraddha sedari tadi" ujar Soumya melihat kedatangan Varun seorang diri
"Dia sudah pergi." sahut Varun.
"Pergi? Pergi kemana?" Soumya bingung dengan perkataan Varun yanh begitu ambigu.
"Dia kembali ke Amerika. Tadi malam Mamanya menelpon, menyuruhnya untuk segera pulang. Dan dia menitipkan salam untuk Mama, Papa, dan Anna. Dia meminta maaf karena tidak bisa berpamitan langsung."
"Tidak apa, semoga perjalanannya selamat. Ayo kemarilah, kita akan sarapan bersama." Varun mengangguk kecil sebagai jawaban. Pria itu mendudukkan tubuhnya di samping Anna yang sedari tadi menatapnya.
"Ada apa denganmu?" bisik Anna. ia merasa ini seperti bukan Varun. Anna merasa ada yang salah dari pria ini. Tidak biasanya pria ini tidak mengganggu maupun menggoda dirinya.
Namun Varun hanya menjawab dengan sebuah gelengan kecil sambil menunduk menikmati sarapannya dengan tidak berselera.
"Bukannya kamu baru saja mengantar Shraddha ke bandara. Lalu apa ada masalah?" Varun langsung menolehkan pandangannya kearah Anna. Wait a minute! Bagaimana bisa Anna mengetahui bahwa ia baru saja pulang dari bandara? Sementara ketika ia meninggalkan mansion, keadaan mansion masih sepi. Bahkan saat itu matahari pun belum terlihat.
"Apa? Mengapa menatapku seperti itu?"
"Bagaimana kamu tahu?"
"Cih, apa yang tidak aku ketahui. Bahkan hubungan asli kalian pun aku mengetahuinya."
Varun hendak menimpali perkataan Anna. Namun suara Satya, papanya membuatnya mengurungkan niatnya tersebut.
"Oh ya Anna, kita belum sempat berbincang kemarin. Apa ada sesuatu hal yang penting sehingga kamu sendiri datang menghampiri kami disini. Ada apa Nak?" tanya Satya.
"Sebenarnya Anna ingin mengundang Paman dan juga Bibi secara khusus." jawab Anna.
"Mengundang? Maksud? Paman tidak mengerti apa maksudmu?" Anna tersenyum lebar, wanita itu menunjukkan sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya.