⚠️Warning!⚠️
This part contains scene 21+
Setelah pulang berbelanja, Shraddha langsung memilih untuk membersihkan tubuhnya. Sementara Varun memilih untuk duduk di meja kerjanya sambil mengerjakan beberapa pekerjaan kantornya. Sejujurnya, saat ini pikirannya sedang terbagi. Di satu sisi dirinya memang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya. Dan di sisi lainnya dirinya kepikiran Shraddha. Setelah hinaan yang Shraddha dapatkan saat berbelanja tadi, istrinya itu langsung tidak banyak berbicara. Bahkan dalam perjalanan pulang, tidak ada percakapan diantaranya dengan wanitanya itu.
Sambil mengetik di laptopnya, sesekali ia menoleh kearah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Sudah lumayan lama, namun belum juga ada tanda-tanda Shraddha akan keluar dari kamar mandi. Saat ini ia menjadi sangat khawatir.
Saat dirinya hendak bangkit dan mencoba mengetuk pintu kamar mandi, di detik selanjutnya Shraddha akhirnya keluar dari kamar mandi dengan piyama tidurnya. Melihat Shraddha yang akhirnya keluar dari kamar mandi, ia pun langsung dapat bernafas dengan lega.
"Shraddha." Panggilnya kemudian.
"Ya?" Balas Shraddha seadanya seraya menolehkan kepalanya kearah Varun yang tadi memanggilnya.
"Are you okey?"
"I'm fine. Memangnya ada apa denganku?"
"Bisikan di toko tadi-"
"Ohh itu.. aku sudah tidak memikirkan itu semua." Potong Shraddha dengan senyuman di wajahnya.
Tidak dirinya berbohong. Dirinya sebenarnya masih kepikiran, namun dirinya tidak ingin membuat suaminya itu khawatir.
Mendengar itu Varun tersenyum, dan dapat bernafas dengan lega. Kemudian ia lanjut mengetik dan melakukan pekerjaannya.
"Varun." Panggil Shraddha beberapa detik kemudian.
"Ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?" Tanya Varun bangkit dari duduknya, dan langsung menghampiri Shraddha dan berdiri di hadapan istrinya itu.
Di detik selanjutnya, Shraddha langsung menabrakkan bibirnya dengan bibir Varun. Melingkarkan kedua tangannya di leher Varun, dan mencium bibir pria itu dengan tergesa-gesa.
"Shraddha!" Peringat Varun sembari menjauhkan wajahnya, sehingga membuat tautan bibir Shraddha pada bibirnya terlepas. "Jangan lakukan itu lagi."
"Aku menginginkanmu." Aku Shraddha kembali menggapai wajah Varun menggunakan kedua tangannya.
"Kamu belum siap. Aku tidak akan memaksamu."
"Varun aku sudah siap." Shraddha memajukan wajahnya, mengikis jarak yang ada sampai hidung mancungnya dengan hidung mancung milik Varun bersentuhan. Ia memejamkan kedua matanya, merasakan hembusan nafas halus Varun menerpa bibirnya.
"Shraddha jangan mempermainkan aku." Balas Varun sembari menggenggam pinggang ramping milik Shraddha, mencoba menahan nafsunya.
"Aku sepenuhnya siap. Aku milikmu malam ini." Setelah berkata seperti itu, Shraddha langsung naik keatas tubuh Varun dan melingkarkan kedua kakinya di pinggang suaminya itu. Sementara Varun dengan sigap langsung menangkap tubuh Shraddha dan menggendong istrinya itu dengan gaya koala.
Tubuh Shraddha seketika meremang dengan detak jantung yang menggila ketika Varun menyambar bibirnya. Ciuman Varun kali ini begitu berbeda. Begitu liar dan juga menuntut. Kini ciuman itu bertambah panas dengan tangan Varun yang aktif meremas bokong bulat milik Shraddha. Dengan malu-malu Shraddha pun membuka mulutnya, memberi akses pada prianya untuk bertindak lebih jauh.
