Pagi mulai menyingsing. Matahari mulai menunjukkan dirinya. Cahayanya yang menerobos masuk tanpa izin melalui jendela, membuat tidur seseorang terganggu. Shraddha, mulai mengerjapkan kedua matanya ketika sinar matahari mengenai wajahnya. Ia mengucek pelan kedua matanya, guna memfokuskan penglihatannya.
Mata Shraddha beralih menatap ke arah nakas, menatap jam weker yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ia pun kemudian membalikkan tubuhnya, menatap Varun yang masih terpejam memeluknya dari arah belakang.
Sudut ujung bibirnya naik, ketika melihat wajah damai Varun yang sedang terlelap. Tangannya pun naik, tergerak untuk menggapai wajah tampan suaminya itu. Ia tersenyum, dan berkata. "Wajahnya sangat damai, ketika sedang terlelap seperti ini."
Tepat setelah Shraddha berkata seperti itu, tubuhnya tiba-tiba di tarik mendekat kearah tubuh Varun. Ternyata prianya itu sudah terbangun, sama seperti dirinya.
"Varun bangunlah, kamu harus pergi bekerja bukan?" Seru Shraddha seraya mengusap punggung polos Varun.
Bukannya malah terbangun, Varun malah semakin mencari posisi ternyaman-nya. Ia semakin mendempetkan tubuhnya dengan tubuh Shraddha, dan menyembunyikan wajahnya pada caruk leher istrinya itu.
"Five minute baby, please.." pinta Varun tanpa membuka kedua kelopak matanya.
"Varun kamu harus pergi bekerja." Balas Shraddha sembari menyugar rambut legam suaminya itu menggunakan sebelah tangannya.
"Bagaimana bisa aku berniat untuk berpindah posisi, posisi ini sangat nyaman bagiku." Aku Varun merasa nyaman saat memeluk tubuh Shraddha, merasakan usapan lembut dari tangan wanitanya itu membuat dirinya merasa kembali ingin memejamkan kedua matanya.
"Kamu bisa terlambat nantinya."
"Aku bossnya sayang, jika kamu lupa."
"Justru itu, seharusnya kamu memberi contoh kepada para bawahanmu."
Varun kicep. Ia tidak mempunyai balasan apapun lagi.
"Baiklah." Balas Varun menurut. Ia pun mengangkat wajahnya, dan beralih menatap kearah Shraddha yang kini sedang menatapnya. "Give me a morning kiss." Lanjutnya kemudian memajukan wajahnya dan mulai menempelkan bibirnya dengan bibir Shraddha.
"Stop.." peringat Shraddha ketika merasakan sebelah tangan Varun naik dan meraba dadanya, dan sebelahnya memegang tengkuknya. "Just a kiss." Lanjutnya kemudian mendorong dada Varun agar menjauh dari tubuhnya.
"Tidak berjalan sesuai rencana." Cengir Varun kemudian bangkit dari tidurnya.
"Jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti." Balas Shraddha seraya mencepol rambutnya dengan asal.
Varun hanya tersenyum mendengar balasan dari istrinya itu.
"Oh ya, kamu ingin sarapan apa pagi ini?"
"Kamu ingin membuatnya khusus untukku atau menyuruh Bi Ayu?"
"Jawab saja pertanyaanku."
"Aku ingin salad sayur pagi ini. Bisakah aku mendapatkannya?"
"For sure Mr. Prameswari."
"Ada apa dengan pagi ini? Apa sesuatu telah terjadi?" Varun memicingkan matanya, dengan bibir berkedut menahan senyuman.
"Ingin salad atau tidak?" Shraddha berkacak pinggang, menatap jengah kearah Varun yang sedang menggodanya.
"Sangat! Baiklah aku akan berhenti menggodamu."
"Segera lah bersiap-siap. Saladmu akan menunggumu di meja makan."
"Aku menunggu salad buatanmu!" Seru Varun kemudian ia berjalan melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi.