"Minumlah." Varun menyodorkan sebotol air mineral pada Alisha yang saat ini sedang duduk di kursi samping kemudi. Ia memilih untuk mengajak wanita itu keluar dari bar untuk mencoba menenangkan nya.
Setelah kejadian dimana hendak di lecehkan, Alisha mendadak terdiam. Wanita itu membisu dengan tatapan kosongnya. Bahkan tubuhnya masih bergetar karena takut.
"Alisha." Panggil Varun sekali lagi sembari memegang pundak wanita itu dengan lembut. Mencoba menyadarkan Alisha yang tersesat dengan pikirannya sendiri.
"Ha?" Alisha langsung nampak terkejut. Ia mulai tersadar dari lamunannya. Menoleh ke sampingnya, ia mendapati Varun tengah menyodorkan air kearahnya.
"Minumlah, agar merasa sedikit lega."
Menurut, Alisha pun menerima sodoran air minum yang Varun berikan. "Thanks." Ucapnya, lalu mulai menegak air minum tersebut.
"Merasa baikan?"
Kembali Alisha mengangguk sebagai jawaban.
"Syukurlah."
"Varun aku ingin berterima kasih. Jika tidak ada dirimu, aku tidak tahu bagaimana nasib ku tadi. Pria itu benar-benar tidak melepaskan ku dan membiarkan ku pergi. Aku merasa semakin takut, ketika dia mulai melecehkan ku dengan menggesek miliknya di bagian belakang tubuhku. A-aku..." Alisha tidak dapat melanjutkan perkataannya. Sebulir air matanya mulai jatuh, dan ia mulai terisak.
Melihat itu, Varun pun langsung membawa tubuh Alisha ke dalam dekapannya. "Hei tenanglah.. lupakan yang sudah terjadi tadi. Anggap sebagai mimpi buruk." Bisiknya memberikan kalimat penenang pada Alisha.
"Varun aku takut..." Alisha semakin mengeratkan pelukannya. Ia menumpahkan semuanya, menangis sejadi jadinya di dalam dekapan Varun.
"Tenang okey? Aku disini, semuanya akan baik-baik saja. Jika dia datang lagi, aku akan memukul pria itu untuk mu. Sekarang tenanglah, dan berhenti menangis." Varun mengusap punggung Alisha yang bergetar, mencoba menenangkan wanita yang sedang terisak itu.
"Varun aku ingin pulang saja." Ujar Alisha sembari melerai pelukannya pada tubuh Varun.
"Baik, aku akan mengantarmu."
Tidak menolak, Alisha mengangguk sebagai balasan. Ia merasa aman dan nyaman di dekat Varun. Pria itu benar-benar seperti pahlawan bagi dirinya pada malam ini. Ia tidak tahu, bagaimana nasib dirinya jika Varun tidak datang menolongnya tadi.
***
Kini Varun tengah berada di dalam apartemen milik Alisha. Setelah kejadian yang tidak mengenakkan yang terjadi pada Alisha tadi, wanita yang menjadi rekan bisnisnya itu meminta untuk diantar pulang. Bagaimana pun juga, wanita itu perlu di temani dulu untuk saat ini. Dia terlihat terguncang, dengan kejadian yang dialaminya tadi.
"Beristirahatlah, aku akan pulang." Pamit Varun setelah dirinya menaikkan selimut pada tubuh Alisha yang saat ini sedang terbaring di atas ranjang.
Saat Varun berbalik badan, sebelah tangannya tiba-tiba di cekal dari arah belakangnya sehingga membuat langkah kakinya tiba-tiba terhenti. "Ada apa?" Tanyanya kemudian ketika ia berbalik badan kembali, ia melihat Alisha bangkit dari tidurnya.
"Temani aku, hanya untuk malam ini Varun." Ucap Alisha masih dalam posisi memegang sebelah tangan milik Varun.
Varun terdiam, tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Aku mohon sekali ini saja. Aku tidak ingin sendiri malam ini. Aku mohon..." Alisha menatap Varun dengan tatapan sendunya, berharap agar pria itu mau menuruti keinginannya.
"Bagaimana pun dia masih ketakutan. Well, tidak ada salahnya untuk menemaninya." Batin Varun melihat Alisha yang kini tengah memohon padanya.
"Baiklah, aku akan tetap diam disini. Sekarang tidurlah, aku akan tidur di sofa yang berada di sampingmu."