Part 96

209 12 48
                                        

⚠️Warning!⚠️

This part contains scene 21+


























"Mrs. Prameswari, hasil laporan anda sudah keluar." Seorang pria berjas putih, menyerahkan sebuah map kepada Shraddha yang duduk di seberangnya.

"Saya tidak mengerti ini semua Dok." Tanya Shraddha ketika melihat hasil laporan pemeriksaan yang dokter tadi berikan.

"Biar saya jelaskan." Sang dokter itupun menarik nafas panjang sebelum berucap. "Disini tertera bahwa Anda mengalami Insufisiensi ovarium prematur. Hal ini adalah kondisi yang mirip dengan menopause dini ketika ovarium gagal sebelum usia 40 tahun. Maaf harus mengatakan hal ini, Anda tidak akan dapat melahirkan seorang anak."

Bagai di sambar petir, Shraddha terkejut mendengar penjelasan dari sang dokter tadi. Tubuhnya langsung melemas, dengan tangannya mulai dingin ketakutan.

Ketakutan terbesarnya, adalah hal ini.

"Dokter ini tidak mungkin bukan?" Shraddha berharap bahwa saat ini dokter tersebut sedang memberikan sebuah candaan kepadanya.

"Itulah yang tertera disini Mrs. Prameswari. Dan ini memang benar, adalah hasil laporan pemeriksaan Anda minggu lalu." Shraddha tak kuasa membendung air matanya lagi, cairan bening itu mulai keluar tanpa di suruh. Hatinya terasa begitu sakit menerima kenyataan ini. Apakah dirinya tidak akan bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu? Apakah dirinya tidak akan bisa memberikan seorang penerus untuk suaminya?

"Shraddha.. Shraddha..." Varun menggoyangkan pelan tubuh Shraddha, mencoba membangunkan wanita itu dari tidurnya.

"Huh!!" Shraddha terbangun dari tidurnya. Nafasnya terputus-putus seolah ia baru saja selesai berlari maraton. Di liriknya Varun yang duduk di sebelahnya, suaminya itu menatapnya dengan pandangan yang terlihat khawatir.

"Apa yang terjadi Shraddha?" Tanpa menjawab pertanyaan yang Varun lontarkan sebelumnya, Shraddha malah langsung menabrakkan tubuhnya kearah dada Varun. Memeluk tubuh suaminya itu dengan erat.

Dengan degub jantungnya yang masih menggila, Shraddha menggelengkan kepalanya sebagai balasan. Sekarang ia dapat bernafas sedikit lebih lega. Ternyata itu semua hanyalah mimpi. Ya dirinya baru saja mengalami mimpi buruk. Bahkan mungkin sangat buruk.

"Aku melihatmu menangis dalam tidurmu. Jadi aku membangunkan mu. Are you okey baby? Apa kamu mengalami mimpi buruk?" Tangan Varun naik, mengelus punggung Shraddha. Mencoba menenangkan istrinya itu.

"Aku mengalami mimpi buruk." Jawab Shraddha seraya melerai pelukannya.

"Itu hanyalah bunga tidur. Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah okey?" Varun tersenyum, sembari membantu Shraddha menghapus jejak air mata di pipi wanitanya dengan kedua ibu jarinya.

"Aku sangat takut, bagaimana bila mimpi ku itu terjadi di dunia nyata?"

"Jangan berfikiran buruk sayang. Semuanya akan baik-baik saja. Itu semua hanyalah mimpi." Varun lantas menyodorkan segelas air putih pada Shraddha sebelum lanjut berucap. "Ini minumlah agar kamu merasa lebih lega."

Shraddha menurut, ia pun menerima sodoran air putih dari Varun dan langsung di minumnya sampai air di dalam gelas itu tersisa tinggal setengah.

"Jam berapa ini?" Tanyanya kemudian seraya mengembalikan gelas yang di pegangnya pada Varun.

"Tiga pagi."

"Kamu belum tidur sedari tadi?"

"Aku akan menyelesaikan pekerjaan ku dulu. Kamu ingin melanjutkan tidurmu?"

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang