"Shraddha." panggil Soumya ketika melihat Shraddha baru saja menginjakkan kakinya masuk kedalam penthouse. Soumya melihat wanita itu dalam keadaan basah, dengan mata sembab dan hidung yang merah. Namun baru kali ini Shraddha tidak menghiraukan pertanyaannya. Wanita itu melengos pergi begitu saja.
"Varun, ada apa dengan Shraddha?" tanya Soumya ketika ia melihat kehadiran Varun tak lama setelah Shraddha datang.
"Varun akan menceritakannya nanti Ma. Sekarang Varun akan mengejar Shraddha dulu." Varun langsung berlari mengejar Shraddha tanpa mendengarkan Soumya yang memanggil namanya berulang-ulang kali.
-
-
-
-
-Varun mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Pria itu langsung mendekat ketika melihat Shraddha yang terduduk di taman belakang. Wanita itu tidak menyadari kedatangannya, karena posisi yang Shraddha sedang membelakanginya. Varun melihat Shraddha yang terduduk di atas rumput dengan wajahnya yang ia sembunyikan di atas lututnya yang ia lipat.
Varun merasa semakin bersalah melihat keadaan Shraddha yang menangis seperti ini. Jujur ia benar-benar tidak bermaksud untuk membuatnya merasa sedih seperti ini. Varun hanya berniat untuk membuat menghibur Shraddha, karena sedari tadi Varun perhatikan wanita itu terlihat sangat murung.
Varun memberanikan diri untuk mendekat dan duduk di samping Shraddha yang masih terduduk sambil menyembunyikan wajahnya.
"Shraddha. Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf." sesal Varun. Shraddha mengangkat wajahnya. Pria itu menatap Varun dengan berang.
"JIKA INGIN MEMBUAT LELUCON LAGI, LEBIH BAIK KAMU PERGI SAJA DARI SINI!!" ucapan sarkas Shraddha membuat hatinya terasa sakit. Varun benar-benar tidak berniat untuk menyakiti Shraddha. Tanpa aba-aba Varun langsung memeluk Shraddha lewat samping dengan sangat erat. Dengan mulutnya yang tidak henti-hentinya mengucapkan kata maaf dan menyesal atas perbuatannya.
"Maafkan jokesku yang sudah keterlaluan ini. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi."
"Apa kamu tahu! Aku sangat khawatir tadi! Hiks... Hikss.. Aku benar-benar takut." Varun sangat menyesali perbuatannya. Ia pikir reaksi Shraddha tidak akan seperti tadi, itu semua diluar dugaannya. Namun ia tidak memungkiri ia senang mendengar bahwa Shraddha benar-benar sangat mengkhawatirinya saat itu.
"Aku baik-baik saja. Aku minta maaf sudah membuatmu merasa sedih seperti ini."
"A-aku takut kamu meninggalkan ku. Aku takut kamu kenapa-kanapa. Aku takut, sangat takut." Shraddha mengubah posisinya. Ia membalas memeluk Varun sambil menangis di dada bidang pria itu. Varun tidak tinggal diam, pria itu mengelus rambut basah Shraddha agar wanita itu menjadi sedikit tenang.
Sedikit demi sedikit Shraddha sudah mulai tenang. Namun wanita itu masih sesekali segukan. Apakah separah itu akibat dari jokes yang sudah Varun lakukan sampai wanita ini nangis terus menerus akibat ulahnya tadi. Varun benar-benar sangat menyesali perbuatan bodohnya.
"Apa kamu sangat menyayangiku sampai nangis seperti ini?"
"TENTU SAJA! AKU KHAWATIR SETENGAH MATI TADI! MASIH SAJA BODOH BERTANYA SEPERTI ITU!!" maki Shraddha. Varun tersenyum mendengar makian wanita tersebut. Tidak dipungkiri rasa sayangnya semakin berlipat melihat betapa khawatirnya Shraddha bila ada sesuatu yang terjadi padanya.
Varun melerai pelukannya. Ia mengambil wajah Shraddha. Lalu mengecup kening wanita itu cukup lama.
"Sekali lagi, maaf yaa..." Shraddha mengangguk kecil sebagai jawaban. Bagaimana pun ia juga sangat senang ternyata Varun baik-baik saja.
"Oh ya, aku ingin bertanya." ucap Varun ketika Shraddha sudah sepenuhnya tenang dan berhenti segukan.
"Apa?"