*Asal Mein~ Darshan Raval.
"Menikahlah denganku."
Senyuman Shraddha luntur seketika. Wanita itu melepas genggaman tangan Varun. Shraddha benar-benar terkejut dengan apa yang pria itu katakan. Tidak pernah menyangka bahwa pria itu akan menanyakan pertanyaan tersebut.
"Menikah karena kasian? Tidak terima kasih." jawab Shraddha seraya menggeleng kecil sambil tersenyum kecil.
"Aku tidak bermaksud menikahimu karena kasian, atau karena aku ingin membuktikan ucapanku pada Mamanya Dev. Tidak, kamu benar-benar salah karena sudah menduga seperti itu."
"Apa lagi? Itu sudah cukup jelas Varun. Aku sudah cukup dengan semua ini. Jangan pernah membahas ini lagi. Ayo, lebih baik kita pergi." Shraddha tersenyum, lalu menepuk pundak Varun lalu bangkit dan meninggalkan pria itu seorang diri. Varun hanya bisa menatap punggung Shraddha yang semakin menjauh dari pandangannya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
***
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Alvin seraya mendudukkan tubuhnya di depan Shraddha. Dari tadi pria itu mencari keberadaan Shraddha, hingga akhirnya ia menemukannya di atas rooftop dengan sebuah gitar yang berada dipangkuannya.
"Menikmati angin malam." jawab Shraddha dengan senyuman kecil di wajahnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
"Iya tentu saja Kak."
"Kamu masih memikirkan perkataan Mamanya Dev?"Shraddha mengangguk dengan pelan sebagai jawaban. Alvin menghembuskan nafasnya perlahan. Pria itu memegang kedua bahu adiknya seraya berkata, "jangan terlalu dipikirkan. Semua yang dikatakannya itu tidak benar sama sekali. Oh ya, nyanyikan sebuah lagu untukku."
"Lagu? Lagu apa?"
"Apapun itu. Tapi aku ingin kamu menyanyikan lagu bahasa hindi."
"Bagaimana dengan salah satu lagunya Darshan Raval?" Alvin mengangguk setuju sebagai jawaban. Pria itu tersenyum, lalu mengelus puncak kepala Shraddha sebelum wanita itu memulai menarik senar gitarnya.
"Kyun khuda ne, di lakeerein, jisme zahir naam nahin tera. Likh raha hoon dard sare, yun toh shayar naam nahin mera. Itna bhi kya bewafa koyi hota hai... Ye soch kar raat bhar dil ye rota hai..." Shraddha mulai menyanyikan tiap bait lagu, dengan tangannya yang lihai memainkan gitar yang berada di pangkuannya. Wanita itu terlihat sangat mengahayati setiap lirik lagu yang keluar dari mulutnya.
"Asal mein tum nahin ho mere. Tum nahin ho mere, tum nahin ho mere... Nahin ho mere..."
"Aasmaan se kya khata huyi, tara usa toota kyun. Log mujhse poonchte hein, saath apna chhoota kyun. Kya majbooriyan kaise ye dooriyaan dil ye samjhe na. Hote hein pyaar mein, aise bhi imteha maine ab jaana..." Tanpa sadar Shraddha menitikkan air matanya sambil menyanyikan bait lagu tersebut. Lagu ini benar-benar sangat menyentuh hatinya untuk saat ini.
Alvin yang melihat itu langsung mengambil alih gitar yang berada di pangkuan Shraddha. Mendekat, lalu mendekap dengan erat tubuh rapuh adiknya. Shraddha tidak menolak, ia menumpahkan segalanya di dada bidang kakaknya itu. Sekarang Shraddha baru mengerti, mengapa ketika ia pertama kali datang semua tetangganya membicarakan dirinya. Mengatakan dirinya seorang janda tidak tahu malu. Itu semua pasti karena dirinya yang tidak hadir saat acara pemakaman suaminya dulu. Dan juga saat pertama kali datang, ia bersama seorang pria yang mana itu semakin menambah kesan buruk terhadap dirinya.