"Shraddha kamu serius tidak ingin ikut ke kantor bersamaku?" Tanya Varun kemudian memasukkan satu potong roti ke dalam mulutnya.
Shraddha yang sedang mengunyah, hanya menggelengkan kepalanya sebagai balasan. Pagi ini seperti biasa sebelum Varun berangkat bekerja, dirinya akan sarapan bersama dengan suaminya itu. Kebiasaan yang selalu mereka lakukan setiap pagi.
"Jika kamu merasa kesepian, kamu bisa meminta supir untuk mengantarmu ke kantor untuk menemuiku okey?"
"Sepertinya Kak Alvin akan datang menemaniku lagi hari ini. Jadi aku mungkin tidak akan merasa kesepian lagi." Balas Shraddha setelah dirinya selesai menegak segelas jus jeruk.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan langsung berangkat kerja sekarang." Varun bangkit dari duduknya, kemudian mendekat kearah Shraddha dan lanjut memeluk dan mencium bibir istrinya sekilas. Kebiasaan barunya sebelum berangkat kerja.
"Hati-hati." Ucap Shraddha tersenyum seraya melerai pelukannya.
-
-
-"Kakak!" Seru Shraddha tersenyum lebar ketika melihat Alvin yang baru saja datang. Pria berpostur tinggi besar itu datang memegang sebuah paper bag coklat ditangannya yang Shraddha tidak tahu isinya apa.
"Aku pergi menemui temanku dulu tadi. Apa kamu lama menungguku?" Tanya Alvin kemudian memeluk tubuh Shraddha sekilas.
"Tidak juga. Duduklah Kak." Ajak Shraddha kemudian mempersilakan Alvin untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Untukmu." Alvin menyerahkan paper bag yang tadi dibawanya kepada Shraddha.
"Apa ini Kak?" Tanya Shraddha seraya menerima sodoran paper bag dari Alvin.
"Bukalah."
Shraddha menurut. Kemudian dirinya membuka paper bag pemberian Alvin tadi. "Red velvet cake!" Serunya kemudian dengan gembira ketika dirinya mengetahui bahwa isi paper bag pemberian Alvin tadi adalah kue yang ia idamkan sedari kemarin.
"Kemarin kamu menginginkan ini bukan? Tapi stoknya sudah habis. Tadi ketika aku menemui temanku, aku tidak sengaja melihat kue ini dan langsung teringat padamu. Jadi aku membelinya untukmu."
Shraddha tersenyum manis sampai matanya menyipit, kemudian berkata. "Thank you bhaiya!"
"Apapun untuk adikku tersayang." Balas Alvin ikut tersenyum kemudian mengusap puncak kepala Shraddha dengan gemas.
"Oh ya, karena Kakak membawakan aku kue aku langsung teringat bahwa lusa adalah ulang tahun Varun."
"Kamu ingin menghadiahkan apa untuk suamimu itu?"
Shraddha menaruh sebelah tangannya di dagu, wajahnya mulai nampak berfikir. "Aku tidak tahu Kak." Jawabnya kemudian setelah beberapa detik berfikir.
"Dia pernah bercerita atau mengatakan bahwa dia menginginkan sesuatu?"
"Tidak. Dia tidak pernah mengatakan hal itu."
"Coba berikan apa yang belum dia punya."
"Tapi Varun sudah mempunyai segalanya."
Alvin diam sesaat. Wajahnya ikut nampak memikirkan sesuatu. "Aku tahu!" Serunya kemudian setelah beberapa saat terdiam.
"Apa Kak?"
"Anak!" Jawab Alvin sambil tersenyum lebar seraya menaik turunkan kedua alisnya menggoda adiknya itu. "Aku juga ingin memiliki keponakan yang sangat lucu." Tambahnya.
Mata Shraddha langsung membola mendengar ucapan yang baru saja Alvin lontarkan. Pipinya tiba-tiba terasa memanas karna malu.
"Lihat, kamu langsung malu-malu ketika aku membahas tentang anak." Alvin mencolek dagu Shraddha, masih dalam posisi menggoda adiknya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/209088241-288-k869213.jpg)