Part 25

490 27 8
                                        

"Shraddha... Shraddha..." panggil Alvin ketika adiknya itu baru saja keluar dari mobil. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun Shraddha memasuki rumah Bibi Asmitha dengan mata bengkak. Tidak menghiraukan Alvin yang memanggil namanya. Setelah kejadian di apartement Varun tadi, Alvin langsung pergi mengajak Shraddha pulang.

Alvin hanya bisa mengehela nafas pasrah melihat Shraddha yang tidak menghiraukan panggilannya. Bibi Asmitha yang melihat itu, juga merasa bersalah. Bagaimanapun dirinya juga ikut andil dalam masalah ini.

"Bibi pikir, kita harus memberikannya waktu untuk menerima semuanya." ucap Bibi Asmitha. Alvin hanya diam, lalu mengangguk kecil. "Baiklah, ayo kita masuk."

***
Ceklek.

Alvin membuka pintu kamar Shraddha dengan hati-hati. Pria itu langsung disuguhi dengan pemandangan, dimana Shraddha sedang terduduk diatas ranjang. Wanita itu sedang memejamkan matanya, dengan telinganya yang tertutup oleh headphone.

Kebiasaan Shraddha, ketika ia sedang bersedih wanita itu akan mendengarkan music sendiri dengan dengan mata terpejam seolah-olah ikut terlarut dengan lagu yang ia dengarkan. Ketika ia sedang dalam mood buruk, wanita itu lebih memilih memainkan gitar dan menyanyikan lagu yang sesuai dengan moodnya. Jika bukan memainkan gitar, wanita itu akan menghabiskan waktunya dengan menari.

Jauh dalam hati Alvin, ia merasa sangat bersalah karena telah menyembunyikan segalanya dari Shraddha. Namun ini yang ia takutkan, ketika adiknya ini tahu apa yang telah terjadi ia sangat terpukul melihat Shraddha ketika wanita itu bersedih. Alvin benar-benar tidak tega melihatnya.

Alvin berjalan mendekat, mendudukkan tubuhnya di samping wanita itu. Alvin menoleh, ia melihat Shraddha yang masih memejamkan matanya, namun wanita itu sedang menangis dalam diam. Tangan Alvin terulur untuk menghapus air mata yang mengalir di pipi wanita itu.

Shraddha yang baru menyadari kehadiran Alvin, langsung membuka matanya. Jujur, sedari tadi dia tidak menyadari kehadiran kakaknya itu. Melepas headphone yang menempel di telinganya, lalu menghadap kearah Alvin sembari berkata, "Apa yang kau lakukan disini? Kumohon keluarlah. Aku ingin sendiri untuk saat ini."

"Kumohon bicaralah denganku."

"Kak, keluarlah please."

"Shraddha aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan segalanya darimu. Aku tidak ingin melihatmu seperti ini, itulah sebabnya aku, Mama, Papa, Bibi, Paman dan semuanya menyembunyikan dari dirimu. Kumohon mengertilah."

"DIA SUAMIKU KAK!! SUAMI! BAGAIMANA BISA KALIAN MENYEMBUNYIKAN INI DARIKU?!" Shraddha sudah cukup menahan emosinya. Ia benar-benar tidak gabisa pikir dengan kakaknya dan juga keluargamu yang menyembunyikan hal sebesar ini darinya.

"Shraddha tenanglah, kumohon." Alvin langsung mendekap tubuh Shraddha. Shraddha diam, tidak menolak yang ia lakukan hanyalah menangis di dada bidang pria itu. Alvin mengelus-elus rambut panjang adiknya, mencoba menenangkan wanita itu.

"Maafkan aku, aku benar-benar tidak bermaksud untuk menyembunyikan hal itu darimu. Kakak mempunyai alasan karena menyembunyikan ini semua."

"Bisakah aku meminta sesuatu darimu?" ucap Shraddha dengan lirih.

"Katakan, aku akan melakukan segala yang kamu inginkan." jawab Alvin.

"Antar aku kerumah mertuaku."

"Tapi Shraddha-" belum selesai Alvin menyelesaikan kalimatnya, Shraddha terlebih dahulu menyela kalimat kakaknya itu.

"Please."

"Sekarang tidurlah, ini sudah lumayan larut."

"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Alvin melerai pelukannya, lalu pria itu memegang wajah Shraddha. Menatap lurus kearah irish mata amber milik wanita itu, sembari berkata.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang