Pagi mulai menyingsing. Matahari mulai menampakkan dirinya. Gorden jendela yang belum tertutup, membuat sinar matahari menembus masuk begitu saja tanpa izin, dan menyebabkan tidur seseorang terganggu.
Shraddha mengerjapkan kedua matanya, mencoba menyesuaikan cahaya matahari yang merangkap masuk ke retinanya. Fokusnya kemudian beralih, menatap kearah Varun yang masih tertidur meringkuk seperti bayi dalam gulungan selimut. Melihat itu, seutas senyum terbit di bibirnya.
Bukannya bangkit dari tidurnya, Shraddha memilih untuk kembali bermalas-malasan di atas kasur. Ia pun mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Varun, dan lanjut di peluknya tubuh suaminya itu dengan erat. Tak lupa ia sembunyikan wajahnya di caruk leher prianya, mencari posisi ternyaman nya kembali.
"Eungghh..." Lenguh Varun seketika.
"Tidurlah kembali." Bisik Shraddha sembari mengelus punggung polos suaminya yang tidak terbalut apapun. Karena sejatinya, suaminya itu tidak pernah memakai atasan apapun saat sedang tidur.
"Eh-" Mata Varun yang awalnya terpejam berubah menjadi terbuka. Dilihatnya Shraddha sedang tersenyum kearahnya saat ini. "Jam berapa ini?" Lanjutnya bertanya.
"Aku tidak tahu. Anyway good morning!" Shraddha tersenyum kemudian memajukan wajahnya hendak mengecup bibir suaminya, namun di luar dugaan Varun malah memundurkan wajahnya seolah menolak untuk menerima kecupan darinya. Bahkan suaminya itu, tiba-tiba melepas lilitan tangan miliknya yang tadi melingkar di pinggangnya.
"Maaf." Ucap Varun sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Ada apa Varun? Bukankah kita selalu melakukan ini setiap pagi?" Shraddha menatap Varun dengan bingung. Bagaimana tidak, sikap suaminya berubah pagi ini. Biasanya suaminya itu sangat menyukai ritual paginya, yaitu di beri kecupan dan pelukan. Tapi untuk pertama kalinya dia menolaknya. Wow! Ada apa ini semua.
"Aku tahu, tapi-" Varun menggantungkan ucapannya. Tidak tahu harus mengatakan apa. Sebenarnya dirinya juga bingung, dan malah refleks melakukan itu semua. Tapi entahlah, tiba-tiba ia merasa tidak nyaman ketika Shraddha melakukan hal tersebut pada dirinya, padahal sebelumnya itu adalah kesukaannya. Ada apa dengan dirinya pagi ini. Ia juga tidak tahu.
"Tapi apa? Apa aku melakukan kesalahan? Jika iya katakan, jangan tiba-tiba mencoba untuk menjauhiku seperti ini Varun. Kita harus bicara."
"Tidak ada Shraddha, kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Dan tidak ada yang perlu di bicarakan."
"Kalau begitu, ayo cium aku!"
"Eumm aku tidak bisa."
"Oh wow Varun! Really?" Shraddha bangkit dari tidurnya, menatap Varun dengan tatapan tidak percaya.
"Maaf Shraddha aku tidak bermaksud, tapi aku benar-benar tidak bisa." Varun ikut bangkit dari tidurnya. Ia merasa sangat bersalah pada Shraddha. Ia sebenarnya sangat ingin memeluk dan mencium istrinya itu, tapi entahlah tubuhnya malah menolak itu semua. Mendadak merasa risih ketika melakukan skinship dengan istrinya. Aneh, tapi itulah yang dia rasakan saat ini.
"Baiklah terserah kamu saja!" Dengan rasa sedikit kesal, Shraddha bangkit dari ranjang meninggalkan Varun seorang diri.
"Sayang kita akan ke dokter Jasmine pagi ini. Sebelum aku pergi meninggalkan mu untuk melakukan penerbangan, aku ingin memastikan kamu dan anak ku baik-baik saja."
Shraddha yang hendak masuk ke dalam kamar mandi mengurungkan niatnya. Ia berbalik badan, menatap Varun dan berkata. "Anak ku? Bukan anak kita?"
"I-iya maksud ku anak kita sayang. Maaf..."
Tanpa mengucapkan balasan apapun, Shraddha memilih untuk melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti.
Setelah kepergian Shraddha, Varun mengacak rambutnya frustasi. "Shraddha pasti merasa marah dan kesal karena aku menolaknya tadi. Sial ada apa dengan diriku pagi ini! Ah fuck!" Ia merasa bingung, mengapa malah langsung refleks menjauh setiap kali Shraddha ingin melakukan kontak fisik dengannya. Ah ada apa sebenarnya ini!
