Varun terbangun dari tidurnya. Ia menengok kearah sampingnya, dan dilihatnya Shraddha masih terlelap dengan begitu nyenyaknya. Fokusnya teralihkan, menatap jam di dinding kamarnya yang menunjukkan pukul empat dini hari.
"Aku akan lanjut menyelesaikan pekerjaan ku yang belum selesai saja." monolognya, ia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan tidurnya.
Saat dirinya baru saja bangkit dari tidurnya, entah mengapa tiba-tiba ia merasakan perutnya bergejolak. Rasa mual tiba-tiba menghampiri dirinya. Dengan langkah tergesa-gesa, ia berlari menuju kearah kamar mandi dan mencoba menangani rasa mual yang tiba-tiba menghampirinya.
-
-
-"Kemana Varun?" Monolog Shraddha yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Pandangannya menelusuri sekitar, mencoba mencari keberadaan Varun yang menghilang.
Fokusnya kemudian teralihkan, ketika mendengar ada suara orang muntah dari arah kamar mandinya. Buru-buru ia bangkit dari atas ranjang, dan berlarian kecil menuju kearah sumber suara tadi.
"Huek.." Varun terlihat berdiri di depan wastafel, mencoba untuk mengeluarkan isi perutnya.
"Varun ada apa? Astaga.." Shraddha bergegas mendekat kearah Varun. Dirinya nampak begitu khawatir ketika melihat suaminya muntah-muntah seperti itu.
Varun masih mencoba untuk mengeluarkan isi perutnya. Dengan bantuan Shraddha yang berdiri di belakangnya, sambil mengurut tengkuk lehernya. Namun hasilnya nihil, tidak ada satupun yang keluar dari perutnya itu.
"Apa kamu sudah salah makan? Kita ke dokter saja bagaimana?"
Varun menggeleng, menolak ajakan Shraddha yang memintanya untuk pergi ke dokter. "Aku baik-baik saja, hanya merasa sedikit mual." ucapnya. Kemudian ia memilih untuk membasuh wajahnya, agar merasa sedikit fresh.
"Wajahmu pucat, apa itu masih bisa di katakan baik-baik saja?"
"Shraddha.. I'm fine okey? Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Ayo sekarang lanjutkan tidurmu." Varun lantas merangkul pundak Shraddha, menuntun istrinya untuk kembali menuju kearah ranjang.
"Varun aku sangat khawatir. Ayo kita ke dokter saja." Raut wajah khawatir sangat mendeskripsikan wajah Shraddha saat ini. Pasalnya, suaminya itu tidak pernah mual dan muntah-muntah seperti ini.
"Shraddha aku baik-baik saja, ayo sekarang kamu lanjut beristirahat." Varun menuntun Shraddha untuk berbaring.
"Biar aku oleskan minyak kayu putih dulu untukmu. Mungkin dengan begitu kamu akan merasa baikan nantinya."
"Baiklah." Varun memilih untuk menurut. Mungkin saja, cara Shraddha itu manjur. Dan semoga saja, mual yang ia rasakan saat ini cepat menghilang.
Varun pun mulai membaringkan tubuhnya. Membiarkan Shraddha mengoleskan minyak kayu putih di area perut dan tengkuknya.
"Lain kali perhatikan apa yang kamu makan, okey?" Pesan Shraddha pada suaminya itu.
"Aku tidak pernah makan yang aneh-aneh sayang."
"Tapi sampai mual begini. Tidak biasanya loh."
"Mungkin aku hanya masuk angin biasa. Nanti juga baikkan."
"Baiklah, sekarang kamu juga beristirahat."
Dengan anggukan kecil, Varun mengiyakan ucapan istrinya itu. Dirinya memilih untuk mengurungkan niatnya yang tadi hendak melanjutkan pekerjaannya. Ia pikir lanjut beristirahat mungkin akan membuat tubuhnya merasa baikan nantinya.
***
Shraddha menggeliatkan tubuhnya perlahan. Cahaya matahari yang menerobos masuk melalui jendela kamarnya, membuat tidurnya terganggu. Langsung saja ia mengalihkan perhatiannya, ketika melihat Varun yang baru saja keluar dari walk in closet sembari membawa sebuah setelan baju.