Ministry of Magic

1.3K 196 66
                                    

Author's Pov

Avery tertegun didepan cermin kamarnya.

Dia mengenakan jas hitam rapih, lengkap dengan dasi dan sepatu hitamnnya.

Dia menatap dalam dirinya, dia merasa sangat membenci dirinya sekarang.

"Tuan muda," Ucap salah satu pelayannya sambil membuka pintu kamarnya. "Anda sudah ditunggu."

Avery menghela napasnya, lalu berjalan meninggalkan kamarnya.

Avery berjalan menuruni tangga, dibawah sudah ada seorang pria yang juga berpakaian rapih seperti dirinya.

"Kamu sudah siap?" Tanya pria itu.

Avery mengangguk pelan. "Iya ayah,"

Pria itu mengangguk. "Baiklah, ayo."

Avery mengikuti pria itu dari belakang. Mereka pergi menuju ke luar rumah.

Saat diluar rumah, sudah ada Reinhard dan ayahnya yang menanti mereka. Mereka juga memakai pakaian yang sama rapihnya seperti Avery dan ayahnya.

Kedua ayah tersebut berpelukkan, Reinhard memberi salam kepada ayah Avery, lalu dia menatap Avery.

"Hey," Sapanya. "Kita bertemu lagi."

Avery hanya tersenyum tipis ke pada Reinhard dan mengangkat alisnya. "Padahal aku sudah berharap tidak bertemu denganmu."

"Emlyn!" Ucap ayahnya pelan sambil menyenggol pundak Avery. "Jangan bersikap tidak sopan seperti itu pada Lestrange!"

"Maaf ayah," Balas Avery. Reinhard tertawa pelan melihatnya.

"Tidak apa Tuan Avery, aku dan Emlyn sudah sering bertemu di sekolah. Dan kita satu asrama, ya kan Emlyn?" Ucap Reinhard dengan nada sedikit mengejek.

"Iya benar." Balas Avery dingin. Dia tidak suka nama depannya yang disebut begitu saja. Hanya orang tertentu-seperti Amoretté- yang dapat menyebut nama depannya.

"Maafkan ketidaksopanan putraku Tuan Lestrange." Ucap Tuan Avery kepada Tuan Lestrange.

Tuan Lestrange tertawa. "Tidak apa Avery, seperti yang Reinhard katakan, mereka adalah 'teman'."

Tuan Avery pun terkekeh, lalu mempersilahkan Tuan Lestrange beserta putranya untuk masuk.

Avery dan Reinhard menatap satu sama lain. Reinhard menghampiri Avery, lalu merangkulnya.

"Kau siap untuk menjadi penyihir yang sesungguhnya?" Ucap Reinhard.

Avery melepas rangkulan Reinhard. "Aku sudah mejadi penyihir sejak lahir bodoh."

Avery berjalan meninggalkan Reinhard. Reinhard tersenyum tipis lalu berjalan menyusul Avery.

•••

Amoretté terbangun karena cahaya matahari yang mulai memasuki kamarnya.

Dia terduduk di ranjangnya lalu mengucak - ucak matanya.

Dia melihat sekeliling, tidak ditemukan sosok Tom disana.

"Tom?" Panggilnya. Tidak ada jawaban.

Amoretté memutuskan bangun dari ranjangnya, lalu menyempatkan diri untuk meregangkan tubunya.

Dia berjalan keluar dari kamarnya, pergi menuju dapur karena perutnya lapar.

"Balik saja, tidak perlu takut. Oh lihat itu! Kamu membaliknya dengan sempurna," terdengar suara Tina dari arah dapur.

"Ibu?" Panggil Amoretté.

"Ah kamu sudah bangun?" Ucap Tina sambil menatap putrinya yang baru bangun. "Kemari, ibu dan Tom sedang membuat Pancakes."

Line Without a Hook || Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang