Helio's First Year

622 89 11
                                    

XX - XX - 1992

Author's Pov

Sebelas tahun kemudian berlalu, Helio yang tadinya hanya seorang bayi kini berubah menjadi anak laki - laki yang tampan seperti ayahnya.

Amoretté juga berhasil mengurusnya dengan baik karena hampir setiap hari Theseus mengirimkan kalimat - kalimat motivasi untuknya.

"Helio, ayo sarapan dulu." Panggil Amoretté sambil menaruh sepiring roti di meja makan.

Helio pun datang sambil membawa tongkat sihirnya yang Amoretté buatkan beberapa bulan lalu. "Ibu lihat. Aku bisa membuat lampu di tongkatku!"

"Benarkah??" Tanya Amoretté penasaran. "Coba tunjukkan pada ibu."

Helio pun menyebutkan mantra 'Lumos'. Dan benar saja, sebuah cahaya menyala di ujung tongkat Helio.

"Wah, pintar sekali putraku." Ucap Amoretté senang lalu mengelus kepala Helio. "Darimana kamu mempelajari mantra itu?"

"Dari buku mantra yang ada di kamar ibu." Jawab Helio.

Amoretté pun mengedipkan matanya beberapa kali. "Kamu masuk ke kamar ibu?"

Helio mengangguk. "Iya, semalam."

"Hah, dasar anak ini." Ucap Amoretté yang tidak habis pikir.

Helio tertawa senang. "Hari ini kita jadi pergi ke Diagon Alley kan??"

Amoretté tersenyum. "Tentu saja. Apa yang ingin kau lihat di sana?"

"Hmm... boleh aku membeli buku cerita baru?" Tanya Helio dengan wajah memelas.

Amoretté terkekeh. "Tentu saja, dear."

Helio pun tersenyum senang. "Um, ibu?"

"Ya?" Balas Amoretté. "Ada apa?"

"Um, apa aku sudah boleh tau, apa yang terjadi pada ayah?" Tanya Helio ragu - ragu.

Amoretté menghela napas. "Ayahmu, dia dikirm ke sebuah tempat karena membuat kesalahan yang cukup besar. Tapi, tenang saja Helio, dia pasti akan kembali."

"Tempat yang ibu maksud itu... apa?" Tanya Helio lagi.

"Ibu hanya bisa mengatakannya sampai situ. Selebihnya mungkin akan kamu ketahui saat kau sampai di Hogwarts." Lanjut Amoretté lalu tersenyum.

Helio pun mendengus. "Ibu tidak seru."

"Tidak seru apanya." Ucap Amoretté sambil mencolek hidung Helio. "Cepat habiskan sarapanmu. Katanya, kau ingin pergi ke Diagon Alley."

Helio pun langsung buru - buru memakan roti bakarnya dengan cepat.

Amoretté tertawa melihat tingkah putranya itu. Dia tidak menyangka kalau besok Helio sudah akan pergi menuju Hogwarts.

•••

"Helio, kau sudah siap?" Tanya Amoretté sambil memakai jubahnya.

Helio berjalan menuruni tangganya dengan tergesah - gesah. "Bagaimana penampilanku?"

Amoretté tertawa, lalu merapihkan syal yang Helio kenakan. "Kenapa kamu tergesah - gesah seperti itu?"

"Aku takut sendirian di atas. Gelap dan dingin." Balas Helio.

Amoretté tersenyum. "Lain kali ibu tambahkan penerangan di atas. Kenapa pakaianmu heboh begini?"

"Aku tidak tau Diagon Alley itu seperti apa." Balas Helio. "Apakah itu tempat yang mewah?"

Amoretté kembali tertawa. "Tidak. Itu tempat yang biasa saja, dear. Mirip dengan tempat membeli sayuran yang sering kita datangi."

Helio mengangguk. "Ibu tidak bilang."

Line Without a Hook || Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang