Dust

615 37 1
                                    

Author's Pov

Helio meringis ketika perban menyentuh lukanya. Ia menoleh ke arah lain, berusaha untuk menahan sakit.

Sirius yang sedang memperban lengan putranya itu memperlambat gerakan tangannya yang sedang membalut luka Helio.

Setelah beberapa lama, akhirnya mereka berdua bisa masuk ke great hall. Awalnya, Helio takut orang – orang tidak membiarkan Sirius masuk. Namun, kenyataannya mereka hanya menatap Sirius datar dan tidak berkomentar apapun.

"Kau seharusnya lebih hati – hati, Halley." Ujar Sirius yang serius membalut lengan Helio dengan perban. "Lukamu cukup dalam."

Helio mengangguk – anggukan kepalanya, lalu memerhatikan ayahnya. Sirius tidak berubah sejak terkahir Helio melihatnya. Ia nampak baik – baik saja.

"Kenapa kau terus memperhatikan ayah?" Tanya Sirius yang mengikat perban Helio lalu merapikannya kembali.

Helio yang ketahuan pun menjadi salah tingkah. "Um, tidak. Aku hanya...sudah lama tidak melihat ayah."

Sirius menatap Helio, lalu tersenyum. "Kau merindukanku?"

"Sangat," Helio kembali memeluk Sirius. "Aku menunggu ayah untuk kembali. Tapi, ayah tidak kunjung datang. Aku sudah takut ayah akan meninggalkanku seperti ibu."

Sirius yang mendengar itu merapatkan bibirnya. Ia merasa bersalah karena sudah meninggalkan putranya untuk yang kedua kalinya.

"...Maafkan ayah, Halley." Sirius membelai kepala Helio, "Harusnya, ayah tidak meninggalkanmu seperti itu. Dan, harusnya ayah juga tidak marah padamu. Ayah...pergi untuk menenangkan diri sesaat. Lalu kembali karena Remus mengatakan bahwa akan terjadi perang di Hogwarts."

Helio hanya mengangguk pelan, lalu mempererat pelukannya. "Tidak apa. Setidaknya, ayah sudah kembali ke sini."

Mereka berdua saling melepas pelukan mereka, tersenyum satu sama lain.

"Bloody hell, makin besar kau makin mirip dengan ayah." Ujar Sirius lalu tertawa.

Helio ikut tertawa. "Semua orang mengatakan itu padaku."

"Oh, ya? Bahkan saat mereka mengenalmu dengan nama Michael Corner?"

"Iya! Saat pertama kali melihatku, Roger berkata aku mirip dengan Sirius Black." Jelas Helio dengan semangat.

Sirius hanya terkekeh melihat sikap Helio yang terlihat masih seperti anak – anak. Ia menjelaskan tentang orang – orang yang mengatakan bahwa ia mirip dengan Sirius Black dengan penuh semangat dan ceria.

Saat sedang asyik mendengarkan cerita Helio, Remus Professor Slughorn yang sejak tadi duduk di sebelah Sirius pun mencoleknya. Sirius menoleh, bertanya ada apa. Professor Slughorn pun menunjuk ke arah Harry yang berjalan masuk ke great hall dengan lesu.

"Sebentar, Halley." Ujar Sirius lalu bangkit dari duduknya. Sirius segera menghampiri Harry, lalu bertanya ada apa.

Harry menatap Sirius, sempat terkejut dengan kehadirannya. Namun, rasa senangnya karena Sirius telah kembali masih tertutupi dengan rasa sedihnya.

"Harry, ada apa?" Tanya Sirius lagi sambil memperhatikan Harry. Helio yang awalnya hanya menonton pun akhirnya menghampiri mereka karena melihat gelagat Harry yang aneh.

"...Aku adalah horcrux." Ujarnya.

Sirius mengerutkan dahi nya, bingung dengan ucapan Harry. Berbeda dengan Helio yang matanya nyaris keluar begitu mendengar ucapan Harry.

"Harry, bercandamu tidak lucu." Balas Helio yang menatapnya dengan tidak percaya.

"Aku tidak bercanda, Halley." Harry menghela napas, berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi pada mereka tanpa menangis. "Aku...aku tau karena Professor Snape memberitahu ku melalui ingatannya."

Line Without a Hook || Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang