"I Need her Answer."

746 103 16
                                    

Author's Pov

"Tuanku datang padamu?!" Ucap Nagini yang terkejut.

Amoretté yang sedang menopang dagunya dengan tangan mengangguk pelan. "Iya... beberapa hari lalu."

"Sebentar- apa, apa yang dia katakan padamu??" Tanya Nagini.

"Tidak banyak. Dia hanya... memintaku kembali." Jawab Amoretté.

"Hanya memintamu kembali?" Nagini berdecak. "Astaga, itu bukan hal sepele, Amoretté."

"Apa maksudmu? aku hanya perlu menjawab ya atau tidak, kan?" Balas Amoretté. "Jika aku menjawab iya, aku akan pergi dengannya, jika tidak, dia akan meninggalkanku. Begitu kan?"

"Ya, ya. Setelah itu kau akan langsung menghadap Tuhan." Ujar Nagini santai.

"Hey!" Amoretté memukul meja. "Jelaskan maksudmu!"

Nagini menghela napas. "Dia tidak akan melepasmu semudah itu, nona. Walau dia memberi opsi iya atau tidak, lalu kau menjawab tidak, tetap saja dia akan membuatmu menjawab iya."

Amoretté menaikan satu alis. "Wait what?"

"Dan, menjawab iya juga tidak akan menjamin kebahagiaanmu." Lanjut Nagini tanpa memperdulikan ekspresi Amoretté yang bingung. "Kau harus... menemaninya memimpin... ya itu lah. Juga, apa kau pernah membunuh seseorang?"

Amoretté mengedipkan matanya beberapa kali. "Pardon me?"

"Membunuh orang sudah seperti sebuah kebiasaan untuk tuanku," Nagini bersandar ke sandaran bangkunya. "Kurasa, untuk ukuran orang sepertimu tidak terbiasa dengan yang namanya membunuh."

"...Well, aku pernah membunuh beberapa orang... saat Grindelwald menyerangku dan teman - temanmu." Ucap Amoretté.

"Oh? ternyata kau tidak terlalu buruk juga." Balas Nagini.

"Tapi, tetap saja aku tidak ingin membunuh orang tanpa alasan." Sambung Amoretté.

Setelah itu, obrolan mereka terhenti. Amoretté menundukkan kepalanya, merenungkan ucapan Nagini, sedangkan Nagini hanya bisa melihat sekitar, memandangi satu persatu barang yang berada di ruangan tamu itu.

"Jangan gegabah dalam hal ini," Ucap Nagini.

Amoretté mengangkat kepalanya. "Aku tau."

"Pikirkan keluargamu, kedua orang tuamu, dan teman - temanmu." Lanjut Nagini.

Amoretté menghela napas. "Tapi, aku mencintainya, Nagini."

"Kau- pria itu? dia yang berusaha membunuhmu? dia yang berusaha memberikanmu pada Grindelwald??" Ujar Nagini.

Amoretté terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Iya...dia."

"Hah-! kau ini," Nagini yang kehilangan kata - kata hanya bisa mengusap wajahnya. "Orang - orang yang jatuh cinta memang bodoh ya."

Amoretté menatap Nagini. "Kau sendiri? memangnya kau tidak pernah jatuh cinta?"

Nagini menatap Amoretté balik. "Aku... sebenarnya pernah."

"Oh ya? sesama ular?" Ujar Amoretté penasaran.

Nagini menatap Amoretté kesal. "Bisa - bisanya kau bercanda disaat suasana serius seperti ini."

Amoretté mengangkat kedua pundaknya. "Aku hanya ingin tau."

"Kau ingat bukan, aku ini maledictus? sebelum sepenuhnya aku menjadi ular, aku pernah- um - bertemu seorang pria." Nagini mulai bercerita. "Dia orang yang baik, tapi sayangnya dia tergoda dengan ajakan Grindelwald sialan itu."

Line Without a Hook || Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang