The Lover

922 108 54
                                    

Author's Pov

Sirius, Harry, dan Helio memakan sarapan mereka dengan tatapan bingung kepada Amoretté.

Setelah kejadian di departemen misteri, Amoretté tidak bicara sepatah kata pun... pada Sirius. Dia hanya berbicara pada Harry dan Helio.

Dan sekarang, sudah sekitar 3 hari berlalu. Amoretté memutuskan untuk kembali bekerja walau Cecil belum memintanya untuk kembali ke kementerian.

Tapi, Amoretté merasa sudah cukup di rumahnya.

Amoretté berdiri dan membawa piring kosongnya ke tempat cucian, lalu mencucinya sebentar.

Setelah itu, dia pergi ke arah sebuah rak, lalu mengambil mantel serta topinya.

"Anak - anak, ibu pergi dulu." Ucap Amoretté lalu pergi dengan menggunakan portkey.

"Tunggu-"

Sebelum Helio selesai bicara, Amoretté sudah pergi dengan begitu saja.

Sirius menghela napas. "Merlin's beard, apa yang harus kulakukan?"

"Memangnya apa yang membuat ibu marah pada ayah?" Tanya Helio.

Sirius menunjuk Harry. "Dia alasannya."

Harry mengerutkan keningnya. "Kenapa aku??"

"Bukan kau, tapi bayanganmu palsumu itu. Dia sengaja membawamu ke kementerian, membuat kalian diserang oleh para pelahap maut, membuat Dumbledore mengirim kami ke sana dan menyuruh ayah dan anggota the order lainnya untuk tidak memberitau Amoretté." Jelas Sirius frustasi.

"Bukannya ayah sudah minta maaf?" Tanya Helio lagi. "Seingatku ayah hampir semalaman merengek di depan kamar ibu hingga akhirnya pergi ke kamarku dan Harry."

Sirius mendengus. "Ibumu tidak mau bicara pada ayah."

Harry tertawa. "Tandanya ayah harus berusaha lebih baik lagi."

Sirius menyandarkan dirinya pada sandaran kursi. "Sudah tiga hari ayah tidak bicara pada ibumu. Benar - benar membuatku gila."

Harry dan Helio menatap Sirius dengan tatapan jijik.

"Ew," Celetuk mereka berdua.

"Apa?" Balas Sirius.

"Itu kata - kata yang menggelikan." Ujar Harry.

"Tapi itu kenyataannya." Timpa Sirius. "Apa Amoretté tidak bilang apa - apa pada kalian?"

Helio dan Harry menggeleng.

"Ibu hanya bertanya apa kami baik - baik saja, lalu meminta tolong untuk mengganti perbannya." Cerita Helio.

"Oh ya, soal itu, kenapa ibu bisa menahan mantra pembunuh?" Tanya Harry.

Helio dan Sirius pun terdiam.

"Ayah?" Panggil Helio.

"Jangan tanya, ayah juga tidak tau." Sahut Sirius. "Mungkin dia memang bisa menahannya? entahlah."

"Oh, juga ibu bisa melawan para pelahap maut lainnya dengan tangan yang terluka seperti itu." Sambung Helio lalu lanjut memakan sarapannya.

"Ya... itulah. Menurut kalian, bagaimana cara untuk membuat ibuku tidak marah lagi?" Tanya Sirius.

"Bagaimana kalau kita memasak makan malam untuk ibu?" Usul Helio.

"Ide bagus." Setuju Sirius lalu berpikir. "...Siapa yang akan berbelanja?"

"Ayah." Jawab Helio dan Harry.

Sirius tersenyum pasrah. "Baiklah, tapi ayah akan ikut dalam bentuk animagi."

Line Without a Hook || Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang