Author's Pov
Harry merapikan dasi hitamnya yang agak miring sembari berjalan memasuki sebuah gerbang. Dia berjalan sambil terus menundukkan kepalanya, begitu juga dengan Helio yang berjalan di sebelahnya. Sedangkan Sirius berjalan lebih dulu di depan mereka.
Mereka berjalan cukup lama dari gerbang tersebut, hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah makam yang dikelilingi dengan beberapa tanaman hias.
Sirius berjongkok sambil memegang batu nisan makam itu yang berwarna putih. mengusapnya pelan, dan menatapnya.
Harry yang tidak tau harus apa akhirnya memutuskan untuk ikut berjongkok dan membersihkan makam tersebut dari daun - daun kering dan rumput liar.
Berbeda dengan Helio yang hanya bisa berdiri dan menatap lurus makam tersebut dengan tatapan sedih sambil memeluk erat rangkaian bunga Callistephus chinensis.
Suasananya benar - benar tidak nyaman, gumam Harry yang masih sibuk mencabuti rumput - rumput liar. Tau begini, aku pergi sendiri.
"Harry," Panggil Sirius yang membuat Harry tersentak.
Harry yang nyaris melempar rumput yang dia pegang pun langsung menatap Sirius yang masih memandangi batu nisan tersebut. "Y-ya?"
Sirius membalikan tubuhnya, "Sudah. Kau tidak perlu mencabuti rumput lagi."
"Ah...ya," Balas Harry yang buru - buru melempar rumput yang dia pegang lalu menepuk kedua tangannya untuk membersihkannya.
Harry berdiri, lalu kembali melirik Helio yang masih diam pada posisinya. Dia benar - benar tidak bergeming, seakan - akan dia menjadi patung.
Sudah 2 hari semenjak kematian ibunya, dan sudah 2 hari pula Helio tidak tidur, tidak makan, dan hanya berdiri memandang foto keluarganya di ujung lorong. Dan, sudah berkali - kali pula Harry harus membujuk Helio untuk makan dan beristirahat, walau tidak pernah berhasil.
Begitu juga dengan Sirius, yang kembali menghilang semenjak Amoretté tiada. Setelah mengantar Harry dan Helio kembali ke rumah, dia langsung menghilang begitu saja. Entah apa yang dia lakukan, Harry tidak pernah tau.
Hingga akhirnya, Sirius kembali dan menyuruh mereka untuk bersiap pergi menuju pemakaman.
Sirius yang melihat Helio termenung seperti itu pun menghela napas. Dia bangun dari posisinya, dan berjalan menghampiri Helio. Sirius menepuk pundaknya pelan, "Taruh bunganya. Jangan buat ibumu menunggu."
Helio terdiam beberapa saat, lalu mengikuti perintah Sirius. Dia berjalan menuju makam, berjongkok, lalu menaruh rangkaian bunga yang dia bawa tepat di bagian tengah makam. Helio menatap batu nisan tersebut, "Untuk apa kita datang ke sini...padahal ibu tidak ada di dalam sana?"
Sirius menatap punggung Helio dengan sedih. Yang dikatakan Helio benar, Amoretté tidak berada di sana. Tubuhnya sudah pergi terbawa dengan angin yang berhembus di Hogwarts 2 hari yang lalu. Tidak banyak yang bisa Sirius lakukan, dia hanya bisa memberikan pemakaman yang layak pada istrinya itu.
"Halley," Sirius berjalan menghampiri Helio, "Memang benar, ibu tidak ada di sana. Tapi...anggap saja dia ada di sana. Terbaring cantik, memakai gaun putih yang indah, dan tersenyum di tidurnya."
Helio tentunya tidak bisa membayangkan hal itu. Ingatannya kembali melambung saat ibunya perlahan berubah menjadi abu, sambil tersenyum dan mengatakan semuanya akan baik - baik saja.
"Itu hanyalah omong kosong, ayah." Ucap Helio dengan ekspresi yang berubah menjadi sedikit kesal.
Sirius mengangkat kedua pundaknya. "Ya...memang omong kosong. Tapi, yakinlah dirimu kalau ibumu ada di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Without a Hook || Tom Riddle
Hayran Kurgu"Kami tau ini bukan pilihan yang mudah untukmu Amoretté, tapi kau harus memilih. Egois atau melepaskannya." Amoretté Scamander datang ke Hogwarts pada pertengahan tahun ke empatnya. Beberapa jam setelah kedatangannya berlangsung normal, hingga saat...