Sixth Year (2)

245 22 0
                                    

Author's Pov

"Jadi, apa yang Draco lakukan dengan lemari aneh itu? dan, siapa orang - orang itu?" Tanya Ron bingung sambil menatap Harry yang duduk di depannya.

"Kau tidak mengerti? itu semacam... tugas," Jawab Harry sambil menggerakan tangannya sebagai gesture.

"Hentikan, Harry. Aku tau pembicaraanmu mengarah kemana." Ujar Hermione dengan sedikit kesal sambil menahan lembaran buku yang dia pegang agar tidak tertutup.

Harry merapatkan bibirnya sejenak. "Itu sudah terjadi. Draco pasti salah satu dari mereka."

"Salah satu dari apa?" Tanya Ron lagi sambil menatap Harry dan Hermione bingung.

Hermione tertawa mengejek. "Harry beranggapan bahwa Draco adalah seorang pelahap maut."

Kini, Harry dan kedua temannya sudah kembali berada di gerbong kereta yang membawa mereka menuju Hogwarts. Waktunya mereka kembali untuk melaksanakan tahun keenam mereka di Hogwarts.

Tapi, tahun ajaran baru ini mereka awali dengan kebingungan.

Beberapa hari lalu, saat mereka mengikuti Draco dan Narcissa menuju salah satu toko yang bernama borgin and burkes, mereka melihat beberapa hal aneh.

Mereka mengira hanya ada Draco dan Narcissa, tapi begitu mereka sampai di toko tersebut, terlihat beberapa orang di dalam toko. salah satunya, seorang werewolf yang terlihat senang begitu Draco datang. Beberapa orang itu mempersilahkan Draco melihat serta memeriksa sebuah lemari kuno yang berada di ujung toko.

Tentunya itu mengherankan mereka bertiga.

"Kau gila," Ron ikut tertawa mengejek. "Apa yang Sang Pangeran Kegelapan inginkan dari bocah menyebalkan seperti dia?"

Harry memutar bola matanya kesal. "Lalu, apa yang dia lakukan di borgin dan burkes? membeli lemari baru?"

Raut wajah Ron berubah menjadi sedikit takut. "Itu toko yang menyeramkan untuk anak yang menyeramkan."

Harry menghela napas. "Dengar, ayahnya seorang pelahap maut. Itu masuk akal. Hermione sendiri yang melihatnya."

"Sudah kubilang, aku tidak tau dengan apa yang kulihat, Harry." Balas Hermione cepat.

Harry mendengus kesal, lalu berdiri dan mencari sesuatu dia rak penyimpan barang yang berada si atas tempat duduknya. Setelah mendapatnya sebuah guluan jubah berwarna biru tua yang diikat dengan tali, Harry berjalan keluar dari bilik keretanya. "Aku butuh udara segar."

Harry pun berjalan ke arah kanan. Sambil berjalan menyusuri gerbong - gerbong kereta, Harry memikirkan apa saja yang harus dia lakukan saat dia sudah sampai di gerbong Slytherin. Yang jelas, dia harus mengenakan jubah tak terlihat miliknya yang ia bawa.

Setelah melewati dua gerbong, kini waktunya Harry melewati gerbong ketika. Seingatnya, gerbong ini diisi oleh para murid Ravenclaw, atau mungkin Hufflepuff. Dengan pelan, Harry menggeser pintu gerbong tersebut. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah Helio yang sedang mengobrol dengan Cho dan Terry. Awalnya Harry ingin menyapa Helio, tapi takut itu akan mengganggunya.

Tapi ternyata, Helio menyadari keberadaanya terlebih dulu, lalu mengangkat tangannya untuk menyapa Harry. "Harry!"

Harry yang berniat tidak ingin menengok terpaksa menengok, lalu tersenyum pada Helio. "Hi... Michael,"

Dengan malas, Harry berjalan menghampiri Helio dan kedua temannya. "Ada apa?"

"Kau yang ada apa. Tidak biasa kau berkeliling di kereta." Balas Helio ceria. "Oh, ya, ini teman satu kamarku, Terry Boot. Aku lupa kalian sudah pernah bertemu atau belum, tapi tidak ada salahnya kalian kembali berkenalan."

Line Without a Hook || Tom RiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang