dinginnya udara dengan angin berhembus kencang membuat sebastian menggerutukkan giginya. langkahnya semakin memberat dalam tumpukan salju dalam. katakan ia gila tapi ia harus membuktikan sesuatu. winter, pelaku paling fenomenal sepanjang masa yang mampu menghasut kaum vampire untuk perang saudara, tidak mungkin mati di tempat ini. untuk penyihir sehebat dirinya, ia harus mati dengan bermartabat.
"winter! aku tahu kau disini!" seru sebastian yang jelas tidak berguna. gunung ini besar dan suara angin lebih kuat dari seruannya.
jika ia tidak berhasil menemukan winter dalam waktu dekat, ia akan mati membeku. tidak bisa menggunakan sihir, mati dalam pengejaran pula, hancur sudah reputasinya sebagai edise elite.
"win—brengsek!" sebastian memaki pada kerikil kecil yang terus menghantam wajahnya. kemudian ia tersadar. kerikil-kerikil tersebut seakan hendak memberitahunya sesuatu, mungkin keberadaan winter. dengan segala kekuatan tubuh yang masih ia miliki, sebastian berjalan menyusuri arah kerikil-kerikil itu berjatuhan dan membiarkannya menghantam wajah kesayangannya. ia akan kutuk batu-batu sialan itu nanti.
sampai pada titik dimana tidak ada lagi kerikil berjatuhan. sebastian terperangah. bukan hanya karena ia berhasil menemukan winter, tapi juga atmosfer yang berubah drastis. waktu seakan berhenti. gunung es yang hampir membuatnya membeku menghentikan amukannya. salju yang menumpuk kaki menjadi seringan kapas dan angin yang bertiup kencang berubah seperti hembusan nafas.
ia menatap winter yang berdiri rapat pada batu. "kau yang melakukan ini?" tanyanya tanpa ragu. ini winter, penyihir hebat yang terkenal akan kejahatannya. mungkin saja ini merupakan salah satu sihir terlarang dari ribuan yang biasa ia gunakan. "sihir apa lagi ini?"
akan tetapi winter tetap diam. ia menatap sebastian seakan bertemu teman lama. bahkan dengan jelas tersirat kesedihan yang mendalam. sebastian tidak tahu, tapi entah mengapa ia juga merasa sedih.
"kau... pernah mendengar kisah gunung ini?" ucap winter, suara pertama yang ia keluarkan sejak pertama bertemu dengan sebastian. mungkin juga suara pertama yang sebastian dengar sejak sepuluh tahun terakhir kunjungan ke selnya.
"apa itu?" tidak dapat dipungkiri, sebastian terlena akan suara lembut winter. seakan ia terbiasa mendengarnya. apa ada sesuatu yang ia lupakan?
senyum winter tersungging sedikit. "sihir gunung ini sangatlah hebat. salju-salju yang kau hadapi tadi tak lain merupakan gumpalan kapas dan angin kencang hanya sebuah hembusan nafas. yang kau alami sekarang ialah gunung ini yang sesungguhnya. tidak pernah terpikir oleh siapapun, kan? gunung ini melindungi dirinya sendiri dengan cermat sehingga tidak ada yang berani mendekatinya."
"memangnya apa yang dilindungi?"
"kenyataan."
sebastian terenyak.
"penyihir tanpa sihir bukanlah apa-apa. vampire tanpa kaum bukanlah siapa-siapa. serigala tanpa kawanan hanyalah seogok mangsa. semua bergantung pada situasi masing-masing. terlahir sebagai penyihir adalah kenyataan, tapi sihir membuat manusia merasa hebat dan akhirnya terbuai oleh dunia fana yang menyingkirkan kenyataan itu sendiri..."
"...tapi terkadang gunung ini mematahkan sihir yang dianggap menutupi kenyataan..."
pandangan sebastian tidak dapat terlepas dari winter. perlahan sosok mengerikan itu berubah menjadi wanita dengan kedua mata menarik. tak lama ia juga berucap, "july?"
ia mengenalnya. winter, ia mengenali sosok itu.
dan ingatan seakan berputar ke masa lalu. ia berhadapan dengan july di tengah hutan, wanita itu menciumnya kemudian mengucapkan, "heize..."
mantra pengambil ingatan.
"july, kau—kau melakukan heize padaku. kau—kau adalah winter..."
"sebastian, aku hanya ingin kau tahu semua."
lagi-lagi ingatan sebastian berputar. kali ini jauh mundur beberapa tahun silam. pembunuhan, anak yang ditinggal, july yang berlari, perang saudara vampire, penangkapan july, pemenjaraan, keputusan sidang eksekusi, semuanya sebastian saksikan. hidup july yang berjalan seperti film dokumenter.
lalu percakapan singkat antara july dan seulgi.
"kau jatuh cinta pada sebastian."
"ya, walaupun seharusnya aku tidak boleh."
"kenapa? dia lelaki baik."
"karena dia lelaki baik."
memori itu meloncat pada malam dimana sebastian melupakan segalanya. malam itu ia merasa bahwa ia harus memastikan keraguannya pada july, jadi ia mendatangi wanita itu untuk menanyakan langsung.
"apa yang kau lakukan disini?"
"menonton bulan."
"july, kau pernah mendengar tentang penyihir? mereka bilang penyihir selalu menonton bulan ketika malam purnama, tapi itu hanya omong kosong."
"kenapa?"
"karena aku salah satu penyihir." sebastian menatap july lama, seakan mengungkapkan identitas dirinya bukan masalah besar pada wanita seperti july. "kau percaya padaku?"
"apa itu hanya omong kosong?"
"kau tidak terdengar terkejut. apa kau salah satu penyihir juga?"
"apa yang ingin kau ketahui?"
"siapa kau? mengapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya? apa yang membuatmu berada jauh dari madiseen? bagaimana kau menutupi identitasmu dari penyihir lain? siapa kau sebenarnya?—"
"jika aku mengatakan bahwa aku penyihir yang kau cari, apa kau akan menganggap itu sebagai omong kosong?"
sebastian terdiam memandang july. jadi july adalah winter? ini tidak seperti yang sebastian bayangkan. bukankah winter sosok yang menyeramkan? bukan wanita cantik penjual buah-buahan dari desa yang ia datangi.
tubuhnya mendadak kaku. sebastian tidak bisa menggerakkanya. dilihat, july sudah mengucapkan mantranya lebih dulu pada sebastian.
"maaf aku harus melakukan ini padamu. aku mencintaimu, sebastian..."
perlahan july mendekatkan wajahnya, mencium bibir sebastian lembut kemudian mengucapkan mantra yang membuat sebastian melupakan semua tentangnya. yang tersisa hanya winter, bukan july.
penglihatan kehidupan july selesai. sebastian langsung ambruk begitu kembali pada kenyataan. "jul, kenapa kau lakukan itu?"
"aku tidak ingin menyakiti siapapun lagi."
"tapi kau tidak melakukan apapun. kau dituduh melakukannya... kau—tidak bersalah..."
"sebastian, aku mencintaimu." july tak mampu membendung airmatanya lagi. ia menangis dengan sebuah senyuman.
"july, aku juga mencintaimu—"
july mengecup bibir sebastian. "tolong jaga june untukku." lalu mengecup keningnya.
"kau akan kemana?"
"menyelesaikan kisah gunung ini. kenyataan yang dilindungi olehnya sebelum kematian menjemput."
dunia serasa berputar. sebastian merasakan kembali hembusan angin kencang dan tumpukan salju yang memberat. kemudian ia terbangun di atas tempat tidur seakan semuanya hanya mimpi. dari luar jendela ia mendengar langkah kaki gemuruh. pintu kamarnya terbuka dan keanu muncul seraya berkata,
"mereka bilang winter menyerahkan diri kemarin malam dan akan melaksanakan eksekusi terbuka siang ini."
sebastian kembali ke masa lalu.